Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Dari Kematian, Kita Tentukan Akhir Kehidupan

Dari Kematian, Kita Tentukan Akhir Kehidupan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Meninggal (ilustrasi). (aktualpost.com)
Meninggal (ilustrasi). (aktualpost.com)

dakwatuna.com “Setiap hamba akan dibangkitkan sebagaimana keadaannya ketika wafat.” (HR. Muslim)

Menyambut gerbang kematian, sebagai takdir kehidupan dengan persiapan amal bakti yang mengiringi cara kematian itu sendiri. Apa yang terjadi saat ini, itulah yang akan dituai saat nanti mati. Hidup, kini menjadi jalan setapak yang panjang atau pendeknya tetap akan berujung di liang lahat. Bukan sekadar apa yang terjadi saat nafas masih berhembus, namun apa yang terjadi saat nafas itu berhenti. Jasad terbujur kaku dan tak ada hal lain yang terjadi kecuali bisu. Hanya amal baik yang akan menjadi sahabat karib yang membersamai hingga hari berbangkit. Namun jika bukanlah ia yang ada, niscaya hanya kepedihan dan penyesalan yang akan terasa.

Pernahkah kita saksikan seorang ahli ibadah yang meninggal dengan cara terindah? Atau pula sesosok ahli dosa yang berakhir mati dengan penuh derita? Itulah batas di mana antara celaan dan pujian terhalang sekat kokoh yang bernama kematian. Ruang henti akhir itu, sungguh tak menyisakan waktu meski sekejap saja untuk berubah. Kecuali, dengan segala amal yang terjadi sesaat saja sebelum ajal itu memanggil. Sebuah pertanggungjawaban tentang sejauh apa hidup itu digunakan untuk taat pada rabbNya dan kekuatan iman yang diuji dengan jutaan halau serta rintangan dunia.

Keikhlasan adalah cerminan sejuk yang memantul pada hati hamba yang hanya mengharap keridhaanNya. Sedang di luar itu, ada percik noda yang mesti dihilangkan dan dibasuh dengan sejuta kesungguhan untuk memangku taubat. Karna jika saja noda itu tetap melekat, niscaya dalam dada ia akan membesar hingga membuat jiwa tak sadar. Berjalan dengan cara yang tak benar serta menuju titian terjal dan sasar. Bertitel khilaf dan dengan tingkah laku jauh dari salaf. Namun, khilaf itu akan menjadi indah jika tetiba saja tersadar oleh pengakuan salah. Tapi jika khilaf itu tak berubah, sungguh hanya ujung kelam yang akan menerjang.

Al-Ghazali Rahimahumullah Ta’ala. Tersebutlah kisahnya mendekap kitab hadits tershahih setelah alquran, manakala jiwanya terlepas dari raga untuk selama-lamanya. Seorang ‘alim, faqih, cerdas nan rendah hati, cinta ilmu pengetahuan dan tak segan berbagi ilmu dan pengalaman. Kematiannya memberi sirat tanda tentang arti sebuah husnul khotimah. Menyongsong akhir hayatnya dengan cara yang paling indah.

Namun sekejap saja, tengoklah bagaimana Firaun di akhir kehidupanya. Seorang raja congkak seolah penuh kekuasaan nan merasa diri hebat setara tuhan. Ia lupa, bahwa semulia apa pun manusia tetap hanyalah hamba Allah SWT yang tiada apa-apanya. Manusia mulia saja mestilah tunduk dan berada di bawah kuasa-Nya, maka apalah arti Firaun yang hina. Maka terpendamlah ia bersama air yang membentang di hadapan Musa seluas dan sedalam raya. Setitik iman pun muncul dalam hatinya seketika, namun tak ada guna. Nafas di kerongkongan itu telah menakdirkanya untuk kelak hangus bersama banyaknya jiwa pendosa di poros lembah panas bernama neraka. Na’udzubillahimin dzalik.

Maka semulia apa pun hati ataupun kedudukan yang terancang dan tercitra di hadapan manusia, harapan akan pertolongan pada keistiqomahan ta’at dan iman haruslah senantiasa ditujukan pada Allah ‘Azza wa Jalla. Dialah yang menggenggam setiap jiwa dan Dialah yang menentukan segalanya. Allahu Robbi, sebanyak doa baik pada hari ini dan istighfar penuh mohon ampunan yang tercurah, moga terijabah dan menjadi bekal terindah di akhir kehidupan nanti.

“Yaa muqollibal quluub Tsabbit qolbi ‘ala diinik wa tho’atik”

“Duhai Allah, wafatkanlah kami dalam keadaan islam, wafatkanlah kami dalam keadaan iman dan wafatkanlah kami dalam keadaan husnul khotimah”.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Seorang hamba Allah yang sangat ingin menginjakan kaki di syurga tertinggi. S2 Magister Ekonomi Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Program Kaderisasi Seribu Ulama (KSU) DDII-BAZNAS. Sharia Financial Planner.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization