Topic
Home / Pemuda / Cerpen / Ibu, Takkan Pernah Terpisah dari Sang Anak

Ibu, Takkan Pernah Terpisah dari Sang Anak

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (instagram.com/dawah.doodle)
Ilustrasi. (instagram.com/dawah.doodle)

dakwatuna.com – Menurut kalenderku, hari ini adalah hari ibu. Bagi seorang muslim sepertiku, setiap hari adalah hari ibu dan ayah, karena aku selalu mendoakannya setiap saat, paling tidak setiap aku berdoa seusai shalatku. Meski begitu, aku tetap ingin memanfaatkan momentum hari ibu ini untuk menegaskan kembali bahwa aku mencintai ibuku karena Allah. Pagi-pagi aku menemui ibuku dan mengucapkan selamat hari ibu kepada wanita yang melahirkanku 23 tahun yang lalu itu.

Ibu, wanita yang telah merelakan rahimnya untuk tempat aku bertumbuh dan berkembang dari setetes air menjadi morula blastula hingga menjadi janin sempurna, yang prosesnya diabadikan dalam Quran: dikandung dengan lemah yang bertambah-tambah.

Ibu, sosok yang senantiasa siap siaga memberikan nyawanya untuk anak-anaknya. Kala ia hamil, ketika usia janin sudah matang, dia kemudian berjuang selama berjam-jam untuk sebuah proses yang dinamai jihadnya wanita dengan surga sebagai jaminannya: persalinan. Sesudahnya, ia pun merelakan diri untuk menyusui selama 2 tahun, seperti yang disyariatkan Islam.

“Ibu, selamat hari ibu, aku cinta ibu karena Allah, terima kasih telah menjadi ibu terbaik untuk kami…” Aku menyodorkan kotak berbungkus kertas kado motif bunga marigold kesukaan ibuku.

“Iya sayang, ibu juga sayang kalian karena Allah. Ibu bersyukur terpilih menjadi orang yang dititipin kalian. Ibu bangga punya anak sepertimu. Semoga ibu selalu bisa nemenin kalian ya. Waaah apa nih isinya, makasih ya sayang”

Ibuku membuka bungkus kadonya.

“Wah, jam tangan warna tosca, makasih ya nak, ibu suka sekali”

Ibu membelai lembut rambutku, lalu aku membalasnya dengan ekspresi nyengir kuda dan menempatkan diri untuk dielus rambutku lebih lama ala kucing yang sedang dielus kepalanya oleh induk atau majikannya.

“Dafa, buruan makan gih biar nggak telat berangkat ke kantor”

“Hehe iya bu. By the way, ibu kenapa mau sih jadi ibu rumah tangga? Padahal ibu lulusan sarjana pendidikan”

“Kok pertanyaannya gitu? Emangnya ada apa dengan profesi ibu rumah tangga? Itu profesi kebanggaan bagi semua perempuan loh”

“Ya nggak apa-apa sih, aku bahagia ada ibu yang selalu menyambutku sepulang aku sekolah, ada ibu yang stand by menemaniku belajar entah itu siang, sore ataupun malam hari. Tapi kan pekerjaan jadi ibu rumah tangga itu monoton, gitu-gitu aja.”

“Nak, pekerjaan itu pilihan. Ibu memilih jadi full time mother ya karena memang ibu memilih ini. Ayahmu mengizinkan ibu bekerja, dengan catatan tanggung jawab sebagai istri dan ibu tetap jadi prioritas. Islam pun mengizinkan dengan prasyarat itu, tapi kalaupun seorang ibu ingin bekerja, itu bernilai sedekah bagi keluarganya.”

“Bu, kayaknya ntar kalo Dafa udah punya istri bakal Dafa bebaskan akan jadi full time atau part time mother. Biarkan dia yang akan memilih”

“Haha, gaya bener kamu ini, memangnya sudah punya calon?”

Ibuku lagi-lagi meledekku seperti biasanya, karena aku memang sering menyampaikan rencana masa depan pada ibuku tapi ketika ditanya siapa calonnya, aku selalu hanya bisa nyengir: memang belum punya, hehe.

“Yaaah nanti juga punya Bu kalau sudah waktunya…”

“Haha, ngeles aja kamu ini, jangan nunda-nunda, semoga sebelum hari ibu tahun depan kamu sudah ngasih ibu mantu ya, Daf. Ibu serius nih…”

“Iya ibu sayang, bantuin doa ya semoga segera bertemu dengan yang pas”

“Pilih yang shalihah ya nak, pilihlah dengan cermat. Sadarilah bahwa ketika kamu memilih calon istri, sesungguhnya kamu sedang menunaikan kewajiban pertamamu pada anak-anakmu: memilihkan ibu yang shalihah bagi mereka. Dan ketahuilah bahwa hanya sel mitokondria ibu-lah yang menurun secara genetik kepada sel anak, mitokondria itu adalah sel yang menjadi mesinnya sel tubuh, kalau sel masternya shalihah, energik, pinter, insya Allah sel anaknya juga akan niru ibunya.”

“Terima kasih ibu untuk kuliah paginya yang 3 sks ini, hehe. Aku berangkat ngantor ya. Assalamu’alaikum” Kucium tangan wanita luar biasa di depanku ini.

“Ya, wa’alaikumussalam. Selamat bekerja nak, niatkan ibadah”

Selamat hari Ibu untuk semua ibu maupun calon ibu. Bagi yang sudah jadi ibu, terima kasih telah menjadi ibu terbaik untuk anak-anak. Bagi para calon ibu, bersiap diri-lah untuk menjadi ibu terbaik di masa yang akan datang agar ketahanan keluarga dapat diwujudkan :)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswi Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan UI Angkatan 2010 | Kaderisasi Salam UI 2014 | DPM UI 2013 | BPM FIK UI 2012 | FPPI FIK UI 2011 | BEM FIK UI 2011 | Lembaga Dakwah Sahabat Asrama UI 2010

Lihat Juga

Ibu, Cintamu Tak Lekang Waktu

Figure
Organization