Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Mendapat yang Terbaik atau Mendapat Kesempatan Berbuat Baik

Mendapat yang Terbaik atau Mendapat Kesempatan Berbuat Baik

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (arinarizkia.wordpress.com)
Ilustrasi. (arinarizkia.wordpress.com)

dakwatuna.com – Jodoh itu ajaib, tetiba temanku berucap sambil menyeruput teh hangat. Senja kali ini memang sedikit berbeda. Obrolannya terasa panjang karena kami memilih pembicaraan bertema jodoh. Bukan apa-apa percakapan ini bermula saat kami mendapatkan undangan dari seorang teman yang ingin menyempurnakan setengah diennya. Seringkali kita melihat atau mendengar kisah seseorang yang bertahun-tahun bersama, ternyata saat dipelaminan hanya ikut mendokumentasikan diri sebagai tamu. Ada yang baru saja berkenalan, sebulan kemudian sudah siap berkomitmen menyempurnakan setengah diennya. Ada yang jauh-jauh berkeliling mencari ilmu dan jodoh dan bertemu dengan ribuan manusia lainnya, ternyata jodohnya adalah tetangganya sendiri. Atau tentang seorang perempuan yang menyukai seorang laki-laki. Karena terlalu sering berinteraksi, tumbuh rasa cinta dan berharap sang pujaan menjadi pendamping hidupnya kelak, tapi ternyata harus merelakannya karena yang dicinta tidak mempunyai rasa yang sama.

Jodoh itu memang ajaib, lebih tepatnya ajaib bin ajaib. Ada pula yang mengatakan bahwa jodoh itu adalah cerminan dari diri sendiri. Namun ada juga yang tidak setuju dengan pernyataan itu. Dalam Alquran sudah dikatakan bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan baik. Dan laki- laki yang tidak baik untuk perempuan yang tidak baik.

Seperti artikel sebelumnya, jodohmu adalah cerminan dirimu. Ah, tidak semua menerima pernyataan seperti itu. Bahkan para Nabi tidak semuanya mendapatkan istri yang shalihah padahal mereka, para Nabi adalah manusia yang shalih. Itulah Maha besarnya Allah yang menciptakan alam semesta. Tidak akan ada satupun yang diciptakan-Nya melainkan menjadi pelajaran buat hamba yang ingin berpikir. Semua yang diciptakan-Nya dan semua yang telah ditakdirkan-Nya akan menjadi sesuatu yang pastinya bermanfaat buat makhluk-Nya.

Ada yang bertanya, mengapa seorang Nabi Nuh mendapatkan istri yang tidak shalihah? Atau seorang Asiyah, menikah dengan Firaun yang terkenal dzalim. Sekali lagi, tidak ada yang salah atas ketetapan yang Allah tetapkan. Semua yang terjadi semata atas kehendak-Nya. Tetap berhusnudzan, itu lebih baik. Ada sejuta alasan yang terkadang tidak pernah kita ketahui tentang kehidupan ini. Jika tidak mendapatkan orang yang baik, mungkin saja kita diberikan kesempatan oleh Allah untuk berbuat baik. Merubah perangai pasangan yang kurang baik menjadi lebih baik, itu adalah kerja yang sungguh luar biasa. Berbuat baik itu, seperti menanam benih-benih. Pada waktunya benih kebaikan itu tumbuh menjadi pemberat timbangan amalan kebaikan kita. Bukankah tugas kita adalah beribadah kepada Allah dan menyeru kebaikan kepada yang lain? Apapun hasilnya, sebuah proses dalam menebar kebaikan jauh lebih bernilai di sisi-Nya. Insya Allah.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Bengkalis Provinsi Riau pada tahun 1990.

Lihat Juga

Muhasabah, Kebaikan untuk Negeri

Figure
Organization