Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Awal Perjalanan Pejuang Pendidikan SGI di Ibu Kota Jakarta

Awal Perjalanan Pejuang Pendidikan SGI di Ibu Kota Jakarta

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (foundwalls.com)
Ilustrasi. (foundwalls.com)

dakwatuna.com – Sedih rasanya mendapat jadwal keberangkatan penempatan yang terakhir dibanding dengan teman-teman SGI XVI lainnya. Keberangkatan penempatan SGI XVI dimulai di hari Senin (08/2/2016) dini hari sampai hari Selasa (09/2/2016). Pemberangkatan pertama dilakukan oleh tim luar Jawa disusul oleh tim Jawa siang hari sampai hari Selasa. Penempatan kali ini sedikit berbeda dengan penempatan sebelumnya. Karena penempatan tersebar di kepulauan luar Jawa seperti Kapuas Hulu, Nunukan (Kalimantan Utara), Kepulauan Meranti, Musi Rawas Utara (Muratara), Manggarai Barat (NTT), Polewale Madar (Polman). Dan pulau Jawa terdiri atas Cianjur, Tasikmalaya, Banten, dan Mangga dua Selatan (Jakarta Pusat). saya mendapat tugas penempatan di Mangga dua Selatan (Jakarta Pusat), pemberangkatan di hari Selasa siang hari pukul 11.00 WIB. Setelah mengantar keberangkatan teman-teman kini tiba saatnya untuk berangkat. Siang itu saya beserta partner penempatan , guru pembimbing (guru Agung dan Guru Cipto ) berangkat ke penempatan. Mobil Dompet Dhuafa yang dikendarai oleh Pak Jun membawa kami ke Mangga dua Selatan (Jakarta Pusat). laju kendaraan yang stabil membuat kantuk kami yang ada di dalam kendaraan. Tapi tidak lama kemudian kami terbangun dan mendapati fenomena yang menarik perhatian untuk disoroti.

Fenomena pertama yang menjadi perhatian adalah macetnya ibu kota disiang hari, kami sengaja mengambil waktu pemberangkatan pukul 11.00 WIB agar sepi. Ternyata macet pun masih menghampiri. Fenomena tersebut memberi pembelajaran bagi kami bahwa pentingnya manajemen waktu ketika melakukan aktivitas di penempatan. Fenomena selanjutnya adalah fenomena yang menjadi pekerjaan rumah bersama bahwa perlunya kesadaran 5 R untuk ibu kota Jakarta. Fenomena yang didapat adalah bagian terkecil yang didapat dan menjadi pelajaran berharga bagi pribadi. Keadaan tersebut mengantarkan kami bahwa pentingnya kesadaran dan perhatian pada Ibu Kota kita ini. Setelah melewati perjalanan panjang selama kurang lebih 3 jam, akhirnya sampailah di tempat penempatan. Guyuran hujan yang tiba-tiba menyambut kedatangan kita, berharap kita mendapat keberkahannya. Guyuran hujan seakan memberi sambutan selamat datang pejuang pendidikan SGI XVI di Mangga dua Selatan. Tepat pukul 13.00 WIB kami tiba di Mangga dua Selatan mobil Dompet Dhuafa yang mengantarkan kami berhenti di depan Sekolah Dasar Mangga dua Besar. Kami membuka pintu mobil dan membawa barang bawaan untuk menuju ke kontrakan. Tiba-tiba mendapat sambutan hangat oleh anak-anak Mangga dua Selatan dengan hujan yang masih mengiringi perjalanan kami. sambutan hangat anak-anak memberi senyum kami melebar dan tambah semangat untuk segera memulai program bersama anak-anak. Anak-anak yang menyambut kami adalah anak-anak sekolah dasar dan anak-anak yang tidak sekolah. Sedih rasanya ketika melihat anak-anak yang putus sekolah, tapi melihat kehangatan dan senyum mereka pada kita menjadi kami semangat kembali untuk berjuang bersama mereka ketika program nanti sudah terlaksana.

Perjalanan tetap berlanjut menuju ke rumah Haji Sudiyat yang menjadi Bapak Kontrakkan kita selama satu tahun. Setiba di rumah beliau kami langsung ditunggu oleh beberapa tokoh masyarakat yang membantu membawakan barang-barang kami menuju kontrakkan. Setelah semua beres kami melanjutkan diskusi bersama Bapak Haji, Pak Arif selaku pengurus Masjid dan guru pendamping kita tentunya. Obrolan diskusi mengalir dan diakhiri dengan makan bersama. Setelah selesai sambutan dan makan bersama kami langsung mengunjungi masjid Al –Barakah untuk melihat kondisi dan dilanjut ke rumah RW 08 untuk memberitahu keberadaan dan maksud kedatangan kita. Tapi usaha bertemu dengan pak RW ternyata tidak semudah itu kami bertemu. Akhirnya kami kembali ke rumah Pak Haji Diyat untuk bersama diskusi, Pak Arif bersama Pak Haji memberi masukkan kita undang Pak wakil untuk mewakili Pak RW untuk bersama diskusi. Masukkan tersebut diterima dan beberapa lama kemudian Bapak Kusmono selaku wakil RW datang dan mendapat penjelasan dari guru pendamping. Keberadaan yang heterogen di daerah penempatan memang menjadi tantangan bagi kami untuk berjuang. Akhirnya dengan bantuan Haji Diyat, Bapak Kusmono, dan Pak Arif pertemuan dengan RW berhasil dan siap untuk diadakan kumpul bersama semua Tokoh Masyarakat RW 08 untuk melakukan koordinasi dengan guru pembimbing. Pertemuan untuk tujuan koordinasi dilaksanakan dengan dihadiri 22 beserta diskusi dan Tokoh Masyarakat bersama perwakilan pemuda karang taruna berhasil menerima program kita. Penandatanganan MOU berhasil dilakukan dan kita sah diterima sebagai warga RW 08 dan siap untuk menjadi guru pendamping pada program kerja nanti. Perjalanan tersebut memberi semangat kita bersama untuk selalu berjuang dan terus berjuang untuk pendidikan di Ibu Kota khususnya di Mangga Dua Selatan. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Seorang guru konsultan bagi masyarakat marginal Dompet Dhuafa. Guru di sini diperoleh dengan bergabung di Sekolah Guru Indonesia milik Dompet Dhuafa. Selama satu tahun mengabdi sebagai guru konsultan di Mangga Dua Selatan (Jakarta Pusat). Kegiatan yang dilakukan di sini adalah bersama warga membangun sebuah sekolah non formal yang dipertuntukkan bagi anak-anak yang putus sekolah dan menginisiasi pembentukan PAUD serta sekolah Paket B. Selain kegiatan di atas juga bersama tokoh masyarakat mengaktifkan kembali Madrasah Diniyah yang menjadi tiang pembentukan akhlaq bagi generasi muda di Mangga Dua Selatan (Jakarta Pusat).

Lihat Juga

Halal Bihalal Salimah bersama Majelis Taklim dan Aa Gym

Figure
Organization