Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kisah Kakek yang Menggorok Lehernya Sendiri Hingga Mati

Kisah Kakek yang Menggorok Lehernya Sendiri Hingga Mati

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (redbubble.com/michaelj)
Ilustrasi (redbubble.com/michaelj)

dakwatuna.com – Seorang kakek tua yang telah lama menjadi garim di sebuah surau ditemukan meninggal dunia dengan cara yang sangat mengenaskan. Menggorok lehernya sendiri dengan pisau cukur yang diasahnya kemarin sore.

Sungguh aneh, kenapa kakek tua yang selalu beribadah itu malah mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara yang tidak baik.

Sehari sebelum kematian si kakek ini, memang kakek terlihat murung. Setelah diusut oleh seorang warga yang tinggal sekampung dengan kakek itu, diketahuilah ternyata kakek sedang termakan omongan Ajo Sidi. Seseorang di kampung itu yang suka membual. Dan ternyata, ketika Ajo Sidi bercerita tentang suatu kisah, hal itulah yang menjadi beban bagi si kakek.

Cerita Ajo Sidi itu tentang orang yang masuk neraka. Dalam cerita itu katanya, Haji Sholeh yang merupakan seseorang yang selalu beribadah dimasukkan oleh Allah dalam neraka. Padahal amalnya selama di dunia tidaklah kurang. Hari-harinya dihiasi dengan bersujud dan selalu bertasbih pada-Nya. Ia selalu membaca Al-Quran dan tak pernah lupa untuk selalu berdzikir pada-Nya.

Tapi yang menjadi pertanyaan bagi Haji Shaleh itu adalah kenapa dia yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk menyembah Tuhan seperti tidak mendapatkan penghargaan. Surga hanya menjadi impian karena nyatanya ke neraka jualah dia dicampakkan.

Keheranan Haji Sholeh malah bertambah ketika dia telah berada di dalam neraka. Kiranya di neraka yang ia tempati, ternyata juga dihuni oleh teman-teman yang sangat dia kenal.

Dia sangat tahu, ibadah yang dilakukan oleh temannya itu tak kurang dari yang dilakukannya. Bahkan seseorang yang telah bergelar Syekh, yang telah naik haji sebanyak empat belas kali juga berada dalam neraka yang sama dengan dirinya.

Karena kesamaan nasib yang dirasakan oleh Haji Shaleh bersama teman-temannya, akhirnya mereka memutuskan untuk memprotes tuhan atas ketidakadilan yang mereka rasakan. Mereka pun sepakat mengajukan banding kepada tuhan karena mereka merasa telah melakukan segala yang diperintahkan-Nya selama hidup di dunia. Mereka berharap Tuhan mengakui kesilapan-Nya.

Akhirmya para penuntut itu sampai di hadapan Tuhan. Mereka menyebutkan semua amal ibadah yang mereka lakukan. Mereka mengatakan semua amal shalih yang telah mereka kerjakan.

Awalnya Tuhan hanya mendengarkan semua yang mereka katakan. Sekali lagi, mereka membeberkan semua amal ibadah yang telah dilakukan-Nya untuk Tuhan. Hingga akhirnya mereka tercekat atas pernyataan dan pertanyaan Tuhan kepadanya.

Kata Tuhan, mereka yang selama ini hidup di dunia, di Indonesia yang kaya raya, kenapa penduduknya dibiarkan melarat? Dan Tuhan mempertanyakan mereka yang sedang menuntut ini, kenapa dulu di dunia mereka hidup dengan sangat ikhlas atas kemelaratannya? Bahkan karena saking tingginya kadar ikhlas yang mereka miliki, mereka pun hanya membiarkan saja ketika ada orang lain yang menjarah kekayaannya. Hingga anak cucunya pun menjadi teraniaya.

Tuhan tambahkan lagi, mereka telah ditakdirkan hidup di tanah maha kaya raya yang penuh dengan logam, minyak dan berbagai bahan tambangnya. Yang menjadi pertanyaan Tuhan, apa saja sumbangsih yang telah mereka berikan?

Saat mendengar ucapan Tuhan, mereka hanya terdiam. Hanya keringat dingin saja yang keluar dari tubuh mereka. Karena memang betul semua pernyataan dan pertanyaan Tuhan itu.

Dan pernyataan Tuhan yang ini semakin membuat mereka semakin tercekat. Kata Tuhan, selama hidup di dunia mereka hanya beribadah saja. Karena saking takutnya masuk neraka, mereka hanya melakukan sembahyang dan ibadah-ibadah lain yang tidak mengeluarkan peluh. Suatu rutinitas yang tak perlu banyak menghabiskan tenaga. Tak perlu banting tulang.

