Asia

Jamaah Syiah Hutsi di Yaman, mengklaim pihaknya menembakkan rudal balistik dengan target depo listrik di Najran, Saudi, Senin (16/04). Sementara pihak Saudi mengaku berhasil melumpuhkan rudal tersebut.

Persoalan di Suriah telah menjadi medan pertempuran pengaruh kekuatan-kekuatan besar di dunia. Setiap negara tentu punya motif di balik keterlibatannya.

Gedung Putih menegaskan adanya desakan dari Presiden AS Donald Trump untuk segera menarik pulang pasukan Amerika Serikat dari Suriah.

Serangan AS dan Sekutu dinilai sebagai sebuah ‘formalitas’ untuk menekan ketegangan akibat penggunaan senjata kimia di Douma.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab ke-29 dalam pernyataannya mendesak Iran agar menghentikan pasokan senjata kepada milisi-milisi Syiah di Kawasan.

Lalu apa rahasia keperkasaan Presiden Suriah tersebut? Apa pula faktor-faktor yang membantunya untuk tetap berkuasa di tengah gempuran oposisi maupun tekanan internasional?

Pembangunan Tembok Pemisah (Tembok Rasial) menjadi pukulan hebat bagi perekonomian Palestina di Al-Quds Timur. Sebuah survei resmi Israel menyebutkan, 75% warga di Al-Quds Timur hidup kemiskinan.

Asosiasi Sahabat Qatar di Afrika Utara meminta kepada KTT Liga Arab agar pemboikotan Qatar segera diakhiri.

Dalam pernyataan resminya, Aliansi Kelompok Oposisi ini menyeru agar serangan terus dilakukan. Namun mereka juga mengingatkan agar serangan tidak mengenai masyarakat sipil Suriah.

Iran memang dianggap punya pengaruh besar di Timur Tengah. Selain itu, Teheran juga diketahui mendukung milisi dan organisasi Syiah di beberapa negara Arab, seperti misalnya Hizbulah Syiah Lebanon.