Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Aktualisasi Keilmuan

Aktualisasi Keilmuan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi - Saat mentoring di Cipayung. (Ridwan Akbar)
Ilustrasi – Saat mentoring di Cipayung. (Ridwan Akbar)

dakwatuna.com – Jika memang ilmu pengetahuan yang dicari, maka mengejar ilmu dengan sekolah hingga jenjang akademik yang paling tinggi sekalipun, akan menjadi sia-sia jika tidak memahami esensinya. Memang bangku sekolah hingga saat ini masih menjadi jalur termudah dan terstruktur untuk menuntut ilmu, Tapi masih banyak jalur-jalur lain yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti perbanyak bacaan buku, dan mengikuti kajian rutin/kajian tematik. Kalau ingin melengkapi budaya intelektualitas muslim, maka tambahkan dengan menulis.

Penulis merasa perlu membahas masalah ini, karena terlalu banyak orang yang memiliki gelar tinggi, tapi selalu gagal dalam kehidupannya. Sudah jauh-jauh sekolah di luar negeri, hingga mendapat gelar doktor, bahkan hingga professor; tapi sepulangnya ke negeri sendiri, hanya menjadi pegawai pemerintahan biasa. Di sinilah esensi keilmuan seharusnya menjadi parameter. Ukurannya bukan pada berapa banyaknya gelar yang didapat, jauhnya tempat seseorang bersekolah, hingga tingginya IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang diraih. Tapi sejauh mana seseorang dapat mengaktualisasikan ilmunya ke dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga orang lain merasakan kebermanfaatan yang nyata, daripada seseorang hanya mendapatkan rasa hormat, dan puji-pujian yang melenakan.

Belajar dari sebuah kisah film india, yang berjudul 3 idiots. Film yang pertama kali penulis tonton saat masih menjadi santri SMA Pesantren Unggul Al-Bayan, Sukabumi. Dan hingga saat ini pun, penulis masih menganggap bahwa film 3 idiots merupakan film india terbaik, yang pernah penulis tonton. Karena kisahnya sungguh inspiratif, edukatif, dan menjabarkan pentingnya mengaktualisasikan ilmu dalam konteks dunia pendidikan secara baik.

Singkatnya, film ini menceritakan tentang 3 orang mahasiswa muda yang mengambil jurusan engineering, di sebuah universitas ternama India; I.C.E. (Imperial College of Engineering). Ketiga pemuda tersebut ialah Rancho (yang diperankan Aamir Khan), Raju Rastogi (yang diperankan Sharman Joshi), dan Farhan Qureshi (yang diperankan oleh R.Madhavan).

Rancho yang diperankan oleh Aamir Khan ialah sosok pemuda yang memiliki rasa empati yang tinggi, Jenius, dan Humoris. Dan berasal dari keluarga yang kaya raya. Sedangkan Farhan Qureshi ialah seorang pemuda yang menyukai fotografi dan binatang, tetapi bersekolah di engineering atas tuntutan orang tuanya. Lalu Raju Rastogi ialah seorang pemuda yang kurang beruntung dari sisi ekonomi. Orang tuanya sakit, lumpuh, dan hanya bisa duduk-duduk dirumah menunggu jodoh.

Film ini sangat pintar mengatur emosi penonton. Bagaimana tawa humor yang hadirkan, bisa disisipkan dengan sedihnya menjalani kepahitan hidup, dan harunya sebuah arti perjuangan. Semuanya bercampur menjadi satu, dan menjadi sajian nikmat untuk para penuntut ilmu, yang sedang berlayar melakukan pengembaraan intelektualitas.

Terdapat 2 potongan kisah film 3 Idiots, yang menggambarkan pesona aktualisasi keilmuan. Yaitu saat pengumuman hasil ujian kelulusan, dan pertemuan Rancho dengan rival abadinya sejak kuliah, Chatur; Di akhir film.

Potongan kisah pertama terjadi saat pengumuman hasil ujian kelulusan. Di mana Farhan mendapat peringkat 2 terbawah seangkatan (The second last). Sedangkan Raju mendapat peringkat terakhir seangkatan (The last). Sedangkan Chatur, yang menjadi rival abadi ketiga pemuda hebat tersebut mendapat peringkat 2 teratas. Padahal Chatur ialah seorang akademisi tulen, yang tidak pernah jauh dari buku kuliah, ruang kelas, dan laboratoriun. Yang paling mengagetkan penulis sendiri ialah saat peringkat 1 diraih oleh seorang Rancho. Seorang mahasiswa yang terkenal humoris, suka bermain, bahkan terkesan tidak serius menjalani kuliah. Tapi memiliki idealisme hidup yang kokoh.

Potongan kisah kedua ialah saat kisah sudah mencapai ujung. Saat itu Farhan, Raju, dan Pia (mantan kekasih Rancho), mencari Rancho setelah sekian lama tidak berjumpa. Ternyata Rancho yang hidup sederhana, dan masih sibuk mengajar didesa itu; sudah menjadi pengusaha terkenal yang memang lebih suka hidup menyepi, dan jauh dari keramaian. Saat itu pula Rancho, Farhan, Raju, dan Pia dipertemukan oleh rival abadinya semenjak di bangku kuliah, yaitu Chatur. Yang terkenal dengan prestasi akademiknya yang luar biasa di kampus. Dan masih menjadi seorang intelektual biasa, yang tidak memahami esensi keilmuan.

Dan ada sebuah kutipan bagus pada kisah film 3 idiots, yang berbunyi “Pursue for the excellence, and success will run after you”. Jika dapat ditafsirkan secara sederhana, maka akan bermakna. Bahwa janganlah mengejar kesuksesan, tapi kejarlah ilmu. Dan berjuanglah hingga menjadi yang terbaik. Maka kesuksesan akan mengejar dirimu dengan sendirinya. Film ini menyiratkan makna, bahwa pendidikan itu tidak hanya sebatas pada mengejar IPK yang tinggi, demi ijazah, ataupun hanya untuk mendapat gengsi semata. Tapi seberapa jauh aktualisasi ilmu seseorang di dalam kehidupan nyata.

Di sinilah tiap pemimpin surgawi itu diuji. Bukan seberapa banyak ilmu yang didapat, dan hanya menjadi koleksi gelar pribadi. Tapi seberapa banyak dari akumulasi ilmu seseorang itu, bertransformasi menjadi amal shalih dalam kehidupan sehari-hari. Jika seorang Rancho saja bisa, apalagi seorang pemimpin surgawi yang memiliki visi lebih dari sekedar kemegahan dunia. Allahualam Bi Shawwab..

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization