Topic
Home / Berita / Opini / Komunisme Indonesia, Topeng Baru dengan Wajah Lama

Komunisme Indonesia, Topeng Baru dengan Wajah Lama

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Salah satu motivasi yang dibangun oleh pelbagai paham pergerakan adalah merekayasa persepsi manusia tentang apa itu hidup sejahtera. Kesejahteraan hidup adalah kebutuhan tiap insan. Namun, dalam mendeskripsikan kesejahteraan, tiap paham atau ideologi memiliki perbedaan. Demikian juga dengan komunisme. Hidup sejahtera yang salah satu parameternya adalah pemerataan mencoba ditanamkan dengan kuat. Itulah kenapa di zaman dimana imperialisme dan ketimpangan sosial nyata terjadi, maka komunisme memiliki “amunisi” atau enabling environment yang cukup untuk tumbuh.

Masih terkait dengan peribahasa Arab di atas. Situasi ekonomi dan sosial politik yang cukup mengerutkan dahi akhir-akhir ini akan dimanfaatkan oleh KGB. Dengan situasi yang “chaotic” maka KGB akan berusaha mewujudkan disordering society, yaitu masyarakat yang tidak tertata. Salah satu cirinya adalah pertanyaan “who is actually in charge“?

Hari ini para elit lokal yang biasa didengar masyarakat semakin terdelegitimasi secara terencana. Ulama di pedesaan, tokoh masyarakat yang dituakan, para pakar ahli dan berbagai kalangan elit lain mulai lemah dan tidak didengar lagi oleh sebagian masyarakat. “Ngapain ulama mengurusi perkara pemerintahan?” Adalah salah satu opini yang bisa disinyalir sebagai ciri-ciri situasi ini. “Bubarkan DPRD” atau “Ayo kita golput”, juga dapat ditengarai menjadi opini-opini serupa.

Situasi “disorder” akan menguntungkan KGB. Karena mereka yang semula tidak memiliki legitimasi kuat di mata masyarakat mulai mendapat tempat. Di sisi lain, mereka akan mudah memasukkan paham tentang deskripsi kesejahteraan bagi mereka yang jengkel dan tidak puas dengan situasi yang tercipta ini.

Laman Suara Islam edisi awal Oktober 2013 mengabarkan bahwa suasana kondusif buat kebangkitan PKI adalah ketimpangan sosial-ekonomi demikian tinggi, konflik antar golongan yang kian merebak, serta meningkatnya jumlah orang miskin dan pengangguran. Dan semua itu, kini terhampar dipenghujung pemerintahan SBY. Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta (1/7/2013), mengatakan, jumlah penduduk miskin hingga Maret 2013 sebanyak 28,07 juta orang. Dimana sampai saat ini, di seluruh Nusantara masih terdapat 183 Kabupaten tertinggal dari 409 Kabupaten di Indonesia, atau sekitar 45 persen dari seluruh kabupaten. Jumlah desa miskin di seluruh Indonesia lebih dari 20.000, termasuk yang dihuni oleh lebih dari 10.000 orang suku terasing.

Dari sumber yang sama, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Irman Gusman, menuturkan, indeks Rasio Gini tahun 2013 sebesar 0, 42. ‘’Artinya, kesenjangan sosial dan ekonomi di negara kita justru makin parah dan sudah mendekati situasi lampu merah, ” katanya.

Kehadiran KGB ini memang tak boleh dianggap remeh sebagaimana kehadiran syiah di negara tercinta ini. Masih dari narasumber yang sama, disebutkan bahwa salah satu mantan KSAD TNI memberikan informasi bahwa pernah disinyalir 60 anggota DPR yang teridentifikasi sebagai bagian dari KGB. Salah satu dosen di universitas swasta di Jakarta pula menuturkan bahwa KGB menargetkan 400 kursi di DPR untuk melakukan sesuatu terhadap konstitusi yang melarang paham komunisme.

Dari laman Suara Islam pada Oktober 2013 pula dikutip pendapat beberapa tokoh. Peringatan propaganda PKI di Indonesia, disampaikan…

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Tenaga ahli untuk business sustainability and locak-regional economic development. Saat ini Hatma sedang berkarya di suatu perusahaan minyak & gas nasional untuk mengelola: CSR, social engineering dan keberlanjutan bisnis (business sustainability) di aset-aset milik perusahaan tersebut. Dengan latar belakang Teknologi Pertanian (UGM) dan Magister Teknik Industri (UII), Hatma yang sedang menempuh pendidikan Ekonomi Islam di IOU (Qatar) ini mendapatkan pengakuan sebagai tenaga ahli di bidang Regional Economic Development dari pemerintah Jerman di 2010. Mengkonsentrasikan diri pada isu tentang business sustainability melalui pendekatan social engineering dan community development, pelbagai pelatihan dan sertifikasi baik di level nasional dan internasional telah diikutinya.

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization