Namun, ia juga memperingatkan adanya dampak negatif dari konflik geopolitik terhadap perekonomian negara-negara Arab.

Deklarasi Balfour merupakan sebuah pernyataan publik yang dikeluarkan pemerintah Inggris untuk mendukung 'tanah air nasional' bagi Yahudi di Tanah Palestina.

Hal itu ia sampaikan dalam pidato di Konferensi Keamanan Nasional Palestina ke-5, dengan tema “Permasalahan Palestina, Tantangan dan Harapan”.

“Selama kunjungannya yang hanya satu hari, Suu Kyi akan bertemu dengan beberapa pendeta Budha dan perwakilan dari minoritas Rohingya,” lanjut Myung-soo.

Hal itu ia sampaikan saat bertemu dengan Dewan Redaksi Anadolu Ajansı, Kamis (02/11/2017).

Terbaru, pihak pemerintah Myanmar menyebut muslim Rohingya di Bangladesh sebagai ‘imigran gelap’. Sementara PBB menyebut mereka sebagai ‘kelompok minoritas agama yang paling teraniaya di seluruh dunia’.

Sementara itu, Jurnalis Aljazeera di Ramalah melaporkan, pertemuan membahas serangkaian isu yang menjadi perhatian. Seperti berbagai serangan di permukiman, pencabutan blokade atas Gaza, serta isu keuangan terkait hak finansial pemerintah Otoritas Palestina.

Menurutnya, perundingan yang digelar harus dengan syarat tidak menyentuh martabat dan kedaulatan negaranya.

Lebih lanjut, Emir Qatar menyebut negara pemboikot menentang kebebasan berekspresi yang ada di Qatar. “Mereka (pemboikot, red) takut akan kebebesan bereskpresi dan menganggapnya sebagai sebuah ancaman,” lanjutnya.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyebutkan berbagai konspirasi yang terjadi di beberapa negara, mengalami kegagalan di Turki.