Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ingat Masa Tenggang

Ingat Masa Tenggang

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Musim hujan adalah waktunya para petani untuk menanam jagung. Menyiapkan bibit-bibit yang unggul dan obat-obat hama. Beberapa hari setelah menanam, akan tumbuh tunas baru, kecil, dan mudah untuk dihancurkan. Beberapa hari kemudian, akan bertambah tinggi, berwarna hijau royo-royo. Terlihat indah, segar, dan sedap. Tapi, beberapa hari kemudian jagung-jagung itu akan menguning, kering, rapuh, dan siap menghadapi kematian.

Sama halnya dengan manusia. Ketika seorang ibu mengandung, semua perhatian akan ditujukan pada janin. Dari mengonsumsi makanan, minuman, yang berkualitas. Setelah sembilan bulan, bayi itu akan lahir. Bayi itu terlihat lucu, manis, dan imut. Beberapa tahun kemudian, bayi itu akan menjadi seorang anak-anak yang kelucuannya sudah mulai hilang. Tapi aktif dalam bermain. Tidak lama kemudian, anak-anak itu akan menjadi remaja. Mulai terlihat gagah, tampan, dan maskulin. Sudah ada tanda-tanda kedewasaan. Setelah melewati masa remaja, seseorang akan masuk ke masa dewasa. Masa ini adalah identitas kita. Kita jadi apa dan bagaimana. Terlihat gagah, maco, kuat, dan berenergi. Beberapa kemudian, seseorang akan menjadi tua renta, tak berdaya, hanya bisa menharapkan bantuan orang lain. Dan akhirnya meninggal dunia.

Itulah hidup. Tidak ada yang abadi. Semua itu ada masa tenggangnya. Tidak ada yang dapat bertahan dan awet dengan berjalannya waktu. Tidak bisa diisi ulang layaknya pulsa. Jika pulsa habis, maka bisa diisi ulang kembali. Tapi jika umur kita berkurang, maka tidak bisa diisi ulang. Karena memang tidak ada yang jual.

Semua harta yang kita miliki sekarang, tidak akan bisa memilikinya selamanya. Musti ada batas akhir dari kepemilikannya. Akan berpindah ke orang lain, entah keluarga, rekan bisnis, bank, maupun perampok. Tubuh kita yang kuat dan segar bugar, tidak akan selamanya begitu. Ada waktu di mana kita akan merasa lumpuh. Hanya bisa bergantung pada orang-orang di sekitar kita. Pengetahuan kita yang luar biasa, tidak selamanya berada di kepala kita. Ada saat di mana kita pikun, lupa segalanya, dan tidak tahu apa-apa.

Nah, sekarang bagaimana kita menggunakannya. Jika kita memiliki harta yang melimpah ruah, mau kita apakan? Digunakan untuk keburukan atau kebaikan. Jika kita mau menggunakannya untuk kebaikan, maka kita akan mendapat janji Allah “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”. (QS. Al-Lail: 5-7). Tapi jika kita menggunakannya untuk keburukan, maka siksanya sangat pedih.

Juga sama dengan ilmu. Ilmu yang kita miliki ini untuk apa? Kebaikan atau keburukan? Jika untuk keburukan, seperti menghancurkan suatu kaum, mengkorupsi, membohongi, dan lain sebagainya, maka kita akan mendapatkan hasil yang sama buruknya. Misalnya penjara, neraka, dan pengucilan dari masyarakat. Tapi jika kita mau menggunakan ilmu kita untuk kemaslahatan umat maka kita akan mendapat buah dari kebaikan itu, sebagaimana hadits “Demi Allah, andai Allah memberikan petunjuk (hidayah) kepada seseorang dengan perantara usahamu, maka hal itu lebih baik dari unta yang merah (harta benda yang paling dicintai oleh bangsa arab-pent).” (Muttafaq ‘alaih).

Oleh karenanya, marilah kita gunakan waktu, kemampuan, kepandaian, kekayaan, sebaik-baiknya di jalan Allah. Karena semua itu ada masanya. Dan agar semua itu tidak jadi sia-sia. Tapi malah memberi manfaat dan hikmah kepada kita.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization