Saat itu, adik Raja Saudi Salman bin Abdulaziz tersebut menegaskan bahwa Raja dan Putra Mahkotanya bertanggung jawab atas semua kekisruhan di Kawasan.
Menurut penulis yang dimuat di majalah Inggris itu, Pangeran Ahmad memilih untuk tidak kembali ke negaranya. bahkan ia seakan berlepas diri dengan semua yang dilakukan oleh Raja Saudi dan putranya tersebut.
Sebelumnya, para demonstran menggelar aksi di depan rumah Pangeran Ahmad beberapa waktu lalu. Mereka mengkritik intervensi militer Arab Saudi di Yaman yang membuat negara itu di ambang kehancuran.
Dalam rekaman video di lokasi, tampak para demonstran meneriakkan yel-yel seperti “turun, turun Al Saud”, dan “Al Saud keluarga kriminal”.
Melihat hal itu, Pangeran pun keluar dan menghadapi para demonstran. Ia mengatakan kepada demonstran: “Mengapa kalian katakan hal itu kepada keluarga Al Saud? Apa urusan seluruh keluarga Al Saud terkait hal ini?”
“Ada orang-orang tertentu yang seharusnya bertanggung jawab. Jangan sampai tanggung jawab itu juga dibebankan kepada orang lain.”
Para demonstran kemudian bertanya siapa orang yang dimaksud harus bertanggung jawab. “Raja (Salman) dan penerusnya, dan orang-orang lain di dalam negara,” jawabnya.
Secara cepat, rekaman video itu tersebar luas melalui situs jejaring sosial. Kantor Berita Saudi (SPA) juga mengomentari pernyataan Pangeran Ahmad itu dan menyebutnya “tidak benar”.
Warganet juga menyambut baik keberanian Pangeran Ahmad tersebut. Bahkan tagar “kami membaiat Ahmad bin Abdulaziz jadi Raja” sempat viral di Twitter.
Sikap Pangeran Ahmad dianggap yang pertama kalinya terjadi. Padahal, sebelumnya anggota keluarga kerajaan memilih bungkam atas segala dinamika politik di Arab Saudi.
“Jika Pangeran Ahmad dengan tegas menolak untuk kembali ke negerinya, maka sepak terjangnya akan menjadi tantangan besar bagi penguasa Saudi,” tulis David Hearst. (whc/dakwatuna)
Redaktur: William
Beri Nilai: