Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Keluarga Muslim Teladan

Keluarga Muslim Teladan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (flickr.com/diloz)
Ilustrasi. (flickr.com/diloz)

dakwatuna.com – Tulisan ini lahir karena adanya kebutuhan informasi penulis untuk mendapatkan artikel tentang keluarga muslim teladan yang langsung siap santap. Tulisan ini merupakan sharing dari penulis tentang informasi aktual, yang bersifat sehari-hari dan aplikatif untuk kita terapkan, bukan hanya menjadi teori dan informasi yang sudah kita ketahui dan dapatkan. Diharapkan, setelah pembahasan ini, kita akan tercerahkan dan terbarukan semangatnya untuk bersama-sama membangun keluarga kita masing-masing sebagai keluarga muslim teladan. Namun, dengan keterbatasan waktu, akhirnya tetap konsepsi yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat dan dapat membangun serta memperkuat komitmen dan kesiapan kita untuk tetap berusaha terus-menerus membangun keluarga kita sebagai keluarga muslim teladan, dengan setiap anggota keluarga yang patut dan pantas menjadi teladan.

“Seseorang pantas dihormati ketika ia memang pantas untuk dihormati” (Pepatah Belanda)

Berikut adalah hal utama yang harus tertanam kokoh dan direalisasikan oleh setiap anggota keluarga:

1. Memiliki tujuan hidup yang jelas

Setiap insan yang cerdas akan senantiasa memiliki tujuan jelas yang ingin berusaha dicapai dan diraihnya, memiliki misi besar yang ingin berusaha direalisasikannya dalam rangka meraih kebahagiaan yang diidamkannya; baik kebahagiaan di dunia atau kebahagiaan di akhirat, atau kebahagiaan pada keduanya

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan” (Al-Baqarah: 148).

Sesuatu yang sesuai bagi kemaslahatan individu, pada umumnya sesuai pula bagi kemaslahatan keluarga, bahkan bagi kemaslahatan umat secara keseluruhan.

2. Tentukan cara mencapai tujuan, bekerja keras dan cerdas untuk merealisasikannya

Rasulullah SAW telah memberikan contoh yang menakjubkan bagaimana cara menentukan tujuan dan bekerja keras untuk meraih dan merealisasikannya, meskipun harus menanggung beban berat dan rasa letih, meskipun harus menghadapi banyak musuh dan sekutunya, meskipun ada usaha tipu daya dari para pembuat makar

وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ

“Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu)” (Al-Qalam: 9).

Maka beliau pun bersabda:

يا عمَّاه.. والله لو وضعوا الشمس في يميني والقمر في يساري على أن أترك هذا الأمر ما تركته حتى يظهره الله أو أهلك دونه

“Wahai Pamanku… Demi Allah sekiranya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara ini, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkannya atau menghancurkannya”.

3. Menyeru diri sendiri dan keluarga terdekat kepada Allah sebelum menyeru orang lain;

4. Membimbing diri sendiri dan keluarga terdekat terlebih dahulu, lalu berusaha pula membimbing manusia;

5. Memberikan keteladanan kepada akhlak dan perilaku mulia;

6. Menyebarkan nilai-nilai kebaikan;

7. Bersabar saat menghadapi berbagai cobaan, baik yang menyenangkan maupun siksaan;

8. Tidak surut menghadapi rintangan;

9. Konsisten pada kebenaran;

10. Bersama berbagai unsur kebaikan berusaha mendirikan daulah yang berada dalam naungan petunjuk kebenaran dan keadilan, mengupayakan lingkungan hidup yang lebih baik bagi seluruh manusia;

11. Mempertahankan agama yang mulia ini serta menyebarkan risalah ke seantero alam

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (Ali Imran: 110).

Dua target yang perlu direalisasikan dalam diri setiap anggota keluarga:

حدد الإمام البنا في (رسالة المؤتمر السادس) غايتين لجماعته المباركة فقال: ”يعمل الإخوان المسلمون لغايتين: غاية قريبة يبدو هدفها وتظهر ثمرتها من أول يوم ينضم فيه الفرد إلى الجماعة، تبدأ بتطهير النفس وتقويم السلوك وإعداد الروح والعقل والجسم لجهاد طويل (وَنَفْس وَمَا سَوَّاهَا ﴿ ٧﴾ فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ﴿8﴾ قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا ﴿9 ﴾ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا ﴿ 10﴾ (الشمس)، وغاية بعيدة: لا بد فيها من توظيف الأحداث وانتظار الزمن وحسن الإعداد وسبق التكوين، تشمل الإصلاح الشامل الكامل لكل شئون الحياة، وتتعاون عليه قوى الأمة جميعها، وتتناول كل الأوضاع القائمة بالتغيير والتبديل لتحيا من جديد الدولةُ المسلمة وشريعة القرآن.. (ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿ 18 ﴾إِنَّهُمْ لَن يُغْنُوا عَنكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْض وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ ﴿ 19﴾ (الجاثية).

Imam Al-Banna dalam risalah al-Muktamar ke-6 menargetkan dua tujuan bagi jamaah yang penuh berkah ini. Mengadopsi target tersebut, setiap individu dalam keluarga dapat mengadopsinya. Kedua target tersebut adalah:

1. Target jangka pendek:

Dimulai dengan target mensucikan dan membersihkan diri, meluruskan perilaku, menyiapkan ruh, jasad dan akal untuk berjihad yang panjang:

وَنَفْس وَمَا سَوَّاهَا . فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا  . قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا

“Demi jiwa yang diciptakan dengan sempurna, lalu diberikan ilham jahat dan taqwa, sungguh beruntung bagi siapa yang berusaha mensucikannya dan sungguh merugi orang yang mengotorinya” (As-Syams: 7-10).

2. Tujuan jangka panjang:

a. Melakukan persiapan dan pembentukan, mencakup perbaikan yang komprehensif dan integral ke dalam seluruh lini kehidupan;

b. Bekerja sama dengan seluruh potensi yang dimiliki oleh umat untuk menghidupkan negara muslim, syariat serta hakikat Al-Quran:

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الأمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ . إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikit pun dari siksaan Allah dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa” (Al-Jatsiyah: 18-19).

Kedua target keluarga tersebut merupakan bagian target jamaah IM seiring dengan konsepsi Imam Al-Banna yang telah menetapkan misi besar dan agung tersebut dengan beberapa tujuan periodik dan sarana yang terperinci, diawali dengan tujuan melakukan perbaikan bagi setiap individu, kemudian membangun keluarga, lalu masyarakat, kemudian pemerintah lalu khilafah yang penuh berkah lalu menjadi pemimpin dunia. Pemimpin yang membawa hidayah, pemberi arahan, kebenaran dan keadilan.

ولقد حدد الإمام البنا لتلك الغاية العظمى أهدافًا مرحلية ووسائل تفصيلية.. تبدأ بإصلاح الفرد ثم بناء الأسرة ثم إقامة المجتمع ثم الحكومة فالخلافة الراشدة فأستاذية العالم.. أستاذية الهداية والرشاد والحق والعدل. وبين أن هذه الغايات والأهداف تحتاج بعد تحديدها ووضوحها إلى جِديَّة في التنفيذ، وإصرار على الإنجاز، وتدرج فى الخطوات، واستمرار فى العمل، وضم الصفوف بالإقناع لا بالإجبار، وبالحب لا بالجبروت (فَذَكِرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِرٌ ﴿ ١8 ﴾لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِر ﴿ 19﴾ (الغاشية)، (وَمَا أَنتَ عَلَيْهِم بِجَبَّار فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَن يَخَافُ وَعِيدِ ﴿ 45﴾ (ق)، ثم الثبات على الطريق مهما اعترضته من عقبات وشدائد أو مكائد ومؤامرات،

Keluarga muslim teladan adalah keluarga yang mampu merealisasikan tujuan periodik dan empat sarana tersebut dan teguh melaksanakannya sampai akhir usia.

Imam Syahid Hasan al-Banna juga menjelaskan bahwa tujuan dan misi ini, meskipun telah ditetapkan targetnya dan penjelasannya, membutuhkan adanya:

1. Kesungguhan dalam mengeksekusinya;

2. Membutuhkan kerja keras untuk mencapainya;

3. Langkah-langkah bertahap;

4. Kerja yang berkesinambungan dan kontinyu;

5. Kesatuan barisan dengan penuh kepuasan bukan pemaksaan, dengan cinta bukan kekerasan.

فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ. لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ

“Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”. (Al-Ghasyiah: 21-22)

وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِجَبَّارٍ فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ

“Dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku” (Qaaf: 45).

6. Kemudian tsabat di jalan dakwah, sekali pun harus menghadapi berbagai rintangan dan cobaan, siksaan, tipu daya dan konspirasi. Dalam risalah yang sama beliau juga berkata:

إن تكوين الأمم وتربية الشعوب وتحقيق الآمال ومناصرة المبادئ تحتاج من الأمة التي تحاول هذا، أو من الفئة التي تدعو إليه على الأقل إلى قوة نفسية عظيمة تتمثل فى عدة أمور: إرادة قوية لا يتطرق إليها ضعف، ووفاءٍ ثابت لا يعدو عليه تلون ولا غدر، وتضحية عزيزة لا يحول دونها طمعٌ ولا بخل، ومعرفةٍ بالمبدأ وإيمان به وتقدير له، يعصم من الخطأ فيه والانحراف عنه والمساومة عليه والخديعة بغيره

“Bahwa pembentukan umat dan pembinaan bangsa, mewujudkan impian dan cita-cita serta mempertahankan prinsip-prinsip sangat membutuhkan dari umat yang memiliki kecenderungan perkara ini atau kelompok yang menyeru kepadanya minimal kekuatan jiwa yang kokoh berupa hal-hal berikut:

  • Keinginan yang kuat yang tidak pernah terbetik sedikit pun perasaan lemah.
  • Pemenuhan janji yang kokoh yang tidak pernah sedikitpun ternodai oleh kontaminasi muslihat dan tipu daya.
  • Pengorbanan yang besar yang sedikit pun tidak pernah berubah karena ketamakan dan kekikiran.
  • Mengenal dan memahami prinsip dan keimanan kepadanya dan penghargaan untuknya, sehingga hatinya terlindungi dari kekeliruan, penyimpangan, konspirasi dan tipu muslihat dengan yang lainnya”.

Sudah sunnatullah bahwa para penentang dan pembangkang selalu berupaya, dengan sengaja atau tidak sengaja, meletakkan berbagai macam hambatan, rintangan, dan membuat umat Islam sibuk dengan pertempuran internal. Mereka meluncurkan berbagai klaim glamor namun bohong, untuk memecah belah barisan umat Islam agar tenggelam dalam berbagai perdebatan yang tak berguna. Rasulullah SAW telah memperingatkan perkara tersebut:

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ

“Tidaklah suatu kaum tersesat setelah diberikan hidayah dan petunjuk kepadanya kecuali karena perdebatan yang tidak berguna”.

Bahkan permasalahannya telah sampai pada tahapan pertempuran dan konfrontasi yang beragam, Kita harus tetap fokus kepada agenda besar dan tujuan mulia dakwah Rasulullah SAW:

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (Al-An’am:153)

Kita pun harus berhati-hati terhadap berbagai usaha yang ingin memecah belah umat ke arah yang berbeda dan saling berbenturan karena kita membutuhkan kepada semua energi dan potensi umat dan pengalaman-pengalamannya. Kita membutuhkan semangat para pemuda dan kekuatan yang dimilikinya. Kita membutuhkan kebijaksanaan para orang tua dan pengalaman mereka dalam jihad yang telah mereka lakukan, yang menyatukan mereka semua dalam suasana cinta sejati, ketulusan, kepercayaan dan tujuan bersama. Itu semua berawal dan berwujud dari keluarga kokoh yang pantas menjadi teladan umat.

ولنستمع إلى إمامنا الشهيد في خطابه للمخلصين العاملين من الشباب والشيوخ: “ألجموا نزوات العواطف بنظرات العقول، وأنيروا أشعة العقول بلهب العواطف، وألزموا الخيال صدق الحقيقة والواقع، واكتشفوا الحقائق في أضواء الخيال الزاهية البرَّاقة، ولا تميلو كل الميل فتذروها كالمُعَلَّقة، ولا تصادموا نواميس الكون فإنها غلاّبة، ولكن غالبوها واستخدموها وحولوا تيارها، واستعينوا ببعضها على بعض”.

