Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Menjemput Momentum

Menjemput Momentum

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (banksytrader.com)
Ilustrasi. (banksytrader.com)

dakwatuna.com – Kerja keras seringkali kalah oleh kerja cerdas. Karena banyaknya keringat yag dihasilkan seseorang, bukanlah faktor utama penentu keberhasilan pencapaian sebuah perjuangan. Lebih hebat jika keringat yang diproduksi sedikit, tetapi hasil perjuangan berbuah maksimal. Jika analogi keringat ini kita teruskan; maka produktivitas pada kerja cerdas itu terlihat ketika keringat yang keluar sudah terprogram menjadi bagian dari sistem. Bagian dari mekanisme. Bagian dari sebuah spektrum peta perencanaan besar yang sudah matang.

Belajar dari sejarah kemerdekaan Indonesia, mengenai kaidah dasar menjemput momentum. Walaupun banyak orang Indonesia yang tidak menyadari bahwa Indonesia sebenarnya melewati 3 fase kemerdekaan. Fase pertama ialah kemerdekaan lahirnya sebuah bangsa, pada peristiwa sumpah pemuda. Fase kedua ialah kemerdekaan lahirnya sebuah negara, pada peristiwa proklamasi. Dan fase terakhir ialah kemerdekaan teritori, pada peristiwa deklarasi Djuanda.

Sumpah Pemuda

Saat sumpah pemuda dideklarasikan pada 28 Oktober 1928. Maka saat itu masyarakat nusantara, menegaskan lahirnya sebuah bangsa yang bernama Indonesia. Peristiwa tersebut juga menegaskan peleburan lebih dari 300 etnis, ke dalam satu format sosial yang lebih besar. Bangsa Indonesia. Adapun 3 inti kandungan sumpah pemuda ialah : tanah air Indonesia, Bangsa Indonesia, dan Bahasa Indonesia. Adanya 3 nilai inti sumpah pemuda ini, selain bermakna penegasan, juga berfungsi sebagai mediator pemersatu dan pemererat ikatan persaudaraan sebuah entitas bangsa Indonesia.

Proklamasi.

Proklamasi yang dilakukan pada 17 Agustus 1945, merupakan titik awal lahirnya sebuah negara yang bernama Indonesia. Peristiwa ini juga menjadi penegasan, meleburnya kerajaan-kerajaan ke dalam format perpolitikan yang lebih besar. Negara Indonesia. Adapun inti kandungan dari proklamasi yang dibacakan Soekarno ialah, “pemindahan kekuasaan dalam tempo sesingkat-singkatnya”. Pemindahan kekuasaan dari para penjajah, menuju indepedensi pemerintahan sebuah negara baru, Indonesia.

Deklarasi Djuanda.

Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957 oleh perdana menteri Indonesia Djuanda Kartawidjaja, menjadi peristiwa kemerdekaan teritori negara Indonesia. Inti deklarasinya ialah bahwa laut Indonesia yang berada di sekitar, di antara, dan di dalam Indonesia; menjadi satu kesatuan wilayah NKRI yang utuh. Adapun 3 poin intinya : 1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri, 2. Bahwa sejak dahulu kala, nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan, dan 3. Ketentuan Ordonansi 1939 tentang Ordonansi. Intinya, ketiga poin tersebut merupakan bentuk penegasan negara Indonesia, mengenai kedaulatan teritori. Dari deklarasi Djuanda, wilayah teritori republik Indonesia menjadi 2,5 kali lipat lebih luas. Dari 2.027.087 km2 menjadi 5.193.250 km2.

Ketiga peristiwa kemerdekaan tersebut keputusannya diambil berdasarkan momentum yang tepat. Jika pada peristiwa sumpah pemuda, momentumnya ialah adanya kesinergisan kolaborasi para intelektual muda Indonesia (Sugondo Djojopuspito ketua PPPI, dkk) dengan para tokoh pergerakan nasional (Soekarno, dkk). Maka Proklamasi momentumnya ialah kehancuran Jepang oleh Amerika Serikat pada peristiwa pengeboman bom atom di kota Hiroshima, 6 Agustus 1945. Dan Nagasaki, 9 Agustus 1945. Sejak saat itu jepang mundur, dan menyerah kepada sekutu. Dan terakhir pada momentum Deklarasi Djuanda. Momentum yang diambil ialah ide cemerlang yang diusung oleh 3 tokoh besar Indonesia, yaitu : Djuanda, Mochtar Kusumaatmadja, dan Chaerul Saleh, merupakan kolaborasi yang massif pengaruhnya. Kolaborasi antara perdana menteri, Ahli hukum internasional (hukum laut), dan ketua MPRS.

Itulah kekuatan menjemput momentum dalam seni kepemimpinan surgawi. Di mana keunggulannya berada pada momentum waktu yang memiliki sifat tidak terbaca dan dinamis. Tetapi justru di situlah kekuatannya. Ketika seorang pemimpin memahami situasi, dan tahu kapan waktu yang tepat, maka terjemputlah momentum tersebut. Sehingga tak ayal, jika pemimpin surgawi haruslah orang yang berpengetahuan luas, dan pandai memfirasati masa depan. Agar keputusan yang diambil pun, selain cepat, juga harus tepat. Sehingga menjemput momentum memang tidak akan terlepas dari 2 hal, efisiensi dan peluang.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Mahasiswa Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta.

Lihat Juga

Rakernas KAKAMMI: “Membangkitkan Semangat Persatuan Harkitnas”

Figure
Organization