Topic Archives: Kudeta di Mesir

Salah seorang penulis dan wartawan Mesir, Jamal Bakhit, mengeluarkan pernyataan yang merendahkan keutamaan Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra, sebagaimana diberitakan Islam Memo (20/6/2014).

Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz, berkunjung ke Cairo hari Jumat ini (20/62014) dan bertemu dengan Abdul Fatah As-Sisi untuk menyampaikan selamat dan dukungannya kepada presiden kudeta tersebut.

Pengadilan pidana Mesir di Giza mempertimbangkan untuk memberikan hukuman mati terhadap Mursyid ‘Am Ikhwanul Muslimin (Ketua Dewan Pembina IM), Prof. Muhammad Badie, serta sejumlah petinggi IM dan tokoh anti kudeta lainnya seperti Muhammad Al-Baltaji dan Shafwat Hijazi atas dakwaan pidana memprovokasi kerusuhan Masjid Al-Istiqamah Giza.

Sejumlah organisasi HAM Mesir mengajukan gugatan hukum menuntut Mendagri Mesir pendukung kudeta, Muhammad Ibrahim, agar mencabut keputusannya mengawasi penggunaan jaringan media sosial seperti Facebook dan Twitter.

Sikap pro dan kontra kembali mewarnai hari-hari masyarakat Mesir terkait banyaknya poster dan selebaran yang mengajak untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad saw yang menempel di mobil-mobil angkot dan dinding-dinding umum.

Kabinet pemerintahan kudeta yang di bawah pimpinan PM Ibrahim Mahlib mengambil sumpah jabatan di hadapan Presiden Mesir (tokoh utama kudeta), Abdul Fatah As-Sisi, Selasa siang (17/6/2014), di Istana Kepresidenan Al-Qubah, Heliopolis, Cairo.

Sejumlah saluran TV Mesir memberitakan (16/6/2014) bahwa seorang perwira polisi tewas dalam aksi bentrok dengan kelompok bersenjata di daerah Helwan, selatan Cairo.

Jaksa Agung Mesir akhirnya memutuskan (16/6/2014) dan memerintahkan kepolisian kudeta untuk membebaskan wartawan Aljazeera, Abdullah Asy-Syami, setelah ditahan tanpa alasan yang jelas selama 10 bulan.

Kementerian Wakaf (Agama) Mesir mengeluarkan (14/6/2014) persyaratan baru terkait i’tikaf di Mesir pada sepertiga terakhir Ramadhan yang biasa dilakukan sebagian besar rakyat Mesir setiap tahunnya.

Aparat keamanan Mesir menutup dan menyita jaringan usaha mini market milik dua petinggi Ikhwanul Muslimin (IM), sebagai bagian dari ‘perang’ rezim baru dengan gerakan dakwah terbesar di dunia Islam tersebut.