Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Keluarga / Suami Pelit, Bagaimana Cara Menyikapinya?

Suami Pelit, Bagaimana Cara Menyikapinya?

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Facebook.com)
Ilustrasi. (Facebook.com)

dakwatuna.com – Wati (36) bukan nama sebenarnya, memilih untuk berhenti bekerja di sebuah perusahaan dengan penghasilan yang cukup besar setelah ia memiliki dua anak yang masih kecil-kecil. Mengurus anak-anak dan keluarga menurutnya harus menjadi prioritas, tak bisa dinomorduakan. Namun sayang, ia bersuamikan lelaki yang sangat perhitungan alias pelit.

Sang suami tidak memberinya kuasa untuk mengelola keuangan keluarga. Sebelumnya saat ia masih bekerja, ia sering menggunakan uangnya sendiri untuk memberi kebutuhan keluarga. Karena sudah tidak pegang uang sendiri, maka setiap pagi sebelum sang suami pergi ke kantor, dia meminta jatah uang belanja harian. Namun, suaminya seolah tak ikhlas memberikan uang belanja itu ke Wati. Dia terlebih dulu selalu bertanya mendetail mulai dari apa saja yang akan dibeli, hingga detail harga belanjaan.

Jangankan untuk membeli alat-alat kecantikan seperti yang dipakai teman-temannya, untuk membeli baju saja Wati berpikir puluhan kali karena sang suami hanya memberi nafkah untuk kebutuhan pokok saja.

Seorang istri tentunya tidak berharap menikah dengan seorang lelaki yang bakhil atau pelit. Apalagi jika ia pelit kepada istri dan anak-anaknya, namun di sisi lain ia menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak jelas, seperti sering membeli rokok, mengeluarkan banyak uang untuk hobinya yang tidak penting, sering mengajak teman-temannya makan di tempat yang mahal, atau sering gonta-ganti hand phone atau gadget keluaran terbaru, dan lain sebagainya.

Menafkahi istri hukumnya wajib menurut Al-Qur’an dan sunnah. Sungguh buruk jika seorang suami memiliki harta tapi bakhil kepada istrinya. Berapa banyak rumah tangga yang tidak bahagia lantaran kekikiran suami dalam memberi nafkah.

 

Penting diketahui, di antara hak istri yang harus dipenuhi suami adalah memberi nafkah dengan baik sesuai dengan kemampuan dan kelapangan rezekinya. Sebab, Allah berfirman:

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Ath-Talak: 7)

Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah pernah berkhotbah:

“Bertakwalah kepada Allah dalam mengurus istri karena mereka adalah (seperti) tawanan kalian. Kalian telah menjadikan mereka istri-istri dengan amanat dari Allah. dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah untuk mereka. Kalian harus memberi mereka makan dan pakaian mereka dengan cara yang baik.”

Bahkan dalam ajaran Islam, jika sang suami termasuk orang yang sangat pelit untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya, diperbolehkan mengambil uang suami tanpa seizinnya dengan batas yang wajar. Hal ini didasari oleh sebuah hadis yang riwayat Aisyah RA. Hadis itu mengisahkan pengaduan oleh Hindun bin Atabah di hadapan Rasulullah. Ia mengaku telah mengambil uang suaminya, Abu Sufyan. Sang suami, menurutnya, sangat bakhil. Ia terpaksa mengambil harta suami tanpa sepengetahuannya. Lalu, Rasulullah bersabda, “Ambillah sebatas apa yang cukup bagimu dan anakmu dengan wajar.”

Tapi sebelum tuduhan “pelit” kita layangkan kepada suami, ada baiknya para istri melakukan introspeksi diri terlebih dahulu, apa yang menyebabkan suaminya menjadi pelit.

Pertama, bisa jadi penyebab suami pelit karena dari faktor sang istri. Misalnya saja karena istri yang terlalu boros dan tidak bisa dipercaya untuk mengurus keuangan keluarga, maka suami membatasi pengeluaran. Jika suami pelit karena hal tersebut, maka seorang istri harus mulai belajar mengatur keuangan keluarga dengan baik. Ia harus memahami bahwa berbelanja sesuatu yang tidak mendesak adalah suatu hal yang kurang baik. Istri harus bisa membedakan mana hal-hal yang diinginkan dan mana yang diperlukan.

Kedua, faktor kondisi keuangan keluarga. Kondisi keuangan keluarga juga bisa menjadi salah satu penyebab dari sikap perhitungan dan pelitnya seorang suami. Kondisi keuangan keluarga yang serba pas-pasan dan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi, akan membuat seorang suami berhemat dan lebih berhati-hati dalam menyusun anggaran keluarga. Misalnya saja suami berencana membeli rumah, menabung untuk biaya pendidikan anak-anak, dan lain sebagainya.

Kalau penyebab suami perhitungan dan pelit dikarenakan faktor ini, seorang istri harus mendukung dan ikut membantu suami dalam urusan keuangan keluarga dengan cara menyusun prioritas, menghemat pengeluaran, dan lain-lain.

Ketiga, faktor latar belakang suami. Kondisi ekonomi di masa lalu juga bisa menjadi faktor penyebab sifat pelitnya seorang suami. Mungkin sang suami berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga ia tidak ingin kondisinya di masa lalu dialami lagi oleh anak-anaknya. Sehingga ia sangat berhati-hati mengeluarkan uang.

Lepas dari hal tersebut di atas, keterbukaan sangatlah penting bagi kedua belah pihak supaya tidak terjadi salah penilaian yang mengakibatkan kesalahpahaman atas sikap pelitnya.

Carilah waktu yang pas untuk berdiskusi dengan suami. Ungkapkan keberatan atas sikap pelitnya. Beritahu pula dampak yang bisa diakibatkan dari sikapnya, misal: kebutuhan anak yang terbengkalai atau kurangnya nutrisi dalam makanan anak.

Buat pula rincian tertulis kebutuhan belanja keluarga dengan jelas dan bicarakan kepada suami. Beritahu kepadanya bahwa nafkah yang selama ini diberikan belum cukup untuk menutup kebutuhan keluarga. Semoga dengan cara ini suami memahami kesalahannya dan mau memperbaiki sikap.

Dan yang lebih penting lagi adalah utamakan selalu keutuhan rumah tangga, pahami perbedaan dan jalin terus komunikasi dengan bingkai cinta.

Semoga bermanfaat. (dakwatuna.com/hdn)

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Ibu rumah tangga dengan empat orang anak. Lulusan Fakultas Sastra UI.

Lihat Juga

Pernyataan Sikap PP Pemuda PUI Tentang Insiden Pembakaran Bendera Tauhid di Garut

Figure
Organization