Topic
Home / Arsip Kata Kunci: jodoh (halaman 2)

Arsip Kata Kunci: jodoh

Sabarlah Bidadariku, Akan Segera Kujemput Dirimu

Terlalu indah impian-impian dalam masa penantian ini. Namun aku butuh usaha ekstra agar dapat memantaskan diri menjadi raja di singgasana rumah tanggaku nanti. Kubisikkan pada bayangan yang entah kapan kan berwujud nyata, “Bersabarlah bidadariku, nanti akan kujemput dirimu ketika tlah tiba masaku”. Kini selagi masih ada waktu sebelum kita diberikan amanah menuntun bahtera kita menuju surga, marilah kita sama-sama siapkan bekal agar tak tergamang di perjalanan. Karena di sana akan banyak halangan dan rintangan yang menghadang. Kala aku tergamang maka aku kan pinjam tanganmu untuk menguatkanku. Ketika kau letih maka ada bahuku untuk bersandarmu dan kita harus siap untuk semua itu. Sekali lagi tetaplah bersabar menunggu wahai bidadariku.

Baca selengkapnya »

Di Manakah Engkau Wahai Penggenap Separuh Agamaku

Aku tahu sebagai wanita seharusnya menunggu, tentu akan sabar aku menunggu. Karenanya tak pernah ku cari dirimu, meski tak jarang pertanyaan itu mengusik bathinku, “Dimanakah engkau wahai penggenap separu agamaku”. Apakah engkau masih mempersiapkan bekal menjadi imam yang akan menuntun keluargamu menuju Raudhatul Jannah..? Jika iya, maka teruskanlah. Semoga aku juga mampu mempersiapkan bekal menjadi makmum yang taat dalam membersamai langkahmu . Sampai bertemu di mitsaqan Ghalizan yang entah kapan.

Baca selengkapnya »

Suamiku Bukan Jodohku

“Sabar nak, langkahmu sudah benar. Percayalah kamu akan bahagia tanpa dirinya. Kau layak bahagia, lepaskan semua kegundahan hatimu. Kosongkan dan ikhlaskan anakku”. Ibupun meneteskan air matanya. Dia mengelus lembut rambutku. Aku mengajukan cerai beberapa hari setelahnya. Aku sangat mencintai abang. Bahkan hingga aku memutuskan untuk berpisah dengannya. Sampai saat ini aku tak bisa melupakannya. Ternyata suamiku bukanlah jodohku.

Baca selengkapnya »

Sebuah Nama yang Hilang

Allah, jika benar telah Engkau catatkan “dia” untuk menjadi teman dalam menapaki hidup, maka satukanlah hati kami. Berikanlah kebahagiaan diantara kami, agar kemesraan itu abadi. Seiringkanlah langkah kami melayari hidup ini ke tepian Jannah-Mu. Terimakasih tuhan, telah Kau tunjukkan cinta padaku.

Baca selengkapnya »

Mendapat yang Terbaik atau Mendapat Kesempatan Berbuat Baik

Ada yang bertanya, mengapa seorang Nabi Nuh mendapatkan istri yang tidak shalihah? Atau seorang Asiyah, menikah dengan Firaun yang terkenal dzalim. Sekali lagi, tidak ada yang salah atas ketetapan yang Allah tetapkan. Semua yang terjadi semata atas kehendak-Nya. Tetap berhusnudzan, itu lebih baik. Ada sejuta alasan yang terkadang tidak pernah kita ketahui tentang kehidupan ini. Jika tidak mendapatkan orang yang baik, mungkin saja kita diberikan kesempatan oleh Allah untuk berbuat baik.

Baca selengkapnya »

Jembatan Jodoh

“Ada apa lagi? Jembatan jodoh lagi? Bukankah kau sudah membuktikannya?” Aku menyindirnya. Namun Johan tak merasa tersinggung. Ia malah tersenyum menatapku dan mengangguk mantap. “Kau masih percaya dengan jembatan jodoh? Jo, sudahlah. Apa kau tak ingat di jembatan itu juga kau dikecewakan. Sebanyak apapun kau tuliskan namamu di jembatan itu kalau Allah belum berkehendak tidak akan ada artinya.”

Baca selengkapnya »

Siapa Bilang Jomblo Menyedihkan?

Jadi yang jomblo jangan sedih, dengan kesendirian kalian bisa menambah ilmu pengetahuan, bisa mengikuti komunitas sesuai dengan minat, bisa mengalokasikan waktu untuk menulis, membaca tanpa ada gangguan, bisa memperbaiki diri maupun jauh dari kemaksiatan, bisa gunakan uang kalian untuk membeli buku maupun sedekah, bisa beribadah dengan enjoy dan dijauhi dari kegalauan. Nah enak kan jadi jomblo. Toh jomblo bukan tidak laku, hanya saja kita paham bahwa hal tersebut mubazir waktu dan menyia-nyiakan masa depan.

Baca selengkapnya »

Jodoh

Hari ini, seminggu berselang setelah lamaran Mas Ardi itu. Aku pun merasa menjadi orang paling beruntung sedunia. Aku dan Mbak Ina duduk dalam satu resepsi pernikahan sederhana. Ustadz Rahman melamarku, sehari setelah lamaran Mas Ardi kepada Mbak Ina. Rupanya dulu Mbak Ina sengaja menolak Mas Rahman karena tahu aku memendam rasa padanya. Hari ini, aku melihat senyum terindah dari wajah Ibu. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang pantas kamu dustakan?

Baca selengkapnya »
Figure
Organization