Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Unsplash)su

dakwatunacom – “Setinggi apa pun jabatan, sehebat apa pun profesi, sebanyak apa pun uang yang dimiliki apabila dihiasi dengan ketidakjujuran, maka tidaklah akan memberi manfaat”.

Apa pun profesi kita, selalu ada ujian untuk sebuah kejujuran, selalu ada problematika yang senantiasa menguji integritas kita. Sudahkah kita berperilaku benar dalam kehidupan sehari-hari? Bagi seorang pengacara, sudahkah menjunjung tinggi kebenaran meski itu bertentangan dengan kepentingan kliennya? Bagi para politisi, sudahkah menempuh jalur yang jujur untuk mengemban suatu amanat besar dari rakyat? Bagi wartawan, sudahkah memberikan berita sesuai dengan faktanya? Bagi para marketer, sudahkah memberi informasi produk yang benar kepada konsumennya? Bagi pedagang, sudahkah menakar timbangannya dengan adil? Bagi para akuntan, sudahkah memberi laporan keuangan yang akurat? Bagi pengamen sudahkah meminta dengan jujur tanpa berpura-pura mengatasnamakan korban bencana alam? Bagi ibu rumah tangga, sudahkah menjadi teladan kejujuran bagi anak-anaknya lewat perilaku sehari-hari?

Perlu diketahui bahwa setinggi apa pun jabatan, sehebat apa pun profesi, sebanyak apa pun uang, apabila dihiasi dengan ketidakjujuran, maka tidaklah akan memberikan manfaat bagi kehidupannya. Justru malah sebaliknya dapat menuai cela yang berujung pada kerugian bagi diri sendiri. Harta melimpah bukannya dipuji, namun malah disindir karena orang-orang tahu itu hasil ketidakbenaran misalnya korupsi. Pangkat tinggi bukannya dihormati, malah dicibir karena itu hasil suap sana-sini bukan jerih payah usahanya. Usaha berkembang pesat dengan cara yang salah bukannya diberi selamat, malah akan mendapatkan laknat.

Firman Allah SWT di dalam QS. Al-Muthaffifin (1-3):

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ (١) الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ (٢) وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ (٣)

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifin: 1-3)

Sebaliknya, jika kita hanya seorang pegawai kecil, bila jujur maka bekerja dapat menjadi sebuah keberkahan di dalam kehidupan ini. Sekecil apa pun nilai materi yang diperoleh, akan senantiasa terasa sangat memuaskan karena benar-benar hasil jerih payah sendiri dan sesuai dengan norma-norma yang digariskan dalam agama. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sebaik-baik mata pencarian adalah hasil keterampilan tangan seorang buruh bila ia jujur.” (HR. Ahmad)

Oleh karena itu, tanamkan selalu sikap kejujuran di dalam diri kita dan implementasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Semoga rahmat Allah SWT akan senantiasa menaungi kita sehingga mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan juga akhirat. (dakwatuna.com/ardne)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Lihat Juga

Pelajaran Etika dari Pelajaran Hidup Umar ibnu al-Khaththab

Figure
Organization