Pesan dari penulis buku ini untuk para pembacanya “Apa salahnya kalo kamu menolak untuk pacaran ‘say no to PACARAN’ dan memutuskan pacarmu? Bukankah, dengan menolak tawaran pacaran dan memutuskan pacarmu itu tandanya mencintai dia. Artinya mencintai dia agar nggak terjerumus ke dalam lembah maksiat. Mencintai dia agar nggak terjerumus dalam kehinaan. Mencintai dia agar harga dirinya nggak ternoda. Itulah namanya cinta sejati yaitu cinta yang didasarkan kepada sang pemberi sekaligus pemilik cinta sejati yaitu Allah SWT.
Baca selengkapnya »Guru yang Tak Putus Asa
Pak Ajum sebagai sosok yang bersahaja dan ramah terhadap siapa saja yang ada di sekitarnya. Saya bangga bisa berjumpa dengan sosok warga seperti pak Ajum ini. Penuh inspiratif dan menginspirasi. Terima kasih telah menjadi keluarga baruku di daerah penempatan. Setahun bukanlah waktu yang singkat untuk saling mengenal. Namun, itu cukup membuatku merasa bangga bisa berkenalan dengan pak Ajum. Guru yang tak kenal kata putus asa.
Baca selengkapnya »Kisah Baru
Mungkin persimpangan adalah tujuan awal untuk hidup baru Berbekal pengalaman seadanya Menyelimuti diri bagai aura tak terlihat Berjalan setapak demi setapak Hingga tiba di persimpangan berikutnya Memberikan jeda waktu untuk mengukir sejarah baru Di setiap liku hidup ini
Baca selengkapnya »Kenangan
Saat kau peroleh rasa Dalam arti kehidupan Tak hiraukan segala angkara Lihat dirimu semakin jauh melangkah Meninggalkan kenangan yang membawa luka Kepada kenangan di masa lalu Kini engkau telah pergi menjauh dari hati
Baca selengkapnya »Harapan
Ketika engkau terus berlari Bahkan akan terus berlari Mengejar semua itu Tanpa ada lelah terbesit di benakmu Namun, kau harus pahami Jalan panjang dan terjal menungggumu Mengitari ruang dan waktu Yang senantiasa membayangi mimpimu…
Baca selengkapnya »Tradisi ‘Ngasek’ di Penempatanku
Tradisi ‘ngasek’ tidak hanya sebatas penanaman benih saja di huma, tetapi tradisi ini menarik untuk dijelajah lebih jauh. Persiapan saat sebelum melakukan tradisi ini juga patut diperhatikan, yaitu mempersiapkan bekal makanan yang masyarakat di sini menyebutnya dengan ‘sangu’ atau bekal makanan berupa nasi dan segala jenis lauk pauknya. Dalam persiapan sangu ini, biasanya mereka memotong seekor atau dua ekor ayam (sesuai dengan kemampuan) untuk bekal makan saat melakukan ‘ngasek’ di huma mereka, apalagi saat ‘ngasek’ banyak yang membantu, sehingga sangu yang mereka siapkan pun lebih banyak.
Baca selengkapnya »Filosofis Gajah dan Semut
Selain gajah kita bisa mengambil hikmah dari semut. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, semut adalah serangga kecil yang berjalan merayap, hidup secara bergerombol, termasuk suku Formicidae, terdiri atas bermacam jenis. Semut merupakan hewan kecil yang mampu mengalahkan semua hewan, hewan kecil hingga hewan besar, selalu berkoloni. Ya ber-koloni, sama seperti kita semua, hidup tak bisa sendirian, mesti membentuk kelompok – kelompok, bersosialisasi dengan orang lain dan ikut merawat lingkungan sekitar tempat bermukim.
Baca selengkapnya »Guruku Pahlawanku
Jauh dari kata sejahtera, ‘pahlawan tanpa tanda jasa’ ini mesti menggadaikan profesi gurunya untuk menyambung hidup. Banyak kita dapatkan, seseorang guru dari pagi hingga siang hari berprofesi sebagai guru, namun setelah itu berprofesi lain untuk menyambung hidupnya. Sementara, seharusnya profesi guru merupakan profesi yang paling tinggi dan mulia dibandingkan profesi lainnya, karena merupakan pilar utama dari segala aspek. Namun, kenyataannya lain, guru hanya sebatas guru belaka, tak dilirik sedikitpun untuk sejahtera.
Baca selengkapnya »Imbas Perhelatan 17-an Masa Kini
Itu semua berimbas pasca pesta rakyat. Sampah berserakan di mana-mana hingga merusak pemandangan mata. Bau busuk yang tak sedap mulai tercium di mana-mana, sampah yang di buang pemiliknya mulai merasuki dan menghancurkan pemandangan lingkungan yang hijau, tenda-tenda hilang bagai di tiup angin puting beliung.
Baca selengkapnya »Tangan Kanan KUA
Abah Masli, begitulah biasa orang memanggilnya. Seorang anggota P3M, pegawai KUA (Kantor Urusan Agama) yang menjadi tangan kanan KUA di tingkat desa. Tugasnya sebagai penghulu telah banyak menikahkan pemuda dan pemudi yang ingin melengkapkan setengah agamanya. Yang membuat aku tercengang, Abah Masli ini telah 29 tahun menikahkan warga di kampungnya, telah puluhan bahkan bisa dikatakan ratusan pasangan yang ia nikahkan. Bahkan, dari ayah hingga cucu dalam suatu keluarga tersebut ia yang menikahkannya. Sungguh suatu hal yang sangat mengagumkan.
Baca selengkapnya »