Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Krisis Lira Turki: Enam Hal yang Perlu Anda Ketahui

Krisis Lira Turki: Enam Hal yang Perlu Anda Ketahui

Krisis Lira Turki. (DW)
dakwatuna.com – Ankara. Krisis Lira Turki cukup menyita perhatian dunia. Banyak negara menyatakan keprihatinan dan dukungan pada pemerintah Turki. Bahkan, masyarakat dari berbagai negara juga turut menukarkan menjual dolar dan membeli lira.

Jatuhnya mata uang Turki di hadapan dolar Amerika menyeret negara dua benua itu ke dalam krisis keuangan dalam beberapa hari terakhir. Berikut enam hal penting yang harus Anda ketahui:

Apa yang terjadi pada lira Turki?

Lira Turki kehilangan lebih dari 45 persen nilai tukarnya pada tahun ini. Pada Senin (13/08) pagi saja, lira Turki berada di titik terendah terhadap dolar AS, yaitu pada 7,24.

Pada Selasa kemarin, lira sedikit pulih dan menguat. Hal ini dibantu dengan langkah-langkah likuiditas baru Bank Sentral, serta konferensi pers Menteri Keuangan yang berusaha meyakinkan para investor.

Apa di belakang itu semua?

Kemerosotan cepat ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif baja dan alumunium terhadap Turki, sebagai langkah balasan.

Washington mendesak Ankara untuk segera membebaskan Pastor asal AS Andrew Brunson yang saat ini menjadi tahanan rumah. Brunson didakwa terlibat dalam aksi teror dan mengancam pemerintah Turki.

Karena tak kunjung dipenuhi, AS kemudian menjatuhi sanksi pada dua menteri Turki secara ekonomi. Keduanya adalah Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kehakiman, di mana aset-aset mereka yang ada di AS dibekukan.

Sebagai balasan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga melakukan hal serupa kepada dua menteri AS. Aset kedua menteri AS yang ada di Turki juga dibekukan.

Namun para analis mengatakan krisis keuangan telah lama datang dan mencerminkan penolakan Turki untuk menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi dua digit dan mendinginkan ekonomi yang terlalu panas. Perselisihan dengan AS turut menyebabkan jatunya lira.

Aly Khan Satchu, CEO Rich Management mengatakan, krisis ekonomi terjadi ketika “dolar AS disulut baik secara sengaja maupun tidak”.

“Apa yang kita lihat adalah pengurangan dolar yang dipasok ke sistem, dan akhir dari pelonggaran kuantitatif,” imbuhnya kepada Aljazeera.

“Ketika pasar global dibanjiri dolar murah dan gratis, semua orang jadi sangat semangat, terutama di pasar-pasar yang baru tumbuh dan berkembang. Dan sekarang kita menyaksikan perputaran ini,” imbuh Satchu.

Apa arti semua ini bagi warga Turki?

Menurut sejumlah ahli ekonomi, dalam jangka pendek, krisis lira akan meningkatkan inflasi. Hal ini disebut akan sangat merugikan bagi warga Turki yang miskin.

Harga-harga barang akan mengalami peningkatan.

The Finansial Times pada 27 Juli lalu melaporkan: Federasi “Tukang Roti Turki” mengumumkan kenaikan 15 persen harga roti. Sementara biaya iPhone meningkat seperempat.

Bisnis juga akan memprihatinkan dengan harga impor yang lebih tinggi.

Langkah apa yang telah diambil?

Untuk mencegah krisis, pemerintah Turkii telah mengambil beberapa langkah dalam beberapa hari terakhir.

Pada Senin lalu misalnya, Bank Sentral meningkatkan likuiditas pada sektor perbankan.
Kementerian industri mengumumkan aktivasi $ 1.2 milyar untuk produksi industri Turki.

Presiden Erdogan menolak fundamental ekonomi sebagai penyebab melemahnya lira. Ia dengan tegas mengatakan, Turki menjadi target perang ekonomi. Erdogan juga berulang kali menyeru warga Turki agar menjual dolar dan euro mereka untuk menopang mata uang nasional.

Erdogan mendesak para produsen untuk tidak terburu-buru dalam membeli dolar.

Pada Selasa kemarin, Erdogan mengumumkan negaranya akan memboikot produk elektronik AS.

“Dunia bisnis di Turki memperingatkan bahwa tindakan harus segera diambil,” kata koresponden Aljazeera Sinem Koseoglu, melaporkan dari Istanbul.

“Salah satu langkah yang dituntut oleh pasar internasional adalah kenaikan suku bunga oleh bank sentral Turki, tetapi menurut sekolah pemikiran Presiden Erdogan dan tim ekonominya menyatakan, ini tidak mungkin bagi Turki.”

“Mereka melihatnya sebagai tekanan oleh pasar internasional dan kekuatan asing di Turki dan mereka tidak akan tunduk,” katanya.

Sejauh mana pengaruhnya pada pasar internasional?

Pelemahan mata uang Turki mulai mempengaruhi ekonomi pasar negara berkembang lainnya.

Pada Senin, rupee India mengalami kemerosotan terburuk satu hari – lebih dari 1,5 persen – mencapai 69,9 rupee per satu dolar. Pada Selasa, rupee sedikit pulih meski jatuh kembali.

Mata uang India telah jatuh sekitar sembilan persen tahun ini, di tengah harga minyak yang lebih tinggi dan defisit perdagangan yang melebar.

Rand Afrika Selatan juga terpukul pekan ini sebagai hasil dari perkembangan di Turki. Rand jatuh 10 persen sebelum stabil pada hari Senin – turun ke level terendah dalam dua tahun terhadap dolar.

Bank Sentral Afrika Selatan mengatakan, pihaknya belum siap melakukan intervensi untuk mendukung mata uang.

Apa yang diharapkan?

Analis ekonomi menyuarakan keprihatinan tentang kemungkinan krisis akan meluas melalui pasar global.
Menurut Satchu, Turki harus menaikkan suku bunganya sebesar 750 poin untuk membawa “situasi di bawah kendali”.

“Ini adalah peperangan yang kalah … kita sedang melihat tebing sekarang,” katanya. “Jika ia (Erdogan) menolak menaikkan suku bunga, satu-satunya yang bisa memberi adalah lira Turki.”

“Kita sedang melihat skenario di mana mata uang benar-benar runtuh, inflasi lepas landas dan warga Turki akan berkeliaran dengan gerobak lira mencoba untuk membeli sepotong roti,” pungkasnya. (whc/dakwatuna)

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization