Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Jika Kehidupan Setelah Mati Tidak Ada

Jika Kehidupan Setelah Mati Tidak Ada

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (vk.com)
Ilustrasi. (vk.com)

dakwatuna.com – Jika kehidupan setelah mati itu tidak ada jadi untuk apa kita hidup? Jadi apa makna dari hidup kita ini? Tidak mungkin terciptanya kita (manusia) tanpa adanya makna. Harusnya ada makna atau tujuan yang harus dilakukan oleh manusia. Mobil, kipas angin, baju, laptop, mesin cetak dan berbagai barang lainnya memiliki makna. Baju untuk melindungi tubuh, mesin cetak untuk mencetak berbagai buku dan mobil untuk mempercepat transportasi. Bahkan, alat buatan manusia yang tidak sesempurna manusiaitu memiliki makna. Lantas apakah manusia itu sendiri tidak memiliki makna hidup sedangkan alat-alat tersebut memiliki makna? Dunia ini memang begitu aneh.

Jika kehidupan setelah mati tidak ada, lantas apa bedanya orang baik dan jahat, pembunuh dan yang dibunuh, pezina dan yang terhormat, koruptor dan orang jujur? Sungguh beruntungnya para koruptor, pezina, peminum, kapitalis curang karena hidup mereka penuh dengan kesenangan. Para pengusaha besar curang bahagia dengan banyak harta tapi merugikan para pengusaha kecil dan merusak perekonomian banyak masyarakat. Tidak sedikit kita mendengar ada seorang yang bersenang-senang dengan mirasnya dan mati karena minum miras berlebihan. Tidak sedikit para koruptor yang hidup bebas dengan hartanya. Setelah para koruptor, kapitalis curang dan peminum miras itu mati maka tidak ada apa-apa. Mereka hanya mati dan tidak ada lagi setelah itu. Mereka memperoleh banyak keuntungan dan kesenangan dari kejahatannya dan setelah mati semuanya selesai. Kalau begitu lebih enak mati karena bersenang-senang dalam pesta miras daripada ditembak oleh penjajah. Beruntungnya karena tidak ada pertanggung jawaban yang harus mereka berikan saat mereka mati.

Jika kehidupan setelah mati tidak ada maka sungguh kasihan dan menyedihkan orang-orang jujur, orang yang menjaga diri dan para pahlawan yang lelah berjuang. Banyak di antara mereka yang hidup dalam kesengsaraan perjuangan demi bangsa lalu mati tidak mendapatkan apa-apa. Banyak para pahlawan yang hidup sengsara memperjuangkan hidup orang banyak dan mati ditembak penjajah tanpa merasakan nikmatnya hidup. Walau mendapatkan penghargaan tapi bukankah penghargaan yang dicantumkan kepada mereka tidak ada artinya bagi mereka karena mereka sudah mati? Hanya orang bodoh yang ingin menjadi pahlawan yang hidup tersiksa dalam siksaan para penjajah. Mereka tidak memperoleh manisnya buah perjuangan karena setelah mereka mati maka tidak ada apa-apa lagi setelahnya.

Jika kehidupan setelah mati tidak ada, mengapa kita harus capek-capek memberi manfaat kepada sesama? Mengapa kita tidak bersenang-senang saja di dunia ini? Bukankah lebih baik menikmati harta, tahta dan wanita daripada capek-capek berkontribusi buat orang lain?

Banyak orang baik yang terasing di dalam dunia karena dunia ini sekarang banyak diisi orang-orang buruk. Mereka yang tetap mempertahankan kejujuran disingkirkan. Mereka yang menolak pacaran dianggap aneh. Mereka yang tidak ikut di dalam dunia hedonis dianggap sebagai orang yang ketinggalan zaman. Sungguh kasihan orang-orang yang hidup dalam kebaikan karena dikucilkan oleh lingkungan. Mereka dianggap berlebihan dan aneh. Kalau begitu mengapa kita masih mempertahankan kebaikan-kebaikan kita? Bukankah lebih enak jika kita menjadi orang buruk dan menjalani hidup ini dengan penuh kesenangan bersama mereka?

Jika kehidupan setelah mati tidak ada maka begitu tidak adilnya dunia ini.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

-Biro Khusus Kaderisasi Jama'ah Shalahuddin UGM 1437 H -Manajer Hayaku Steamboat and Yakiniku Yogyakarta

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization