Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Persaudaraan dan Persatuan Umat Islam; Bagaimana Mewujudkannya?

Persaudaraan dan Persatuan Umat Islam; Bagaimana Mewujudkannya?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: onislam.net)
Ilustrasi. (Foto: onislam.net)

dakwatuna.com – “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-Hujuraat (49) : 10)

Khutbah Jum’at, 18 Desember 2015 di Masjid Jami’ Al-Hakim BSD City, yang disampaikan oleh Ustadz Salman Al-Farisi (USA) mengingatkan saya pada Ustadz Syuhada Bahri (USB) mantan Ketua DDII (Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia). Mengapa saya langsung mengingat USB? Karena USB pernah menyampaikan tema yang sama meski berbeda dalam hal konten dan penekanan permasalahannya.

Sungguh indah persaudaraan Islam sebagaimana disampaikan USA. Keindahan persaudaraan itu terukir dalam tinta sejarah dunia Islam. Dari ta’akhi (mempersaudarakan) antara Muhajirin dan Anshar yang menjadi cikal bakal kokohnya masyarakat Madinah, hingga penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al-Faatih bersama barisan pasukan kaum muslimin yang terdiri dari berbagai latar belakang kelompok Islam. Meski kisah penaklukan konstantinopel tidak menonjolkan peran persaudaraan Islam, namun apabila ditelusuri, peran persaudaraan bagi penaklukan konstantinopel sangat besar.

Mungkin kita telah memahami, bahwa kemenangan pasukan Al-Faatih dalam menaklukkan Konstantinopel membutuhkan soliditas pasukan, strategi perang dan kepemimpinan. Khusus soliditas tentu perlu didukung adanya persatuan seluruh anggota pasukan dari pangkat terendah hingga tertinggi. Dan persatuan akan mudah terwujud jika ada persaudaraan di antara mereka. Karena jika tidak ada persaudaraan, tentu mudah terjadi pergolakan. Ribut antar pasukan dan saling mempertahankan ego diri sendiri. Sehingga, pasukan sulit dikendalikan.

Sejarah menyebutkan, pasukan Al-Faatih sangat solid. Bahkan ketika ada perintah mengangkut perahu-perahu melintasi perbukitan sebagai bagian dari strategi perang, semua pasukan sami’na wa ‘atho’na (mendengar dan taat). Hal itu tentu tidak mudah terealisasi jika tidak ada nilai-nilai persatuan komando dan kepimpinan, kekompakan seluruh pasukan dan ketaatan dari setiap anggota pasukan.

Kondisi tersebut berbeda dengan kondisi umat Islam saat ini. Umat Islam saat ini berjalan sendiri-sendiri dalam berjuang atas nama Islam. Sebagai contoh, ketika ada seruan untuk tidak golput dalam Pemilu/Pemilukada, maka tidak semua kelompok Islam menyambut dengan sami’na wa ‘atho’na. Atau minimal berikhtiar mendukung calon-calon terbaik secara dhohir atau pengamatan logika. Padahal persoalan kepemimpinan sangat penting menurut Islam.

Persaudaraan Islam dirusak oleh sebagian umat Islam yang tidak bertanggung jawab (USA). Dengan cara apa? Dengan mengkafirkan muslim di luar golongannya/kelompoknya. Dengan mencela sebagian muslim sebagai ahli bid’ah lagi sesat dan calon penghuni neraka. Dengan membunuh, mencuri atau menghalalkan darah, harta dan kehormatan muslim di luar golongannya. Itu semua perilaku yang merusak persaudaraan Islam. Mestinya ketika ada saudara muslim yang dianggap salah, ditegur dengan cara penuh hikmah dan nasehat yang baik, tidak langsung menghakiminya.

Syekh Mustafa Masyhur (SMM) dalam bukunya Fiqhu Ad-Da’wah menyebutkan terbentuknya masyarakat madani yang diberkahi di Madinah, dapat disimpulkan bahwa prosesnya secara ringkas adalah :

  1. Penguatan Iman Umat Islam
  2. Terbentuk persaudaraan Islam
  3. Terbentuk persatuan Islam
  4. Terbentuknya tentara fikrah Islam yang terdiri dari seluruh umat Islam

Setelah semua proses terpenuhi, hadirlah masyarakat madani hidup rukun damai meski berbeda suku bangsa dan agamanya. Dan posisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai pemimpin masyarakatnya dan Kota Madinah berkembang dengan peradaban yang agung. Melahirkan sosok shahabat-shahabat agung para khalifah-khalifah umat Islam.

Bila memperhatikan apa yang disampaikan SMM, USA dan USB maka ada suatu benang merah kesimpulan bahwa proses terbentuknya persatuan Islam didahului oleh adanya persaudaraan Islam yang masih menjadi PR umat Islam saat ini.

Kalau kita mengkaji lagi yang disampaikan oleh SMM, maka terbentuknya persaudaraan Islam didahului oleh Iman yang kuat dari setiap umat Islam. Inilah yang pernah ditekankan oleh USB bahwa mengapa persatuan Islam belum bisa terbentuk? Jawabannya karena persaudaraan Islam belum terbentuk. Kemudian mengapa persaudaraan Islam belum terbentuk? Jawabannya kuatnya iman belum terbentuk, berarti ada permasalahan iman di kalangan umat Islam. Karena yang dapat bersaudara menurut Alquran adalah orang-orang yang beriman. “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-Hujuraat (49) : 10).

Mungkin kalau sekedar seorang muslim dengan seorang muslim lainnya bisa juga bersaudara sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam menyebutkan, “Seorang muslim saudara muslim yang lainnya”. Bukan hanya satu dua orang muslim, akan tetapi meliputi persaudaraan seluruh muslim. Maka yang dijamin bersaudara adalah al-mu’minuun. Jadi apabila persaudaraan Islam belum terbentuk, yang dilakukan adalah menguatkan iman umat Islam. Iman yang bersih dari fanatisme golongan dan kepentingan golongannya saja.

Jadi, kunci persaudaraan dan persatuan Islam pada dasarnya ada pada orang-orang yang beriman. Maka, sudah selayaknya kita berusaha menaikkan derajat keimanan dan kualitas keimanan kita. Agar memahami hakikat persaudaraan Islam sehingga kita mudah untuk bersaudara. Dan sudah selayaknya setiap aktivis organisasi Islam mana pun meningkatkan keimanannya, menjaga pergaulan dengan aktivis organisasi Islam yang lain.

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”. (Hadits Shahih, Riwayat Abu Daud, Ahmad dan yang lainnya. Lihat Shahiihul jaami’ No. 1230).

Jika ukuran baiknya adalah iman seorang muslim, maka persaudaraan islam juga terukur dari akhlak pergaulan umat Islamnya. Jadi, makin sempurna iman seorang muslim maka makin baik akhlaknya. Jika akhlaknya baik terhadap semua, apalagi terhadap orang-orang yang beriman, tentu akan lebih baik lagi. Karena mencintai saudara mukmin lainnya juga menjadi syarat sempurnanya iman. “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai bagi saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri”. (Hadits Shahih, Riwayat Bukhori dan Muslim, Lihat Shahiihul jaami’ No. 7583).

Iman yang benar akan didahului oleh Ilmu dan pemahaman yang benar. Ilmu dan pemahaman yang benar akan melahirkan amal, dan amal yang terus menerus dilakukan. Semoga menjadi jalan terus bertambahnya iman bersama iman yang telah ada sebelumnya. Sehingga keimanan kita makin kuat bertambah dan ketika berkurang dengan mudah dapat segera ditambah.

Makin luas ilmu dan pemahaman seorang muslim, maka makin mudah untuk dapat menerima perbedaan yang sifatnya cabang. Dan di sisi lain juga tegas ketika berkaitan dengan masalah pokok. Maka menjadi salah satu tugas setiap organisasi Islam meningkatkan, meluaskan ilmu dan pemahaman Islam dari anggotanya. Sehingga lahir para aktivis Islam yang mukmin dan bersaudara.

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu” (QS. Muhammad (47):19)

“Dia-lah (Allah) yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allahlah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath (48) :4)

Wallahu’alam, washollahu ‘ala Nabiyina Muhammadin wa ‘ala Alihi washahbihi ajmai’in, walhamdulillahi Rabbil ‘Alaamiin.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang muslim Al-Faqir, menikah, 4 anak perempuan, hobi membaca, ingin terus aktif berdakwah dengan menjadi Guru, Pebisnis dan Penulis.

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization