Topic
Home / Narasi Islam / Sejarah / Petikan Usang Sejarah yang Terlupa: Keluarga Nabi Yakub dan Bangsa Arab

Petikan Usang Sejarah yang Terlupa: Keluarga Nabi Yakub dan Bangsa Arab

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Silsilah para Nabi dan Rasul. (Dokumentasi Guntara Nugraha Adiana Poetra)
Silsilah para Nabi dan Rasul. (Dokumentasi Guntara Nugraha Adiana Poetra)

“Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al A’raaf: 176)

Istri dan anak-anak Nabi Yakub di Palestina

dakwatuna.com – Membicarakan sejarah, ada baiknya kita merujuk kepada setiap petikannya, agar ia tidak dilupakan begitu saja, sebelum masuk kepada pembahasan, sedikit kami mengutip kisah dari orangtua dan kakek Nabi Yakub.

Kakek beliau bernama Ibrahim (إبراهيم), ia seorang tauladan dan orang yang lurus (hanif) atau jauh dari kesesatan, mempunyai dua orang istri, pertama bernama Sarah (سارة), ia dikenal dengan parasnya yang cantik, sedangkan istri keduanya Hajar (هاجر), ia seorang budak yang dihadiahi raja Mesir (Fir’aun[1]) kepada Sarah yang kemudian menjadi istri kedua.

Dari pernikahan keduanya, Nabi Ibrahim dikarunia dua orang anak, Ismail (إسماعيل) dari Hajar, kemudian Ishak (إسحاق) dari Sarah, alasan kenapa Ibrahim menikahi Hajar, karena keduanya lama tidak dikarunia anak, sedangkan usia mereka sudah memasuki waktu senja dan pernikahan inipun atas rekomendasi dari Sarah[2].

Singkat cerita, Ishak beranjak dewasa, kemudian ia menikah dengan Ribka dan dikarunia dua anak laki-laki yang bernama Esau dan si bungsu Yakub (يعقوب), maka dari sinilah kita akan memulai pembahasan tentang Nabi Yakub beserta keluarganya.

“Dan istrinya (Sarah) berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya (melalui malaikat dalam bentuk manusia) berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir putranya) Ya’qub.” (QS. Huud: 71)

Nabi Yakub menikahi putri-putri Laban yang bernama Lea/Leala (ليلي) dan Rahel (راخيل), keduanya bersaudara, Lea merupakan kakak Rahel, dalam Al Kitab dikatakan bahwa Rahel lebih elok sikapnya dan cantik parasnya, sedangkan mata Lea tidaklah berseri.

Kemudian Nabi Yakub, ia menikah dengan Bilha (بلحة) yang tak lain adalah budak dari Rahel, seorang budak pemberian ayahnya, alasan utama menikah, agar Bilha dapat memberi keturunan bagi Rahel, karena ia belum dikarunia anak, sedangkan kakaknya sudah mendapat empat anak laki-laki bernama Ruben, Simeon, Lewi dan Yehuda.

Tradisi zaman dahulu bahwa seorang anak yang terlahir dari seorang budak, maka hak asuhnya bisa sama-sama dimiliki oleh pemilik budak, dalam pernikahan Nabi Yakub bersama Bilha, mereka dikarunia dua orang anak bernama Dan serta Naftali.

Dikarenakan Lea melihat Bilha tidak melahirkan lagi, iapun memberikan budaknya bernama Zilfa (زلفة) dengan harapan dapat menambah anak, antara Lea dan Rahel, keduanya berlomba-lomba saling membanggakan dengan banyaknya keturunan.

Dari pernikahan Nabi Yakub dengan Zilfa, mereka dikarunia dua orang putera bernama Gad dan Asyer, di tengah perjalanan rumah tangga Nabi Yakub, Lea dikarunia dua anak tambahan bernama Isakhar dan Zebulon.

Hal inilah yang sejatinya membuat Lea sangat bahagia sampai ia berkata “Allah telah memberikan hadiah yang indah kepadaku; sekali ini suamiku akan tinggal bersama-sama dengan aku, karena telah melahirkan enam orang anak laki-laki baginya”[3].

Rahel terus berdoa kepada Tuhannya, agar ia diberi keturunan dari rahimnya sendiri, dan Allah mendengar permohonannya sehingga akhirnya ia dikarunia dua orang anak yang bernama Yusuf dan Benyamin[4].

No Keluarga Besar Nabi Yakub
1 Istri-istrinya Lea Rahel (adik Lea) Bilha (budak Rahel) Zilfa (budak Lea)
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

Nama anak-anak dari Nabi Yakub yang merupakan pewaris kalangan Bani Israil (Yakub), terdiri dari 12 keturunan, dari sinilah terbentuk suatu suku yang besar sebagaimana disebut dalam Alquran.

 

Firman Allah Ta’ala, “Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar”. (QS. Al A’raaf: 160)

 

 

1.      Ruben (Lea)
2.      Simeon (Lea)
3.      Lewi (Lea)
4.      Yehuda (Lea)
5.      Dan (Bilha)

 

6.      Naftali (Bilha)

 

7.      Gad/Jad (Zilfa)

 

8.      Asyer/Ashir (Zilfa)

 

9.      Isakhar (Lea)

 

10.  Zebulon (Lea)

 

11.  Yusuf (Rahel)
12.  Benyamin (Rahel)

 

Keterangan mengenai keempat istri Nabi Yakub yang bernama Lea/Laila, Rahel, Bilha, Zilfa, itu semua tidak kita ditemui dalam Alquran, bahkan kita akan kesulitan untuk menemukan keterangan yang menyatakan bahwa Nabi Yakub mempunyai empat istri, hal tersebut justru didapat di kitab “Perjanjian Lama”[5].

Nama anak-anak Nabi Yakub juga tidak tertera dalam Alquran, kecuali Yusuf dan Benyamin, menurut para mufassir, Benyamin disebut sebagai saudara Yusuf (akhuhu). Adapun yang lainnya hanya disebut dengan “saudara-saudaranya”, nama-nama mereka hanya didapat dalam Al Kitab, sedangkan Alquran hanya membahas secara umum saja, hal ini sebagaimana dikisahkan dalam surat Yusuf ayat 7-8. “Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang bertanya. (Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, Padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.

Dalam ayat yang lain disebutkan,

            “Dan saudara-saudara Yusuf datang (ke Mesir} lalu mereka masuk ke (tempat) nya. Maka Yusuf Mengenal mereka, sedang mereka tidak kenal (lagi) kepadanya[[6]]. (QS. Yusuf: 58)

            “Dan tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf. Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya, Yusuf berkata: “Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, Maka janganlah kamu berdukacita terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Yusuf: 69)

Kesimpulan yang bisa kita petik, bahwa praktek poligami sebenarnya sudah ada sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu, dalam Alquran dan kitab suci dari kalangan Ahli Kitab hal tersebut masuk dalam pembahasan, maka sangat aneh jika hal lumrah ini menjadi tabu untuk dibicarakan, padahal ia bisa menambah wawasan sejarah.

Umat Islam, Kristiani dan Yahudi yang merupakan ajaran samawi atau ajaran yang bersumber langsung dari Tuhan, sejatinya memiliki Tuhan yang sama, Nabi yang sama dan ajaran yang sama yaitu risalah tauhid.

Katakanlah: “Hai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka, katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Ali ‘Imran: 64)

FirmanNya yang lain:

“Maka karena itu serulah (Ahli Kitab untuk beriman) dan tetaplah(beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)”. (QS. Asy Syuura: 15)

Namun fakta setelah fase kenabian, sebagian orang justru mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, hal ini berlaku di tubuh umat Islam, kristiani serta Yahudi, hal ini dikatakan sebagai seburuk-buruk generasi yang menghiasi peradaban manusia.

            Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun, (QS. Maryam: 59-60)

Di zaman sekarang, bahkan sebagian orang suci mendeklarasikan dirinya untuk tidak menikah, padahal jika kita merujuk kepada petikan-petikan sejarah yang tertuang dalam kitab suci mereka, Nabi-Nabinya saja menikah, bahkan memiliki banyak istri dan banyak keturunan, hal ini tentu bertentangan dengan fitrah manusia yang sejatinya membutuhkan pasangan hidup.

Dalam menyikapi fenomena ini, hendaknya seseorang menguatkan logika, berlaku bijak, tidak tertutup, berbuat dan berkata secara proporsional, karena bisa jadi apa yang tidak disukai, hal itu menjadi baik buat kita dan belum tentu apa yang kita suka itu baik untuk kita.

Dari Abu Abdillah Jabir bin Abdillâh al Anshari radhiyallahu anhuma bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullâh shallallahu alaihi wasallam lalu ia berkata,

            “Bagaimana pendapat anda jika aku melakukan shalat fardhu, berpuasa ramadhan, menghalalkan yang halal, mengharamkan yang haram, dan aku tidak menambah sedikit pun akan hal itu, apakah aku akan masuk surga?” Beliau menjawab, “Ya.” Laki-laki itu berkata, “Demi Allah Azza wa Jalla , aku tidak akan menambah sedikit pun atas yang demikian itu.” (HR. Muslim)

Dalam sejarah, orang Arab adalah Nabi Hud, Shalih, Ismail, Muhammad, nasab mereka sampai kepada Syam putra nabi Nuh, adapun selainnya keturunan Israil yang dimulai dari Nabi Yakub. Yafith merupakan cikal bakal orang barat (kulit putih), sedangkan Ham cikal bakal orang Afrika (kulit hitam). Sebagian nama keturunan Nabi diambil dari Israiliyyat (cerita Bani israil). (Sumber foto: Guntara Nugraha Adiana Poetra / Facebook)
Dalam sejarah, orang Arab adalah Nabi Hud, Shalih, Ismail, Muhammad, nasab mereka sampai kepada Syam putra nabi Nuh, adapun selainnya keturunan Israil yang dimulai dari Nabi Yakub. Yafith merupakan cikal bakal orang barat (kulit putih), sedangkan Ham cikal bakal orang Afrika (kulit hitam). Sebagian nama keturunan Nabi diambil dari Israiliyyat (cerita Bani israil). (Sumber foto: Guntara Nugraha Adiana Poetra / Facebook)

Mengenal Israil

Israil merupakan gelar yang diberikan “Yahwe” tuhannya bangsa Yahudi, kepada Nabi Yakub, karena ia dapat mengalahkan tuhan dalam pertarungan sengit antara keduanya hingga fajar menyingsing, setelah itu Yahwe berkata: “Setelah ini janganlah kamu dipanggil Yakub tapi panggil dengan Israil, karena kamu telah mengalahkan tuhan dan manusia dan engkau menang[7].

Israil terdiri dari dua suku kata bahasa Ibrani “Isra” dan “Iel”, Isra artinya hamba dan iel adalah Tuhan, Israil adalah hamba Tuhan (slave of God), maka jangan heran jika keturunan Israil bangga dengan nasabnya karena ada faktor sejarah versi Alquran dan kitab suci mereka. Begitu juga kata-kata dalam Alquran tidak semuanya berbahasa Arab, namun ada juga yang dipetik dari bahasa Ibrani seperti kata Ismail, Yusuf, Ibrahim. Adapun yang disebut dengan Bani Israil, mereka berasal dari dua belas keturunan Nabi Yakub sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Mengenal Yahudi

Pelafalan Yahudi merupakan bagian dari tradisi pengucapan (uruf qauli), contohnya adalah kata ma’lum dalam bahasa Arab artinya “diketahui”, dalam bahasa Indonesia menjadi “maklum” artinya hal yang lumrah, padahal asalnya tidak ada huruf ‘K” di dalam pelafalan kata tersebut.  Maksud Yahudi berartikan “Sesungguhnya kami telah kembali kepada Engkau wahai Tuhan”.

Firman Allah Ta’ala,

إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ

           “Sesungguhnya kami kembali kepada Engkau (Ya Allah).” (QS. Al A’raaf: 156)

Yahudi adalah kalimat yang dinisbatkan kepada anak ke-empat dari Nabi Yakub bernama Yehuda (dari Lea), gelar ini muncul setelah runtuhnya kerajaan Yehuda sekitar abad ke-5 SM setelah terjadi invasi besar-besaran oleh pasukan Babilonia-Mesopotamia (Irak).

  1. Suku Suku Yahudi

Di antara suku-suku bangsa Yahudi adalah suku Creat berasal dari Palestina dan suku Aran berasal dari Syria. Daerah-daerah ini namanya semenanjung Arab atau lebih dikenal dengan kawasan dua sungai bersejarah yaitu Furat dan Dajlah yang menghubungkan tiga benua sekaligus yaitu Asia, Afrika dan Eropa.

Dari keturunan Nabi Yakub (Israil) banyak menghasilkan para Nabi seperti Nabi Yusuf (Jossef), Musa, Harun, Daud (David), Sulaiman (Salomo), Yunus, Zakaria, Yahya (Yohanes), Ilyas (Elia), Ilyasa (Elise), Isa (Jesus/Al Masih) dan lain-lain.

Maka kita tidak perlu heran kalau Bani Israil/kalangan Ahli Kitab berbangga diri karena memang banyak leluhur mereka menjadi Nabi kendati sejarah menyatakan bahwa mereka telah membunuh sebagian Nabinya.