Terkait dengan hal tersebut, mari kita simak ucapan Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam sambutannya di hadapan para aktivis yang ikhlas dari kalangan orang tua dan muda:

”Marilah kita membungkam keinginan emosi dengan tatapan akal yang jernih. Marilah kita sinari pikiran dengan letupan emosi  yang berapi-api. Berkomitmenlah dengan impian dalam bentuk yang nyata dan realitas. Marilah kita temukan fakta-fakta yang ada dalam imajinasi yang cerah dan cemerlang. Janganlah kamu terlalu cenderung kepada apa yang kamu cintai sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung, dan jangan melakukan bentrokan dengan hukum alam karena pasti dia yang akan memenangkannya. Namun berusahalah untuk mengendalikannya, memanfaatkannya dan menyetir haluan dan arusnya, dan berusahalah untuk saling memberikan bantuan satu sama lain. ”

Karena itu, keluarga menjadi muara awal dari semuanya. Selamat bekerja dan berjuang dengan gigih dalam rangka menyatukan barisan dan mewujudkan tujuan yang jelas, sambil memohon pertolongan kepada Allah SWT dan bertawakkal kepada-Nya

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“Dan Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (At-Thalaq:3)

Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Allah Maha Besar dan Segala puji hanya milik Allah semata.

Berawal dari Keluarga Kokoh: Kebangkitan Umat dan Kesatuan Generasi Umatnya

Persatuan umat dan bangsa merupakan batu bata pertama dan titik tolak akan kebangkitan yang hakiki. Firman Allah berikut ini menjadi pondasi bagi masing-masing jiwa setiap anggota keluarga:

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ

“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku”. (Al-Mu’minun:52)

Sebagaimana kebangkitan setiap umat atau bangsa selalu berada pada kesatuan anak bangsanya meskipun terdapat di dalamnya keragaman jenis dan warna kulit, secara khusus mereka harus berusaha untuk bekerja sama dan saling bergotong royong demi pembangunan negeri dan kemajuannya. Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. (Ali Imran:103)

Dan kesucian darah, kehormatan dan harta, dan diberlakukannya qishash bagi siapa yang melakukan pelanggaran dan kejahatan terhadap merupakan keniscayaan, karena itu Allah berfirman:

وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الألْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”. (Al-Baqarah:179)

Kita adalah satu-satunya umat yang ditakdirkan membawa kebaikan, telah diciptakan untuk membawa misi kebaikan; diawali dengan memberikan kebaikan kepada seluruh umat manusia, sebagaimana Allah berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran:110)

Karena itu, mempersiapkan umat untuk mengemban risalah Islam harus didahului dengan pembinaan setiap anggota keluarga, dan berkomitmen melakukan perbaikan dan perubahan. Keluarga muslim yang kokoh mampu menggunakan berbagai pilar-pilar kebangkitan  yang akan membuat pilihan setiap anggota keluarga dalam menjalani kehidupannya benar dan tujuannya juga tepat. Masing-masing keluarga dapat meraih kebebasan dan kemuliaannya, kekuatan dan kebangkitannya, serta kemakmurannya dalam kehidupan yang sejahtera. Kehidupan bermasyarakat dan bernegara pun menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Pendidikan Pertama dalam Keluarga Menentukan Kesehatan Umat

Kesehatan umat terletak pada norma-norma akhlaknya dan itu disemai dan dibentuk pertama kali dalam keluarga. Norma-norma akhlak yang mulia di seluruh aspek kehidupan kita akan membentuk akhlak kebangkitan umat yang mampu mengalahkan kediktatoran, kekerasan dan kezhaliman. Akhlak yang moderat, realistis, mutawazin (seimbang) dan syamilah (komprehensif) mampu menyehatkan kehidupan umat, memberikan tenaga spiritual dalam rangka menghadapi berbagai tantangan. Sungguh kita saat ini sangat membutuhkan hal tersebut. Nabi SAW bersabda:

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”

Akhlak juga merupakan agama, sebagaimana nabi ketika ditanya tentang makna agama, maka beliau bersabda: “Akhlak yang baik”. (HR. Muslim)

Karena itu, bahwa norma-norma akhlak dan nilai-nilai yang kokoh pada setiap kebangkitan, pada saat membutuhkan adanya jenis, waktu, tempat dan kualitas, dan pada saat nilai-nilai yang tidak bersumber dari yang lain kecuali dari wahyu Allah yang mampu memberikan perbaikan fitrah yang lurus dan memeliharanya seperti dalam firman Allah:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Ar-Ra’ad:11)

Lalu hilang dari kehidupan umat, maka akan terjadi kehancuran dan perpecahan di tengah anak bangsa, mereka akan saling bertikai dan mengedepankan kepentingan masing-masing. Allah SWT berfirman:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Jumu’ah:2)

Kewajiban Kita Hari Ini

Di antara nilai-nilai yang dapat menyatukan umat dalam satu tubuh adalah kejujuran dan amanah. Keduanyalah yang dapat melekatkan dalam kehidupan dan interaksi, perilaku dalam pergaulan dan dalam berbagai tingkatan umat; pemimpin dan rakyat, pemerintah dan bangsa, pejabat negara dan para pegawainya, cendekiawan dan wartawan, tentara dan polisi, keluarga dan masyarakat, umat Islam dan non muslim, karena kejujuran dan amanah merupakan dua sifat yang menjadi pokok utama dalam setiap risalah samawiyah, dan inilah yang dikenal dari sifat Nabi SAW sebelum beliau diangkat menjadi seorang Rasul, mereka telah menjuluki nabi dengan orang yang jujur lagi amanah, dan ini pula yang menjadi pintu masuk akan keberhasilan dakwah beliau, terbukanya hati dan tersebarnya ideologi. Kedua akhlaq utama tersebut disemai dan dibentuk pertama kali dalam keluarga.

يذكر ابن هشام في سيرته: لما نزل قوله تعالى: (وأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ) ، جمع أهله وسألهم عن مدى تصديقهم له إذ أخبرهم بأمر من الأمور، فأجابوا بما عرفوا عنه قائلين: ما جربنا عليك إلا صدقًا، قال: فإني نذير لكم بين يدى عذاب أليم

Ibnu Hisyam dalam sirahnya pernah berkata: ketika Allah menurunkan ayat “Berikanlah peringatan kepada keluargamu yang terdekat” maka nabi mengumpulkan keluarganya dan bertanya kepada mereka akan tingkat kepercayaan mereka kepadanya jika diberitahukan sesuatu kepada mereka, maka mereka menjawab seperti yang dikenal dengan berkata: kami tidak mendapatkan darimu sedikitpun kecuali kejujuran. maka saat itu pula nabi berkata: “Sesungguhnya aku datang memberikan peringatan kepada kalian bahwa di hadapan saya ada azab yang pedih”.

Inilah kewajiban bagi setiap individu, bagi setiap keluarga, meskipun memiliki perbedaan orientasi dan kerja. Inilah kewajiban bagi setiap umat meskipun berbeda-beda aliran dan orientasi politiknya.

فعن عبد الله بن عمرو بن العاص أن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: “أربع إذا كن فيك فلا عليك ما فاتك في الدنيا: حفظ أمانة، وصدق حديث، وحسن خليقة، وعفة في طعمة“

Dari Abdullah bin Amru bin Ash, bahwa Rasulullah saw bersabda: ada empat perkara yang jika ada pada dirimu maka engkau tidak akan luput dari kehidupan dunia: Menjaga amanah, jujur dalam berbicara, akhlak yang baik dan makanan yang suci (halal)”. (Musnad Ahmad)

Inilah Jalan Menuju Kebangkitan Umat

Setelah Nabi saw wafat, para khulafa menanggung beban dan tanggung jawab dengan penuh ketenangan dan amanah, tanpa ada kerancuan, kelemahan atau ancaman keamanan, karena ideologi yang telah diajarkan oleh Nabi saw adalah memerdekakan manusia. Ideologi inilah yang mampu menjaga manusia dari tindakan penyimpangan dengan dakwah Islam kepada sesuatu yang menjadi tujuan dan objeknya; karena Allah menghendaki agama ini kekal dan dengannya memuliakan umat melalui revolusi ilmiah, kematangan akal dan transformasi kepada ashalah, sehingga secara cepat menampakkan kecerdasan dalam rangka memimpin dunia menuju peradaban Islam, serta memberikan keteladanan kepada seluruh umat manusia.

