Topic
Home / Ridwan Akbar (halaman 5)

Ridwan Akbar

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Titik Nadir

Di sinilah hikmah ketika titik nadir, malah membuat seseorang menjadi berkarakter kuat. Di sinilah hikmah ketika keadaan miskin, malah menyulutkan semangat belajar yang tinggi. Di sini pulalah hikmah, bahwa kita harus menjadi orang yang merdeka. Itu semua merupakan ajaran fundamental di dalam Islam. Tinggal kitanya sendiri yang meramu kepahlawanan seorang bung Karno dalam bait kisah kepemimpinan surgawi. Agar kita tidak salah menduga, bahwa titik nadir kehidupan, terkadang menjadi cara Allah swt. untuk ‘mentarbiyah’ kita menjadi pribadi yang tangguh.

Baca selengkapnya »

Sahabat Perjuangan

Sahabat perjuangan... Bukan hanya perngorbanan harta, bahkan hingga jiwa, dan raga seluruhnya dikerahkan untuk perjuangan Islam. Sehingga harta kesayangan-pun tak jarang diinfakkan di jalan Allah. Tak ayal jika pengorbanannya bukan hanya sekadar keringat lelah, dan air mata kesedihan selama masa juang. Bahkan darah luka, dan darah peperangan-pun tidak bisa dihindarkan.

Baca selengkapnya »

Bangkitnya Islam di Muka Bumi

Bahwa di manapun kita berada, nilai Islam harus tetap dijunjung tinggi. Jika sekarang kita berada dalam konteks Indonesia, mulailah berjuang di negeri Indonesia. Karena bangkitnya Islam sangat dipengaruhi oleh para pemimpinnya. Mari mulai kebangkitan itu dari diri sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat, organisasi pergerakan, hingga negara

Baca selengkapnya »

Cahaya Konseptual

Fakta di lapangan mengatakan bahwa, ideologi Islam yang dibawa Ikhwanul Muslimin benar-benar menginspirasi banyak negara Islam yang berada di berbagai belahan negara lain. Walaupun titik awalnya berada di Mesir, toh pada akhirnya Ikhwanul Muslimin berhasil membangun jaringan berskala internasional. Dan itu tidak terlepas dari cahaya konseptual yang berhasil dibangun oleh para pendirinya. Itulah cahaya konseptual yang harus dari jauh-jauh hari dibangun, sebelum diri ini memimpin.

Baca selengkapnya »

Memaknai Sepi

Bahwa kesendirian, bukan berarti lemah. Bahwa kesendirian, bukan berarti tidak produktif. Sehingga menyepi menjadi salah satu budaya penentu ketajaman pemikiran seseorang. Karena sepi juga menjadi sumber ketenangan hidup, di tengah padatnya rutinitas keseharian. Sepi juga menjadi media pendekatan diri kepada Allah, atas segala kekhilafan dosa yang tidak sengaja dilakukan. Sepi pula yang menjadi media penata ulang rencana hidup, yang dirasa sudah tidak sesuai dengan kebutuhan. Dan yang terpenting, sepi itu menjadi waktu yang tepat untuk menambah wawasan dengan buku bacaan keagamaan, dan ilmu penunjang lainnya. Sehingga pada akhirnya goresan penalah, yang mengabadikan ilmu di atas lembaran-lembaran kertas. Dan menjadi keberkahan untuk umat puluhan, bahkan ratusan tahun setelah diri ini wafat.

Baca selengkapnya »

Menjemput Momentum

Kekuatan menjemput momentum dalam seni kepemimpinan surgawi berada pada momentum waktu yang memiliki sifat tidak terbaca dan dinamis. Tetapi justru di situlah kekuatannya. Ketika seorang pemimpin memahami situasi, dan tahu kapan waktu yang tepat, maka terjemputlah momentum tersebut. Sehingga tak ayal, jika pemimpin surgawi haruslah orang yang berpengetahuan luas, dan pandai memfirasati masa depan. Agar keputusan yang diambil pun, selain cepat, juga harus tepat. Sehingga menjemput momentum memang tidak akan terlepas dari 2 hal, efisiensi dan peluang.

Baca selengkapnya »

Aktualisasi Keilmuan

Terlalu banyak orang yang memiliki gelar tinggi, tapi selalu gagal dalam kehidupannya. Sudah jauh-jauh sekolah di luar negeri, hingga mendapat gelar doktor, bahkan hingga professor; tapi sepulangnya ke negeri sendiri, hanya menjadi pegawai pemerintahan biasa. Di sinilah esensi keilmuan seharusnya menjadi parameter. Ukurannya bukan pada berapa banyaknya gelar yang didapat, jauhnya tempat seseorang bersekolah, hingga tingginya IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang diraih. Tapi sejauh mana seseorang dapat mengaktualisasikan ilmunya ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga orang lain merasakan kebermanfaatan yang nyata, daripada seseorang hanya mendapatkan rasa hormat, dan puji-pujian yang melenakan.

Baca selengkapnya »

Nilai Inti Idul Adha

Mari kita bangkitkan memori diri masing-masing akan makna perngorbanan, keikhlasan, dan kesabaran di dalam sejarah kehidupan kita hingga saat ini. Sudah seberapa dalamkah 3 nilai inti Idul Adha sudah terejawantahkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Seberapa dalamkah hakikat qurban itu kita implementasikan. Karena pada akhirnya, segala sesuatu yang diberikan dijalan Allah, tidak akan menghilang begitu saja.

Baca selengkapnya »

Kestabilan Jiwa

Berbicara iman, berarti berbicara keyakinan. Berbicara keyakinan, berarti berbicara tekad. Berbicara tekad, berarti berbicara kesabaran. Karena iman, rasa yakin, kekuatan tekad, dan kesabaran yang panjang-lah; yang menjadi pondasi dasar kestabilan jiwa seseorang. Selama seseorang dapat menyimpan ke-4 sumber kestabilan jiwa tersebut, selama itu pula kestabilan jiwa dalam diri seseorang akan bertahan.

Baca selengkapnya »

Budaya Belajar Tematik

Dalam kepemimpinan surgawi, seorang pemimpin memang dituntut untuk mengetahui banyak disiplin ilmu. Hal itu sudah menjadi keniscayaan perkembangan zaman. Tetapi spesialisasi tetaplah dibutuhkan. Agar seseorang memiliki karakter dan cita rasa tersendiri dalam kehidupan sosial sehari-hari. Karena kebermanfaatan dalam masyarakat dengan keahlian, jauh lebih nikmat dari kebermanfaatan yang tidak didasarkan pada keahlian.

Baca selengkapnya »
Figure
Organization