Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Anak / Kenali Intervensi Pihak Ketiga

Kenali Intervensi Pihak Ketiga

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (playbuzz.com)
Ilustrasi. (playbuzz.com)

dakwatuna.com – Seorang pria tua yang sudah renta tinggal menumpang dengan anak laki-lakinya. Si anak telah menikah dengan perempuan cantik dan mereka telah dikarunia anak yang kini berusia empat tahun. Tangan orang tua itu sering bergetar, penglihatannya sudah kabur, dan langkahnya terputus-putus. Ketika mereka semua makan malam bersama di meja makan, sang kakek menumpahkan makanan ke lantai dan memecahkan piring kaca tempat makannya. Sang menantu perempuan spontan kaget dan berteriak.

Karena tidak tahan dengan kelakuan ayah mertuanya, si menantu berkata kepada suaminya. “Aku sudah tidak sabar lagi, aku tidak tahan lagi dengan suara piring pecah, memberishkan bekas makanannya dan menuntunnya ke kamar mandi.”

Mendengar keluhan tersebut, sang kakekpun akhirnya mengasingkan diri makan sendirian di kamarnya, ia berjalan dengan sepenuh tenaga tanpa dibantu seorangpun. Sedangkan anggota keluarga lainnya asyik melanjutkan dan menikmati makan malam mereka. Sejak itu, sang suami dan istri tidak pernah lagi menyajikan makanan kepada si kakek dengan piring kaca, tapi dengan piring yang terbuat dari potongan kayu bekas! Ketika makan, kadang-kadang si kakek meneteskan air matanya saat ia duduk sendirian.

Empat tahun hal ini berlalu sebelum si kakek benar-benar lumpuh sehingga tak mampu lagi berjalan. Ia hanya berdiam diri di kamarnya yang berada di ujung pojok rumah mereka. Si kakek tidak pernah lagi ikut makan malam bersama di meja makan. Pada suatu malam sebelum makan malam, sang suami dan istri melihat anaknya yang kini sudah mulai masuk sekolah bermain dengan potongan-potongan kayu di lantai. Sang ayah dan ibunya kompak bertanya, “Apa yang kamu buat nak?” anak itupun menjawab, “Aku sedang membuat mangkuk kecil untuk ayah dan mama agar nanti ketika ayah dan mama sudah tua tidak akan memecahkan piring lagi seperti kakek.”

Mereka kaget seperti tersambar petir. Kata-kata anak mereka begitu mendalam sehingga tidak dapat berucap satu katapun. Tanpa disadari, air mata mulai mengalir deras dari pipi mereka. Meskipun tidak ada kata yang terucap, keduanya tahu apa yang harus dilakukan. Malam itu sang suami bergegas menemui ayah mereka dan memegang tangannya dengan lembut seraya menuntunnya kembali ke meja makan keluarga.

Anda menuai apa yang Anda tabur. Berbuat baiklah kepada orang tua, Anda akan kehilangan mereka ketika mereka benar-benar pergi dari kehidupan Anda. Hormati dan cintai mereka. Kelak anak-anak kita akan mencintai kita dengan cara yang lebih baik.

Anak-anak sangat peka. Mata mereka mengamati, telinga mereka mendengar, dan pikiran mereka memproses apa yang mereka saksikan. Semuanya diserap dengan baik di dalam alam bawah sadar mereka. Jika mereka melihat kita bersikap sabar dan perhatian terhadap orang tua kita sendiri, mereka akan meniru sikap yang sama. Orang tua yang bijaksana menyadari bahwa setiap hari pondasi bangunan sedang diletakkan untuk masa depan anak-anak mereka. Anak-anak adalah masa depan kita bersama. Hidup adalah tentang menjalin hubungan dengan orang-orang. Jaga diri Anda dan jalin hubungan dengan orang-orang yang Anda cintai, hari ini dan selamanya.

***

Kakek, nenek, paman, om, bibi, dan tante seringkali ikut andil dalam membentuk kepribadian seorang anak. Pada banyak kasus, terutama bagi keluarga kecil yang masih menumpang bersama dengan orang tua atau mertuanya, campur tangan pihak ketiga adalah suatu perkara yang tidak dapat terelakkan.

Ketika ayah dan ibu sudah sepakat satu kata dalam satu hal, seringkali pihak ketiga datang seolah-olah menjadi juru penyelamat bagi si anak. Momen ketika anak melakukan kesalahan, ia akan berlindung dan mencari perhatian kepada kakek, nenek, om atau tantenya. Sehingga orang tua seakan-akan berada di pihak yang salah.

Oleh karena itu, sebagai orang tua kita perlu menjalin komunikasi dengan orang-orang terdekat mengenai aturan yang telah disepakati antara kita dan anak-anak. Setelah diberi pengertian, insyaAllah mereka bisa memahami hal ini. Pada banyak kasus, pihak ketiga ini sebenarnya justru akan banyak mendukung kita sebagai orang tua kandungnya.

 

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Sulaymane Idris adalah pendiri website www.sulaymaneidris.com. Penulis dilahirkan di Jakarta dan menempuh pendidikan umum di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Lihat Juga

Emir Qatar Janjikan Pendidikan untuk Satu Juta Anak Perempuan

Figure
Organization