Topic Archives: Rezim Kudeta di Mesir

Juru bicara tentara Mesir, Kol. Tamer Rifai mengatakan, tentara perbatasan telah menghancurkan 12 terowongan bawah tanah yang ada di perbatasan di propinsi Utara Sinai.

Muhammad Al-Baltaji merupakan mantan anggota parlemen Mesir yang vokal dalam revolusi 2011 ketika masa penggulingan rezim diktator Husni Mubarok. Ia juga merupakan petinggi jamaah Ikhwanul Muslimin yang dipenjarakan oleh rezim karena menentang kudeta dan dijatuhi vonis tanpa batasan waktu atau lebih dari 100 tahun.

Aksi seperti ini mengingatkan kembali dengan kondisi Mesir menjelang revolusi 11 Januari 2011, dimana sejumlah rakyat sipil turun ke jalan, dan langsung ditindak oleh aparat keamanan. Aksi yang semula dilakukan segelintir orang itu kemudian bak bola salju, hingga jutaan rakyat Mesir pada tanggal 28 Januari turun ke jalan dan menuntut turunnya Husni Mubarok yang kala itu sudah berkuasa selama 30 tahun.

Para saksi mata mengatakan, ketika Asyraf membakar dirinya, ia mengeluhkan sulitnya menjalani hidup saat ini, karena semua harga kebutuhan semakin mahal.

Ia kemudian menambahkan, perbuatan seperti ini hanya akan memantik api perang sektarian, dan Mesir dalam hal ini menurutnya tidak menerima paham syiah dan fanatik buta di negerinya. Hasan kemudian mendoakan agar Mesir beserta negeri muslim lainnya terbebas dari beragam keburukan.

Pakar Ekonomi Mesir, Izzuddin Hassanaen merinci untuk apa saja bantuan dari negara Teluk itu. "UEA membantu rezim Mesir sebesar 4 miliar dollar, dengan rincian 2 miliar dollar untuk cadangan devisa dan 2 miliar dollar sisanya untuk investasi,"

Presiden Mesir yang terpilih secara demokratis dan kemudian digulingkan oleh militer, Dr. Muhammad Mursi, kembali hadir dalam persidangan setelah absen dua kali, sebagaimana diberitakan Anadolu Agency (17/3/2016).

Pengadilan di Provinsi Syarqiyah, Mesir, memvonis penjara 2-5 tahun terhadap 53 warganya yang menentang rezim kudeta, sebagaimana diberitakan Anadolu Agency (16/3/2016).

Spanduk yang mengkritik kebijakan pemerintah AS ini dibawa oleh para aktivis wanita yang tergabung dalam NGO "Code Pink" dan mengangkat tulisan ini dibelakang Kerry ketika acara diliput secara langsung. Mereka mengangkat spanduk bertuliskan, "Stop dukungan ke Mesir" dan "Stop dukungan ke Israel."

Organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir dalam pernyataannya Sabtu kemarin (20/2/2016) sebagaimana diberitakan Aljazeera mengungkapkan bahwa petinggi dan aktivisnya yang dipenjarakan di Penjara Al-‘Aqrab (dalam bahasa Arab artinya Kalajengking) di selatan Cairo menggelar aksi mogok makan memprotes perlakuan tidak manusiawi di dalam penjara.