Pendidikan pertama dalam keluarga muslim yang kokoh akan menyampaikan setiap anggotanya  kepada kesadaran individu yang matang, ilmu yang cemerlang, amal yang berkesinambungan, pembinaan yang kontinyu, produktivitas yang berkelanjutan, sehingga mereka berhak menjadi pemimpin dunia. Saat ini, kita berada pada waktu yang tepat untuk bekerja dengan sungguh-sungguh guna membangun al Islam. As-Syahid Sayyid Qutb berkata:

إنَّ الذي يعيش لنفسه قد يعيش مستريحًا، ولكنه يعيش صغيرًا ويموت صغيرًا، فأما الكبير الذي يحمل هذا العبء الكبير.. فماله والنوم؟ وما له والراحة؟ وماله والفراش الدافئ والعيش الهادئ والمنام المريح؟!

“Bahwa siapa saja yang hidup dengan sendirinya bisa jadi dapat hidup dengan tenang, namun tetap dalam posisi yang kecil dan akan mati dengan skala kecil, adapun yang dianggap besar adalah yang mampu membawa beban yang besar ini …. jadi untuk apa tidur? untuk apa istirahat? untuk apa dipan yang empuk, hidup yang tenang dan menyenangkan?!

Rasulullah saw telah memahami akan hakikat ini dan ukurannya; sehingga beliau berkata kepada Khadijah saat Khadijah mengajaknya untuk tenang dan tidur:

مضى عهد النوم يا خديجة

“Telah lewat waktu untuk tidur wahai Khadijah”

Tentu telah berlalu waktu untuk tidur, dan tidak akan kembali sejak hari ini kecuali bangun malam, menikmati rasa letih dan jihad yang panjang dan berat! dan jangan lupa pula nasihat syaikh As-Sya’rawi:

“إن الثائر الحق الذي يقوم ليهدم الفساد، ثم يهدأ ليبني الأمجاد“

“Bahwa orang yang membawa kebenaran akan senantiasa berdiri tegak untuk menghancurkan kerusakan kemudian menenangkan diri (duduk) untuk membangun eksistensi”.

Generasi Muslim Kokoh: Generasi Pembawa Cahaya Harapan

Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam Risalah “Nahwan Nur” yaitu khutbah yang disampaikan untuk para pemimpin dan penguasa umat:

تحتاج الأمة الناهضة إلى الأمل الواسع الفسيح، والقرآن يبين لنا أن اليأس سبيل إلى الكفر، والقنوط من مظاهر الضلال

“Sungguh umat ini membutuhkan akan harapan yang luas dan lapang karena Al-Quran telah menjelaskan kepada kita bahwa putus asa adalah jalan kekufuran, dan berpangku tangan adalah merupakan fenomena kesesatan, Allah berfirman:

وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ

“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)”. (Al-Qashash: 5)

وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)”. (Ali Imran: 140)

Harapan muncul dan bersinar bercahaya dengan adanya umat yang memiliki tekad kuat, perasaan yang kuat, juga memiliki keinginan serta kemampuan untuk merealisasikan cita-citanya dengan kuat. Mewujudkan dan berjalan di atas jalan persatuan, yaitu jalan lurus menuju kebangkitan umat.

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain”. (Al-Baqarah: 71)

Semoga keluarga kita adalah keluarga muslim yang kokoh. Keluarga yang memiliki segala perangkat untuk menjadi pemimpin terbaik di muka bumi.

Allah Maha Besar dan segala puji hanya milik Allah.

Maraji’: http://www.al-ikhwan.net

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu dari dua anak. Pemerhati anak, keluarga, sosial, pendidikan, dan perpustakaan. Pustakawan.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization