Dari laman Suara Islam pada Oktober 2013 pula dikutip pendapat beberapa tokoh. Peringatan propaganda PKI di Indonesia, disampaikan antara lain oleh KH Hasyim Muzadi. Tokoh PBNU itu menyatakan, wacana seputar PKI akhir-akhir ini tidak terlepas dari kepentingan global yang menginginkan terjadi konflik di Indonesia sehingga mudah diintervensi.
“Neokomunisme dipakai untuk membongkar-bongkar luka lama agar terjadi konflik besar di Indonesia. (Seperti propaganda) PKI tahun 65 tidak salah, yang salah adalah Banser, yang salah adalah tentara,” katanya dalam Sarasehan Nasional “Sinyalemen Kebangkitan Kembali Gerakan Komunisme di Indonesia” di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Selasa (12/2/2013).
“Komunisme memang mempunyai keahlian di bidang itu. Bagaimana dia membersihkan diri dari kesalahannya, melemparkan kesalahan kepada orang lain, dan akhirya dia meminta imbalan dari kesalahan yang dilimpahkannya itu,” imbuh Hasyim.
Mantan Ketua Umum PBNU ini memandang, beberapa kasus kekerasan, seperti konflik sunni-syiah, pembakaran gereja, pembakaran masjid, secara bertahap telah membentuk opini global tentang citra keberagamaan di Indonesia. Ada pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan momen seperti ini, salah satunya komunis. KH Hasyim Muzadi menegaskan, gerakan komunisme saat ini juga membonceng isu HAM.
“Sekarang ini, gerakan itu masuk melalui ide, tidak seperti G 30 S PKI dulu, dan jika dulu menggunakan revolusi sekarang ini komunis menumpang HAM, apalagi di Indonesia HAM ini tidak jelas jenis kelaminnya,” ujarnya
Dari laman Harian Pelita memberitakan bahwa gerakan KGB sudah berkembang hingga pedesaan. Gabungan Elemen Masyarakat Waspada Bahaya Laten Komunis melaporkan beberapa anggota DPR-RI ke Dewan Kehormatan DPR dan Mendagri, meminta dilakukan pemeriksaan terhadap anggota DPR tersebut atas penyalahgunaan fasilitas negara untuk membangkitkan kembali neo-komunisme. Sebagai salah satu bukti adalah acara temu kangen beberapa oknum anggota DPR RI dengan orang tua dan anak-anak eks PKI yang tergabung dalam Paguyupan Korban Orde Baru (Pakorba) semula direncanakan di Rumah Makan Pondok Wina, namun kemudian dialihkan ke Rumah Makan Pakis Ruyung di Jalan S Parman No 98 Banyuwangi. Gabungan Elemen Masyarakat Waspada Bahaya Laten Komunis menduga rapat di Rumah Makan Pakis Ruyung itu sebagai upaya menghidupkam kembali Partai Komunis di Indonesia dan atau setidak-tidaknya berbentuk Partai Komunis Gaya Baru (KGB). Hal itu dapat dibuktikan dengan sebuah rekaman dalam bentuk kepingan CD dalam acara temu kangen itu yang dari awal bicara sampai akhir bicaranya penuh dengan provokasi, membangkitkan semangat perjuangan menguak dendam masa lalu dan provokasi membakar semangat panas bagi orang-orang bekas PKI yang masih hidup dan anak-anaknya, tulis mereka. Anehnya lagi, dalam undangan temu kangen disebutkan ada hiburan Angklung Soren (Layar Kumendung). Yang patut diduga yayasan tersebut telah mengorbitkan kembali lagu-lagu rakyat yang dibuat PKI sebelum 1965.
Redaktur: Samin Barkah
Beri Nilai: