Voting terkait pada draf resolusi yang berisi desakan pada rezim Myanmar untuk menghentikan operasi militer terhadap muslim Rohingya. Terdapat 10 negara yang menolak, termasuk di dalamnya Rusia, Cina dan Suriah.

Ia melanjutkan, “ Trump berupaya mengatasi polemik dalam negerinya. Untuk itu ia berusaha mencari dukungan dari kalangan Evangelis dan lobi Israel. Tapi ternyata itu malah menyeretnya kepada tantangan besar dalam politik luar negeri.”

Dilansir dari Aljazeera.net, hal itu sebagaimana artikel yang ditulis oleh Kim Ghattas. Menurutnya, baik Saudi dan Iran lebih sibuk dengan konflik bilateral mereka daripada mengurusi klaim Trump yang menyebut Al-Quds ibukota bagi Israel.

Setidaknya dua pemuda Palestina meninggal dunia dan 689 lainnya terluka akibat bentrokan dengan pasukan zionis di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Tel Aviv beranggapan, badan PBB tersebut lebih memihak kepada Palestina. Hal ini karena UNESCO menyebut Masjidil Aqsha sebagai situs suci Islam yang khusus untuk peribadahan.

Hal itu merupakan jawaban atas sikap Rusia yang mendukung Palestina dalam Sidang Darurat Majelis Umum PBB yang membahas klaim Trump terkait status kota Al-Quds.

Dalam kesempatan tersebut, Johnson meminta Rusia untuk berhenti mengusik stabilitas dan keamanan Eropa. Disebutkan, kunjungan Johnson ke Rusia merupakan yang pertama kali bagi Menlu Inggris sejak lima tahun terakhir.

Seperti diketahui, draf tersebut diinisiasikan oleh Turki dan Yaman sebagai perwakilan negara-negara Arab dan Islam. Sidang Majelis Umum sendiri digelar setelah sebelumnya draf resolusi di DK PBB gugur akibat veto dari AS.

Sedangkan yang menentang resolusi, atau yang pro dengan keputusan Trump, ada sembilan negara. Mereka adalah AS, Israel, Guatemala, Togo, Honduras, Mikronesia, Kepulauan Marshal, Palau dan Nauru.

Sekretaris Jendral Ikatan Ulama Muslim Sedunia (Sekjen IUMS), Syaikh Ali Qaradaghi, turut angkat bicara terkait postingan Menlu UEA yang menghina komandan Ottoman, Fakhri Pasya.