Topic
Home / Narasi Islam / Sosial / Mari Bersegera tuk Perubahan…

Mari Bersegera tuk Perubahan…

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi – (wordpress.com/stanvaganza)

dakwatuna.com – Sesuatu yang mudah diucapkan tapi masih sulit dalam aplikasinya. Namun tidak mustahil, jika hari ini sebagian diantara kita ingin memulai suatu perubahan dengan memantapkan dalam hati because Allah SWT and Rasululllah SAW, lalu teguhkan dengan ucapan saat saling menasehati, dan buktikan dengan tindakan dalam teladan untuk perubahan yang harus disegerakan.

Allah SWT berfirman:

“Dan bersegeralah kamu kepada meraih ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang- orang yang bertakwa” (Ali Imron: 133).

Attabiq Luthfi dalam tulisnnya, dengan analisis sisi bahasanya mengungkapkan kata saariuu yang berarti besegera ini menunjukan aksi yang terjadi saling bergegas dahulu mendahului, saling berpacu dan memotivasi diri agar bisa beramal lebih baik dan lebih dahulu dari orang lain.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya, saat melihat ayat sebelumnya, inilah seruan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya untuk meraih rahmat, ampunan dan surga-Nya. Aplikatifnya, Imam Qurtubi berkomentar: “Perintah (besegera) ini mengidentifikasi bahwa mempercepat langkah dalam melakukan kewajiban adalah lebih utama dari pada menunda- nunda atau bahkan menangguhkannya”.

Suatu kisah yang menarik saat Rasulullah SAW mengajak raja Heraklius untuk beriman dan bahkan dalam salah satu suratnya Rasulullah SAW mencantumkan firman Allah SWT yang terdapat  dalam surah Ali Imron ayat 133 ini. Namun jawaban diluar dugaan dari raja Heraklius pun terlontar dari pikirannya ia menanyakan: “jika surga seluas langit dan bumi maka dimanakah posisi neraka?”. Sontak dengan cerdas dan logis Rasulullah SAW pun menjawab: “Pertanyaan anda sama dengan orang yang bertanya: jika malam telah tiba kemanakah perginya siang?”. Intinya sang raja ini tidak besegera menunaikan ajakan mulia tuk beriman , melainkan menanyakan sesuatu yang tidak penting bahkan tak perlu dipertanyakan.

Syaikh Khalid Abdul Mu’thi, memberikan pandangannya terhadap orang yang santai dalam beramal dengan alasan “ketergesaan itu bagian dari syaitan” tersebutlah hadis ini dalam riwayat Imam al Baihaqi. Sejatinya, yang diperintahkan untuk pelan- pelan atau santai ialah perkara amal keduniaan sedang akhirat atau amal kebaikan itu harus disegerakan. Pemahaman yang benar adalah “Bersegeralah melakukan amal sebelum muncul aneka fitnah” (HR. Imam Muslim). Ditegaskan dalam riwayat Imam Abu Dawud, “Pelan- pelan dalam segala sesuatu adalah baik kecuali dalam amal untuk akhirat”.

Mari menelaah bersama kisah abadi yang termaktub dalam Al-Quran tepatnya surah Al-Kahfi ayat 95, saat sang Raja diseru oleh rakyatnya untuk membuat benteng pertahanan agar menghalangi serbuan dari Ya’juj dan Ma’juj. Akhirnya sang Raja pun menolak untuk sebuah kemaslahatan yang lebih besar , dengan bijak sang raja mendorong mereka untuk bersama- sama menyelesaikan permasalahan ini, sang Raja menjawab: “Kedudukan yang diberikan Tuhan itu lebih baik, maka bantulah aku dengan suatu kekuatan” (Al- Kahfi: 95). Inilah perombakan, bahwa perbaikan itu dimulai dari masing- masing individu kemudian berjuang bersama untuk sebuah kemaslahatan. Perbaiki diri tapi tak sendiri dalam berjuang melainkan bersatu dalam perjuangan.

Jika Hasan Al-Banna menyebutkan keimanan yang murni dan bersih, ibadah yang benar dan jauh dari penyimpangan, serta mujahadah yang jauh dari sikap berlebihan mempunyai pengaruh yang amat baik dalam diri pelakunya. Maka sudah saatnya tuk mengevaluasi tingkat kesadaran bersama, memperbaharui daya sensitivitas terhadap perintah Allah SWT. Betapa masih banyak kebaikan yang ditunda bahkan ditangguhkan oleh sebagian kita.

Mari memotvasi diri tuk segera menghampiri ampunan dan surga Allah SWT yang dijanjikan bagi yang mampu memenuhi seluruh seruan dan perintah-Nya dengan sikap sigap , bergegas dan berlomba- lomba mengambil yang terbaik. Hingga sampailah pada perubahan diri menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal ini senada dengan nubuwat Rasulullah SAW bahwa orang yang beruntung adalah hari ini harinya lebih baik dari hari kemarin.

Sebagai penutup, Salman Al-Farisi bertutur: “Tiga hal yang membuatku heran hingga membuatku tertawa, yaitu orang yang menginginkan dunia padahal kematian memburunya, orang yang lalai padahal ia tak pernah dilupakan dan orang yang tertawa lebar sedang ia tidak mengetahui apakah Allah SWT ridha atau murka padanya. Sebaliknya, tiga hal yang membuatku sedih hingga membuatku menangis, yaitu perpisahan denga kekasih Rasulullah SAW dan para sahabatnya R.A, dahsyatnya hari kebangkitan dan berdiri di hadapan Allah SWT sedang aku tidak tahu dimana diperintahkan , apakah menuju surga atau neraka”.

Semoga hati saya dan anda tertambat pada Ilahi hingga bersegera terhadap semua seruan perintah-Nya. Dan hati- hati kita senantiasa pula merindukan kekasih-Nya Rasulullah SAW agar segala teladan darinya juga menjadi bagian dari hidup ini. Yuk memohon ketetapan hati dijalan Ilahi “Ya Allah yang membolak balikan hati, tetapkan lah hati kami pada din ini yakni din MU. Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkan lah hati kami untuk taat kepada MU”. Aamiin…

Salam hangat dari Albar.

Sumber:

  • Tafsir Tazkiyah (Tadabur Ayat- Ayat untuk Pencerahan dan Penyucian Hati) oleh DR. Atabik Luthfi. M.A.
  • Al- Quran, Alhidayah Al- Quran Tafsir perkata, penyunting: Arif Fakhrudin M.Ag dan Siti Irhamah, Lc.

(dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa UII, Takmir Masjid, Penggiat Iqro dan Penuntut Ilmu. Sebelumnya SMAN 01 Nunukan (Kaltara). Akan terus melanjutkan Studi InsyaAllah.

Lihat Juga

Hijrah, Dari Gelap Menuju Cahaya

Figure
Organization