Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kembangkan Layarmu Wahai Pelaut Tangguh!

Kembangkan Layarmu Wahai Pelaut Tangguh!

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)

dakwatuna.com – Katherine Anne Potter, penulis yang memenangkan penghargaan Pulitzer mengamati: “Saya terkejut melihat tidak adanya tujuan dalam hidup banyak orang. Lima puluh persen manusia di bumi ini tidak peduli kemana mereka melangkah. Empat puluh persennya belum memutuskan dan  bersedia mengikuti arah mana pun. Hanya sepuluh persen yang tahu apa yang mereka mau, namun tidak semua pergi mengejarnya.”

Saya pun bertanya-tanya cemas dalam hati. Termasuk yang manakah saya? Saya sungguh tak ingin masuk golongan orang yang tidak peduli kemana akan melangkah. Saya juga tak mau masuk golongan yang belum memutuskan, dan bersedia saja mengikuti arah manapun. Saya berharap,  saya telah tahu yang saya mau, dan saya berusaha keras mengejarnya.

Ada yang bilang hidup ini cuma sekali, jadi tidak perlu pusing dengan tujuan dan arah hidup, nikmati saja hidup ini, bersenang-senanglah. Tapi tunggu dulu, Bukankah Allah Swt telah berfirman: ” Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakanmu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak dikembalikan kepada Kami? (QS al Mu’minuun: 115)

Jelas, ada misi penting dalam penciptaan kita. Allah telah menegaskan, tidak menciptakan kita secara main-main. Kita diberi amanah oleh Allah Swt sebagai Khalifah di muka bumi ini. Ditegaskan pula bahwa ada tujuan akhir dari perjalanan hidup kita, yaitu kita akan kembali kepada Allah.

Lantas, apakah yang seharusnya menjadi tujuan hidup seorang mukmin? Tujuan seorang mukmin jelas bukanlah tujuan dunia. Rasulullah Saw telah mengingatkan kita akan hal ini, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, dan menjadikan kemiskinan di depan matanya. Dia juga tidak akan mendapatkan dunia kecuali yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat tujuan maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan  kecukupan selalu ada dalam hatinya, dan dunia pun menghampirinya sementara ia memandangnya sebagai sesutu yang hina. (H.R Ibnu Majah).

Dalam suatu kesempatan ta’lim,  seorang ustadz berkata, tetapkanlah target harian kita segera setelah menunaikan shalat shubuh. Dan target harian seorang muslim terangkum dalam doa indah Rasulullah di pagi hari, “Ya Allah, karuniakanlah ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.”

Yess, inilah target seorang mukmin. Adakah yang lebih baik dari ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima?

John C Maxwell dalam bukunya “Your Road Map For Success” menyatakan, “Hidup tanpa target dan tujuan, bagaikan berlayar tanpa arah.”

Saya setuju dengannya. Hidup ini bagaikan berlayar di samudera luas.

Maukah kita berlayar tanpa arah dan tujuan,  pasrah mengikuti kemana arah angin membawa layar kita? Padahal kita tahu, di tengah lautan ada ombak besar dan badai ganas yang siap menggulung dan menerjang perahu kita. Pelayaran tanpa arah ini tentu bisa mengakibatkan perahu kita karam dan tenggelam ke dasar lautan dalam.

Bersyukur lah kita, Alquran dan Hadist telah menunjukkan arah dan tujuan hidup kita. Apabila kita berpegang teguh kepada keduanya, pelayaran kita di Samudera dunia ini tidak akan terombang-ambing tak tentu arah, kita mampu menghindar batu karang, menaklukan ombak, tak kan karam dihempas ombak dan badai. Sebaliknya, layar terus kita kembangkan, tak gentar melalui berbagai rintangan dan tantangan yang menghadang, terus melaju mengembangkan layar menuju pelabuhan terakhir.

Seorang mukmin bagaikan seorang pelayar tangguh yang pantang menyerah, yang tak henti mencari  ilmu, yang tak lelah berikhtiar menjemput rezeki, yang sibuk dengan amal shalih dengan niat karena Allah semata.

Benar bahwa hidup di dunia ini memang satu kali. Hanya satu kali kesempatan kita untuk berbuat yang terbaik, yang menentukan hidup abadi kita kelak. Jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Isilah hari-hari yang teramat berharga ini dengan kebaikan. Jadikanlah semua itu sebagai bekal perjalanan akhirat kita. Perjalanan menuju Surga-Nya.

Kapankah kita boleh bersenang-senang di dunia ini? Maka dengarlah jawaban imam Ahmad ra ketika ditanya “Kapankah seorang hamba boleh beristirahat? Beliau menjawab, “Nanti, ketika kaki telah menginjak Surga.”

“Ya Allah.. Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Ramadhan: Mendidik Untuk Optimis

Figure
Organization