Topic
Home / Pemuda / Cerpen (halaman 41)

Cerpen

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif.

Jika Benci

Ranu adalah pegawai baru di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa. Ia diterima sebagai salah satu staff keuangan. Bidang yang sangat baru baginya. Meskipun ia kuliah jurusan yang sama tapi belum pernah sekalipun ia berkecimpung di bidang keuangan. Dan saat ini, ia merasakan tantangan untuk mengaplikasikan ilmu yang ia pelajari.

Baca selengkapnya »

Yang Kucari dan Kudapat

Aku mengiyakan kaku saat mbak mentor menelponku untuk datang dalam kegiatan mentoring. Yaa, itu semata-mata aku lakukan karena itu adalah rutinitas wajib di sekolahku. Anak kelas X wajib mengikuti kegiatan yang namanya mentoring, hm setahu aku itu adalah kegiatan yang digagas sama anak-anak cewek berjilbab lebar sama cowok rapi jenggotan alias anak Rohis di sekolahku. Dan, nanti saat kelas 11 aku harus ikut mentoring lanjutan. Dan pementornya biasanya anak Rohis yang udah alumni.

Baca selengkapnya »

Sahabat-Sahabat Kecilku

Tiga anak kecil berlarian mengejar layang-layang mereka yang putus. Mereka terus dan terus berlari mengikuti lambaian sang bayu yang terus membawa pergi layang-layang mereka. Hari itu nampaknya bukanlah hari keberuntungan mereka. Layang-layang yang mereka upayakan untuk selamat, ternyata tersangkut pada ranting pohon yang menjulang tinggi. Mereka pun tak kehabisan akal, saling bahu membahu untuk dapat memanjat ke atas pohon.

Baca selengkapnya »

Upah Sang Pembantu

Zhuhur di sebuah sudut kota. Orang-orang tampak keluar dari gedung perkantoran untuk menunaikan shalat Zhuhur, dan sebagiannya lagi menyusuri jalan untuk mencari santapan makan siang. Usai shalat Zhuhur di sebuah masjid kantor, saya pun mencari tempat makan. Maklum, saya juga sudah lapar. Akhirnya pilihan saya jatuh pada sebuah warung nasi (warnas) yang nyempil di pinggir sebuah gang. Sengaja saya pilih tempat makan yang ini, karena mau menyesuaikan dengan isi dompet.

Baca selengkapnya »

Pertemuan yang Indah

Pertama dan awal masuk kuliah, perasaanku begitu haru, bahagia, senang, terkejut, semangat dan tak lupa juga nikmat syukurku kepada Allah SWT bertambah yang telah memberikan jalan kemudahan dan kelancaran-Nya sehingga aku bisa kuliah di kampus tercinta yaitu UNTIRTA. Kampus negeri yang terkenal di Banten ini membuat pengalamanku bertambah banyak dan pelajaran yang sungguh bermanfaat.

Baca selengkapnya »

Nembak!

“Assalamu’alaikum. Afwan, benarkah ini nomor ukh Reisha?” suara di seberang sana dengan khas yang tegas, tertangkap di telingaku. “Wa’alaikumsalam, iya, ini... Ishan? Ada yang bisa Ana bantu?” jawabku penuh tanya heran. “Na’am, benar ukh. Ini Ishan. Ana tidak menganggu-kan? Afwan.”

Baca selengkapnya »

Jilbab Putih untuk Mbak Vini

“Mbak Vini kok pakai jilbabnya berlapis-lapis?” tanya adikku, Fitri, suatu hari saat aku sedang bersiap diri untuk berangkat ke kampus. “Tapi cantik kan?” jawabku sambil tersenyum saat mendengar pertanyaan polos dari adikku. “Mbakmu kedinginan jadi pakai jilbabnya dilapis-lapis”, celetuk ibu yang mendengar obrolan kami.

Baca selengkapnya »

Diingat Karena Kebaikannya

Kami belum mulai beraktivitas ketika Pak Usman, karyawan bagian umum, datang membawa setumpuk undangan. “Undangan dari siapa, Pak?” aku bertanya pada Pak Usman yang berjalan ke arahku. “Dari Pak Mukhlis. Insya Allah minggu depan beliau akan menikahkan putri pertamanya” jawab Pak Usman sambil menyodorkan satu undangan padaku. Dia mengangguk saat kuucapkan terima kasih.

Baca selengkapnya »

Celupan dan Perubahan

Menara tua itu masih tetap setia menjadi teman bagi mereka. Setia merelakan pelatarannya dijejali sejumlah manusia yang hampir semuanya berpenampilan tak biasa. Itulah mereka; sampah masyarakat, orang-orang tak berguna, dan gelandangan pembuat resah masyarakat. Paling tidak, tiga hal ini sudah cukup menjadi citra dominan mereka di dalam benak kebanyakan orang.

Baca selengkapnya »

Aki Penjual Telur Ayam

Waktu aku tinggal di Jabaru IV, Pasir Kuda, ada aki-aki penjual ayam kampung. Kami biasa memanggilnya Aki, karena umurnya sudah sangat tua. Perkiraanku umur Aki kira-kira tujuh puluh atau delapan puluh tahun. Sudah tua sekali. Kalau berjalan Aki sangat lambat. Langkahnya setengah langkah-setengah langkah dengan tempo yang sedikit cepat. (Maaf) Langkahnya mirip mainan robot-robotan. Aki berjalan sambil berpegangan di pagar-pagar rumah yang dilaluinya. Wajahnya sudah berkeriput dan rambutnya sudah putih semua.

Baca selengkapnya »
Figure
Organization