Firman Allah Ta’ala, “Maka (Kami hukum mereka)[[8]], disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh Nabi-Nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebagian kecil dari mereka.” (QS. An Nisaa: 155)

2. Kitab Suci Yahudi

Kitab suci orang Yahudi saat ini adalah Taurat dan Talmud, posisi Talmud sangat suci bagi mereka, Taurat dianggap sebagai roti dan Talmud sebagai lauknya, jika beriman kepada Taurat tapi tidak kepada Talmud, maka tidak sah, bertolak dari kitab Talmud inilah lahirnya Zionisme.

3. Mengenal bangsa Arab

Ismail merupakan keturunan bangsa Arab yang silisalahnya sampai kepada anak dari Nabi Nuh yang bernama Syam, keturunan dari Syam[9] merupakan cikal bakal bangsa Arab, terdiri dari beberapa komunitas (qabaail), diantaranya kaum ‘Ad, Tsamud, Jurhum, Thasam, Juamis, Umaim, Madyan, Amlaq, Ubail, Jasim, Qathan, Bani Yaqthin, dan lainnya.

Nabi Hud (kaum ‘Ad) dan Nabi Shalih (kaum Tsamud) merupakan dua Nabi dari kalangan bangsa Arab murni (‘Aribah), nasab mereka sama seperti Nabi Ismail yang juga sampai kepada putra Nabi Nuh yang bernama Syam.

Adapun Nabi Muhammad (suku Quraisy) merupakan bangsa Arab yang sudah tercampur (Musta’rabah), nasabnya sampai kepada Nabi Ismail bin Ibrahim (orang Palestina murni, dahulu belum termasuk Arab), keturunan daripada Nabi Ismail inilah tercampur dengan Suku Jurhum yang menjadi bagian dari suku orang-orang Arab murni.

REFERENSI:

  • Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahnya
  • Kementerian Wakaf Majelis Tinggi Urusan Agama Islam, Republik Arab Mesir Al-Azhar, 2001, Al-Muntakhab (selekta) Dalam Tafsir Alquran Al-Karim Arab-Indonesia, Kairo
  • Al Ahdu Al Qadhim/Perjanjian Lama, 1979, Lembaga Al Kitab Indonesia, Jakarta
  • Ad-Dimasyqi, ‘Imaduddin Abi al-Fida ‘Ismail bin KatsiralQurasyi, 2005, Qashashu al Anbiya, Dar ibnul Jauzi, Kairo
  • Al-Thabari, Abi Ja’far Muhammad bin Jarir, Tarikh al-Thabari tharikh al-Rasul Wa al-Muluk,II tahun 1967, Darul Ma’arif, Mesir
  • Isaa, Muhammad Al Azwar Hamid, Buhuts fi al-Yahudiyah/Kajian Seputar Yahudi, Diktat Fakultas Theology Universitas Al Azhar Mesir, Cetakan pertama tahun 2001.

[1]. Menurut Dr. Bouhamdi salah seorang budayawan asal Maroko, Fir’aun merupakan gelar raja bagi orang Mesir asli, adapun non Mesir maka tidak disebut Fir’aun

[2]. Lihat di Kejadian tentang Hagar dan Ismael 16:2-3. Hal. 22. Penerbit Lembaga Al Kitab Indonesia 1979

[3]. Lihat di Kejadian tentang 30:20. Hal. 40. Penerbit Lembaga Al Kitab Indonesia 1979

[4]. Lihat di Kejadian: Kelahiran Benyamin-Rahel mati 35: 16-22a. Hal. 47, Penerbit Lembaga Al Kitab Indonesia, 1979

[5]. Lihat di Kejadian: Anak-anak Yakub 35: 22b26. Hal. 47. Penerbit Lembaga Al Kitab Indonesia, 1979.

[6]. Menurut sejarah ketika terjadi musim paceklik di Mesir dan sekitarnya, Maka atas anjuran Ya’qub, saudara-saudara Yusuf datang dari Kanaan ke Mesir menghadap pembesar-pembesar Mesir untuk meminta bantuan bahan makanan.

[7].Lihat di Kejadian-Pergumulan Yakub dengan Allah 32: 22-32. Hal.44, Penerbit Lembaga Al Kitab Indonesia, 1979.

[8]. Tindakan-tindakan itu ialah mengutuki mereka, mereka disambar petir, menjelmakan mereka menjadi kera, dan sebagainya.

[9]. Kawasan ini meliputi Palestina, Yordania, Libanon dan Syria

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung (UNISBA) & PIMRED di www.infoisco.com (kajian dunia Islam progresif)

Lihat Juga

Rekonsiliasi Tidak Gratis, Israel Jamin Keamanan Arab Terhadap Ancaman Iran

Figure
Organization