Mereka tak bisa berkata lagi. Akhirnya, mereka para penuntut itu dimasukkan lagi ke neraka. Namun di tengah perjalanan, mereka bertanya kepada malaikat penggiring, apakah salah mereka beribadah ketika mereka hidup di dunia?

Kata malaikat, tak ada salahnya mereka beribadah menyembah Tuhan. Yang menjadi kesalahan mereka adalah sifat mereka yang terlalu egoistis. Mereka yang takut masuk neraka lebih memilih sembahyang saja hingga lupa untuk peduli kepada hidup kaum mereka sendiri. Melupakan kehidupan anak istri, sehingga hidup keluarga mereka pun menjadi tak terurus. Padahal di dunia itu, mereka tidaklah sendiri. Tapi berkaum dan semuanya bersaudara.

Akhirnya mereka sadar jalan hidup seperti apa yang diridhai Tuhan sesungguhnya. Ya, mereka akhirnya tahu jalan seperti apa yang diinginkan Tuhan sebenarnya.

Itulah akhir cerita Ajo Sidi kepada si kakek. Pantaslah si kakek merasa badannya panas dingin. Karena si kakek sadar. Selama ini dia juga telah meninggalkan anak istrinya untuk tinggal di surau dengan tujuan ibadah. Ya, si kakek juga telah menelantarkan keluarganya. Terlalu ambisius mendapatkan surga namun tak menyadari jalan seperti apa yang akan mengantarkannya sampai ke surga itu.

Ya, karena cerita Ajo Sidilah si kakek menjadi gelisah. Si kakek berputus asa. Dan keputusasaan si kakek yang takut masuk neraka, malah lebih memilih mengakhiri hidup dan kecemasannya dengan menggorok lehernya sendiri.

Miris memang. Namun ini hanyalah sebuah cerpen sarat makna yang ditulis oleh Ali Akbar Navis. Ya, lelaki kelahiran Padang ini ingin menyampaikan pesan tersirat yang begitu dalam kepada pembaca. Jadi memang karya sastra orang Sumatra Barat ini tak hanya ditulis sebagai hiburan saja, tapi juga sebagai nasihat kepada kita. Mengharuskan kita berpikir tentang apa saja yang telah kita perbuat selama ini.

Nasihat tersirat di dalam cerita itu, salah satunya kita diajari arti sebuah tanggung jawab. Jangan hanya karena kita ingin mengejar akhirat, akhirnya kewajiban yang harus dilaksanakan di atas dunia malah dilupakan.

Jikalau ustad, karena sering ceramah kesana kemari, akhirnya anak dan istri menjadi tak terpedulikan. Jika guru, lebih memilih shalat dhuha dibanding tetap di kelas sehingga suasana di kelas menjadi gaduh.

Parahnya orang yang meninggalkan kewajiban dunia untuk mengejar akhirat, lebih parah lagi orang yang hanya memikirkan dunia saja yang juga melalaikan kewajibannya yang sesungguhnya. Tak terlalu peduli dengan tanggung jawabnya di atas dunia.

Banyak contoh yang bisa kita cermati saat ini. Kebanyakan guru, pergi mengajar ke sekolah hanya untuk mendapatkan gaji dan mengejar sertifikasi, hingga tak bisa mendidik anak bangsa dengan hati. Jika dokter, lebih banyak waktu untuk praktek di rumah dibandingkan bertugas di rumah sakit. Hingga ketika ada pasien yang membutuhkan pertolongan segera di rumah sakit malah tidak mendapatkan pelayanan yang seharusnya. Begitu juga dengan apoteker. Jangan hanya karena mendapat ”bonus” dari perusahaan obat, akhirnya pengadaan obat untuk di rumah sakit, tidak dilakukan secara cerdas dan tepat.

Setelah kita telaah dengan cermat, sebenarnya apapun yang kita lakukan harus dilaksanakan dengan porsi yang tepat. Boleh memikirkan akhirat, tapi jangan melupakan dunia. Boleh mementingkan dunia, namun jangan lupakan pula bekal hidup di akhirat. Semoga, dengan ikhlasnya kita melaksanakan semua tanggung jawab kita selama hidup di dunia, diberikan pahala oleh Allah SWT sebagai bekal kita nanti di akhirat. Namun jangan berputus asa, jikalau saat ini kita masih kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Ya, kita masih ada waktu untuk memperbaiki diri sebelum semuanya terlambat.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Pengamat pendidikan dan Guru Muda SGI V Dompet Dhuafa (http://www.sekolahguruindonesia.net/). Saat ini penulis ditempatkan di Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Lihat Juga

Pemimpin Chechnya Tagih Janji Mo Salah Kembali Kunjungi Grozny

Figure
Organization