Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sampai Kapan Kita Memakan “Gaji Buta” di “PT Jagad Raya”?

Sampai Kapan Kita Memakan “Gaji Buta” di “PT Jagad Raya”?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (dakwatuna.com/hdn)
Ilustrasi (dakwatuna.com/hdn)

dakwatuna.com – Allah merupakan pimpinan Maha Tinggi di dalam struktur kepemimpinan Perusahaan Jagad Raya yang terbentang Maha Luas. Nilai aset perusahaan milik pribadi ini Maha Luar Biasa, karena jika dua lautan digunakan sebagai tinta, tak akan cukup menuliskannya (QS Al Kahfi : 109).

Melalui persaingan yang begitu ketat, melawan ribuan calon karyawan (red : sperma), kita mampu memenangkannya hingga pada tahap akhir wawancara, kita ‘melobi’ Allah bahwasanya Ia merupakan pimpinan Maha Tinggi di dalam Perusahaan Jagad Raya ini (QS : Al-A’raaf :172).

Hari pertama kerja pun kita lewati, terdengar jelas sebuah selebrasi dengan teriakan yang tiada henti. Sambutan karyawan senior juga ikut mengiringi, ada Papa, Mama, Uda, Uni, Pak Etek, Mak Etek, dan karyawan dari berbagai divisi. Masa-masa training (sebelum baligh) pun kita lewati, Instruksi Pimpinan Maha Tinggi sudah sangat jelas menggunakan panduan Alquran dan hadist dalam training agar dituruti (QS. an-Nahl : 89).

Tapi apa daya, para senior ‘membandel’ dan ingin menggunakan metode kreasi sendiri. Proses training yang salah kaprah pun sudah kita lewati (red : Baligh). Standar Operasional Prosedur tak pernah diajarkan para senior, akhirnya banyak penyimpangan yang terjadi dan kekacauan sana sini. Ditambah lagi ketidakpahaman kita akan sebuah job deskripsi saat bertugas di dalam divisi. Kalau ingin tahu, mari kita buka Buku Panduan itu kembali di QS Adzzariyat: 56.

Bagaimana sudah coba dipahami? Pemahaman butuh waktu panjang dan berkesinambungan. Tak cukup hanya dengan satu dua kali perulangan. Akhirnya bosan, perubahan hanya menjadi angan-angan, dan kinerja tak sesuai harapan. Perusahaan terus dihancurkan, tetapi gaji beserta bonus (red : Nikmat Allah) masih saja dimakan tidak karuan. Pimpinan yang diam bukan berarti tidak memiliki pengetahuan, tetapi Ia hanya memberikan kesempatan bermegah-megahan, dan setelah itu kita akan sekonyong-konyongnya dihancurkan. Sampai kapan kita memakan gaji buta (red : istidraj) ini? (QS. Al-An’am: 44).

Waktu terus berlari, kontrak telah ditandatangani, tahun demi tahun dilewati. Pimpinan masih mengasihani karena belum ada surat panggilan dari Izrail, selaku Ketua HRD, kita akan dijemput detik ini. Tapi satu hal yang perlu kita pahami, panggilan itu datang tanpa kompromi dan tanpa basa basi. (QS Luqman: 34)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Industri Universitas Andalas. Saat ini aktif sebagai Ketua Badan Pengawas UKM Penalaran Unand dan Ketua Pemuda dan Remaja Masjid Ittihadulmuslimin Lapai Padang.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization