Topic
Home / Berita / Internasional / Turki Kecam Penyataan Menlu Austria Tentang Kunjungan Erdogan

Turki Kecam Penyataan Menlu Austria Tentang Kunjungan Erdogan

Presiden Erdogan (aa.com.tr)

dakwatuna.com – Ankara. Pemerintah Turki mengecam pernyataan menteri luar negeri Austria, yang menyebut negaranya tidak akan menyambut kunjungan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam rangka kampanye referendum konstitusi kepada para warga Turki yang tinggal di Austria.

Kecaman ini dilontarkan oleh wakil PM. Turki, Naaman Kortolmos, dalam konferensi pers yang digelar pada Senin, (27/02/2017) kemarin. Kortolmos menyebutkan bahwa negaranya merasa tidak nyaman dengan pernyataan menlu Austria, Sebastian Kurz, tentang kunjungan Erdogan ke Austria sebelum pelaksanaan referendum 16 April. Lebih lanjut, Kortolmos juga menegaskan bahwa referendum tidak hanya dikhususkan bagi warga Turki di Austria.

Sebelumnya, Sebastian Kurz dalam postingan di akun facebooknya menulis, “Presiden Turki boleh datang ke Eropa dan Austria untuk kepentingan bilateral. Tapi tidak untuk membawa kampanye dalam negeri Turki ke Austria.”

Kurz menjelaskan jika kedatangan Presiden Erdogan untuk bertemu dengan warga Turki, maka itu akan menimbulkan perpecahan dan ketegangan antara warga Turki di Austria. Kurz juga mengingatkan tentang peristiwa saat kunjungan Erdogan ke Austra menjelang pilpres Turki 2014 lalu. Katanya, “Kunjungan itu telah menimbulkan ketegangan antara pendukung Partai AKP dan suku Kurdi Turki yang tinggal di Austria.”

Pada pertengahan Februari lalu, PM. Turki, Binali Yildirim, mengumumkan niat Presiden Erdogan untuk berkunjung ke negara-negara Eropa sebagai bagian dari kampanye untuk Referendum 16 April. Namun, Yilidirim tidak menyebutkan negara mana saja yang akan dikunjungi Erdogan.

Perlu dicatat, terdapat setidaknya 360.000 orang keturunan Turki di Austria, yang mana 117.000 di antaranya merupakan warga negara Turki.

Direncanakan, pada 16 April mendatang, Turki akan menggelar referendum untuk mengubah konstitusi negara, dari sistem pemerintahan parlementer menjadi sistem presidensial. (whc/aljazeera/dakwatuna)

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Lima Hal Ini Harus Anda Ketahui Tentang Pemilu Turki

Figure
Organization