Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menyiapkan Amalan Terbaik di Detik-detik Terakhir Kehidupan

Menyiapkan Amalan Terbaik di Detik-detik Terakhir Kehidupan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Setiap manusia memiliki batasan waktunya masing-masing. Kematian sejatinya adalah sebuah keniscayaan bagi semua makhluk hidup. Kehidupan manusia di dunia hanyalah sementara, seperti yang telah Allah firmankan di dalam berbagai ayat Alquran sebagai berikut,

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat iti lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32)

“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (QS. Muhammad 36)

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…” (QS. Al Hadid 20)

Ketiga ayat di atas memberikan maksud yang sama, yaitu Allah mengingatkan kita untuk memperhatikan apa-apa yang kita lakukan di dunia karena kehidupan di dunia hanya sementara sedangkan kehidupan di akhirat itu selamanya. Yang menjadi hal utama yang bias kita perhatikan adalah bagaimana kita meningkatkan amalan-amalan kita di dunia sebagai bekal kita di akhirat kelak. Namun, setan tidak akan pernah tinggal diam. Semakin tinggi tingkatan ilmu yang kita miliki, maka godaan setan akan semakin besar.

Ada sebuah kisah tentang sahabat Rasulullah. Sahabat tersebut tidak pernah terlambat melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid. Definisi terlambat menurut sahabat tersebut adalah tertinggal dalam takbiratul ihram. Suatu hari, sahabat ini tidak mendapatkan takbiratul ihram yang bertama. Beliau sangat sedih, menyesal, dan menangis seharian karena kelalaiannya dalam shalat subuh. Beliau berdoa kepada Allah untuk diampuni atas kelalaiaannya tersebut. Keesokan harinya, sahabat tersebut terbangun sebelum adzan subuh karena ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya. Begitu pula dengan hari-hari setelahnya, sahabat tersebut tidak terlambat shalat subuh berjamaah di masjid karena beliau terbangun oleh ketukan di pintu rumahnya. Suatu saat sahabat tersebut penasaran dengan siapa sesungguhnya orang tersebut. Sahabat tersebut akhirnya memergoki orang yang mengetuk pintu rumahnya dan bertanya tentang orang tersebut. Ternyata, yang selama ini membangunkan orang tersebut adalah iblis. Iblis itu berkata, “aku khawatir jika kamu terlambat mengikuti shalat subuh berjamaah di masjid, kamu akan mengingat Allah sepanjang hari. Sedangkan jika kamu tidak terlambat, maka seharian itu kamu akan merasa cukup dengan shalat subuh berjamaah mu itu.”

Subhanallah.. begitu berat tipu daya dan godaan yang dilancarkan oleh Iblis kepada manusia. Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah,

  1. Sudah sebanyak apa kita mengingat Allah dalam setiap sisa hari yang kita miliki? Waktu yang kita miliki semakin terbatas, kita tidak akan pernah tahu kapan akhir dari hidup kita.
  2. Kita harus menyiapkan amalan terbaik dan unggulan yang bisa kita persembahkan kepada Allah kelak di akhirat nanti.
  3. Gangguan dari setan adalah sebuah kenisayaan jika kita melakukan hal yang baik dan menuju Allah. Kita harus memperkuat pertahanan kita dengan banyak mengingat Allah.

Seseorang akan bersama dengan apa yang ia perbuat. Yang Allah minta dari kita bukan banyaknya amal kita, namun optimalnya amal-amal yang kita perbuat. Allah smengoptimalkan dan menurunkan semua risalah-Nya, lalu apakah pantas jika kita setengah-setengah dalam menjalankan perintah Allah. Apakah pantas jika kita tidak memaksimalkan ketaatan kita? Semua nikmat yang Allah berikan kepada kita akan dihisab kelak, lalu bagaimana kita menyikapinya?

  1. Mensyukurinya: dengan cara mengoptimalkan segala potensi untuk memberikan manfaat seluas-luasnya
  2. Bersungguh-sungguh dalam beramal shalih untuk menghadapi kematian dan dengan menuntut ilmu Allah

Oleh karena itu, sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya kita memikirkan hari akhirat kita dan mempersiapkan kematian dengan sebaik-baiknya. Mulai saat ini, kta harus memilih satu amalan unggulan yang akan kita laksanakan secara konsisten hingga akhir hayat kita.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswi jurusan Teknik Kimia UI angkatan 2012. Aktif di organisasi Lembaga Dakwah Fakultas sebagai Wakil Kepala Bidang PSDM (Pembinaan Sumber Daya Muslim). Penerima Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri Regional 1 Jakarta angkatan VII. Menyukai membaca buku-buku pengembangan diri Islam dan buku-buku sejarah Islam. Motto hidupnya adalah �Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Jika kamu tidak memiliki apa-apa, maka kamu tidak bisa memberi apa-apa.�

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization