Masih dari narasumber pengamat KGB yang sama, disebutkan bahwa KGB juga aktif melakukan kongres. Misalnya, Kongres kesembilan digelar di Cianjur dengan cover pertemuan koperasi, sebagai kelanjutan dari kongres kedelapan di Sukabumi pada tahun 2000. Lalu, kongres kesepuluh di Ngablak (Magelang) yang di hadapan publik pihak tersebut menggunakan cover pelatihan pupuk organik namun di dalamnya terdapat aktivitas yang diduga terkait dengan KGB.
Apakah kampanye “awas KGB” ini berhasil atau tidak hanya bisa kita saksikan nanti di masanya. Namun, informasi yang beredar secara viral di media sosial kita dapat menjadi tolak ukurnya. Ada apa dengan organisasi bernama Partai Demokratik Patriot Indonesia dan Partai Rakyat Pekerja, bagaimana infiltrasi agen-agen KGB ke Ormas dan Orsospol, kiprah tokoh bernama Begug Sastro dan Siswoyo dan seperti apa pertemuan-pertemuan yang mengumpulkan para korban PKI. Semua itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang layak kita nanti jawabannya.
Tentu pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas akan dipungkasi dengan suatu pertanyaan besar. Apakah situasi sosial-politik-ekonomi yang gaduh dan carut marut ini yang menjadi pendekatan keempat dari KGB, yang juga menjadi enabling environment bagi menjamurnya paham KGB, adalah situasi yang tak sengaja terciptakan ataukah sengaja diciptakan? (hatma/dakwatuna)
Redaktur: Samin Barkah
Beri Nilai: