Topic Archives: Pilpres 2014

Satu hal yang mungkin harus diingat ialah amanah lebih dari 30% suara menunjukkan harapan yang tinggi terhadap kepemimpinan parpol Islam untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik. Maka rasanya sudah bukan saatnya untuk mementingkan ego masing-masing partai.

Bisa saja dari pertemuan silaturrahim partai politik dan organisasi kemasyarakatan yang sedang digadang-gadang saat sekarang, capres dan cawapres bisa saja calonnya berasal dari partai politik yang suaranya kecil atau dari tokoh salah satu dari organisasi kemasyarakatan yang ada.

Suara partai berbasis massa Islam meningkat tajam, atau setidaknya jauh melewati prediksi sejumlah pengamat yang sering mengatakan partai Islam akan ditinggalkan pemilihnya.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, perintah Allah agar kita mati dalam keadaan beragama Islam karena dengan kemurahan-Nya, Allah yang Maha Pemurah telah menjadikan sunah-Nya, barangsiapa yang hidup di suatu keadaan, maka ia pun akan meninggal dunia dalam keadaan tersebut. Barangsiapa meninggal dalam sesuatu keadaan, maka ia pun akan dibangkitkan dalam keadaan itu pula.

"Kita mengalir saja. Apa yang akan terjadi nanti sudah dicatat oleh Allah. Keterangan lebih lanjut akan kami berikan setelah Pak Prabowo datang," ujar Suryadharma Ali.

Amien Rais mengusulkan koalisi itu diistilahkan Koalisi Indonesia Raya, dengan tidak terpaku pada gabungan poros tengah belaka, tetapi juga menarik kekuatan partai nasionalis.

Dalam konteks jabatan, harus ada penyamaan hati, pikiran dan perasaan antar mitra koalisi. Karena jabatan di pemerintahan tidak dapat dielakkan.

Ada baiknya kita camkan pesan Buya Hamka (2002:193) agar kita terus membentuk pribadi muslim sejati dengan, “Menjadikan diri sebagai seorang muslim yang menjadi khadam (pembantu) Islam, bukan Islam yang dijadikan khadam (pembantu) bagi kepentingan diri sendiri atau golongan.”

Pemilu Nasional untuk pemilihan calon anggota legislatif Nasional 9 April lalu sudah selesai dilaksanakan. Perhatian publik pun fokus mengarah ke sana. Perhelatan rakyat lima tahunan itu dirayakan dan disambut baik dengan partisipasi Rakyat Indonesia untuk menentukan wakilnya. Rakyat Indonesia ketika itu memilih dan menetapkan wakilnya berdasarkan aspirasi dan kehendak Nuraninya.

Alotnya negosiasi, salah satunya karena sejarah hubungan dengan kedua partai ini tak selalu harmonis.