Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sabarlah Bidadariku, Akan Segera Kujemput Dirimu

Sabarlah Bidadariku, Akan Segera Kujemput Dirimu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (kawanimut)
Ilustrasi (kawanimut)

dakwatuna.com – “Aku tahu di sana engkau menungguku, mungkin engkau pun tahu betapa hatiku juga selalu merindukanmu. Tapi apalah daya kini namamu hanya menari dalam tiap bait doaku. Syariat agama membatasi interaksi kita, bukan berarti kesombongan diriku semata saat aku tak sempat melirikmu ketika kita berjumpa. Bersabarlah, hingga tiba waktunya aku akan datang menjemputmu wahai bidadariku agar segera dapat kau duduki singgasana bahtera rumah tangga kita”.

Kalimat yang sering kubisikkan pada hatiku kala aku kian resah menikmati kesendirian yang begitu betah menemaniku. Terkadang sebal juga setiap kali ada yang bertanya, “Kapan nikahnya”, boro-boro nikah calonnya aja aku tak tau lagi dimana. Walaupun dalam hati pun aku sering bertanya hal serupa pada diriku sendiri. Sampai kapankah aku akan membiarkan kesendirianku ini..? Apalagi melihat teman seusiaku yang sudah punya teman ketika boncengan serta punya prajurit yang selalu memanggilnya ayah. Nah aku,,,,masih saja sendiri. Bukan tak mau hanya saja belum ketemu.

Ketika berulang kali teman-teman masih juga tak pernah bosan bertanya, aku pun mencari jawaban yang ngasal “Entah dimana jodohku juga, ntah udah lahir ntah belum, masih mending kalo udah lahir, gimana kalo udah mati”. Setelah melontarkan jawaban itu pun aku seakan merenungi penghujung kalimatku. Dengan harapan jangan sampai terjadi seperti itu, masih mending kalo belum lahir masih ada waktu untuk menunggu, nah kalo udah mati, mesti gimana..?. Terkadang aku langsung meralat pernyataanku dalam hati, “Ya Allah semoga saja jodohku masih hidup, dan pertemukanlah kami segera” .

Aku merasa kian hari sujud-sujudku kian sepi, tanpa makmum di belakangku. Tak jarang aku juga berkhayal, mungkin akan bahagia jika munajatku bersama dengan makmum setiaku nanti. Banyak perempuan yang kutemui dalam keseharianku, namun belum tumbuh keyakinan di dalam hatiku padanya. Kalaupun ada yang kurasa cocok dengan kriteriaku, gengsi di hati menahan langkahku. Aku tak dapat tepiskan rasa gengsi itu, aku pun tak mau terlihat berharap padanya. Jika benar dia jodohku maka dia pun kan datang padaku, kurang lebih begitulah kata egoku.

Hingga saat ini aku tak pernah punya hubungan spesial dengan wanita mana pun. Bagaimana pula aku kan segera punya pendamping jika begini, batinku. Tapi satu keyakinan di hatiku bahwa jodoh tidak akan tertukar, maka aku pun tenang-tenang saja. Jodohku takkan mungkin jadi jodoh temanku, begitupun sebaliknya. Maka semua wanita punya peluang yang sama menjadi jodohku, waaaw iyakah….?

Sayang, meskipun semuanya punya peluang masih saja aku belum punya keberanian untuk menjemput satu di antara mereka. Entah karena bingung mau pilih yang mana atau memang karena belum ada yang benar-benar jodohku hingga saat ini aku masih bertahan menunggu.

Mungkin ada juga pria yang punya pikiran seperti diriku, ingin didatangi sendiri oleh makmumnya, bukan dia yang mencari makmum. Seperti Rasululluah SAW yang di datangi sendiri oleh makmumnya Ummul Mukminin Khadijah r.a. meskipun masih melalui perantara. Tapi jika di pikir-pikir lagi, sudah layakkah diriku menjadi imam yang didatangi. Jika mengkaji kualitas diri, maka lunglailah raga untuk sekejap. Jauh, masih sangat jauh diriku dari kriteria imam yang dicari. Namun jika aku bertemu makmum yang akan meralat ketika aku salah, mengingatkan ketika aku terlupa, maka aku siap dan yakin menjadi imam.

Ketika penghujung malam yang sepi dalam lafadz-lafadz syahdu kubisikkan rindu pada sang penghuni separuh ruang di hati ini. Tak terlerai air mata menemani sujud malamku berharap Allah tuntun langkahku agar bertemu dia yang mampu membuatku semakin mencintaiNya. Seiring surya membuka mata aku pun selipkan impian, hari ini aku dapat bertemu dengannya. Ketika senja pancarkan rona jingga impianku naik tingkat menjadi harapan indah, aku ingin segera bertemu dia yang menemaniku membaca Alma’tsurat menjelang malam menjelma.

Terlalu indah impian-impian dalam masa penantian ini. Namun aku butuh usaha ekstra agar dapat memantaskan diri menjadi raja di singgasana rumah tanggaku nanti. Kubisikkan pada bayangan yang entah kapan kan berwujud nyata, “Bersabarlah bidadariku, nanti akan kujemput dirimu ketika tlah tiba masaku”. Kini selagi masih ada waktu sebelum kita diberikan amanah menuntun bahtera kita menuju surga, marilah kita sama-sama siapkan bekal agar tak tergamang di perjalanan. Karena di sana akan banyak halangan dan rintangan yang menghadang. Kala aku tergamang maka aku kan pinjam tanganmu untuk menguatkanku. Ketika kau letih maka ada bahuku untuk bersandarmu dan kita harus siap untuk semua itu. Sekali lagi tetaplah bersabar menunggu wahai bidadariku.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Januarita Sasni, S.Si, SGI. Lahir di Sumatera Barat pada tanggal 25 Januari 1991. Menyelesaikan Pendidikan menengah di SMAS Terpadu Pondok Pesantren DR.M.Natsir pada tahun 2009. Menyelesaikan Perguruan Tinggi pada Jurusan Kimia Sains Universitas Negeri Padang tahun 2014. Menempuh pendidikan guru nonformal pada program Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa (SGI DD) sejak Agustus 2014 hingga Januari 2015, kemudian dilanjutkan dengan pengabdian sebagai relawan pendidikan untuk daerah marginal hingga Januari 2016. Sekarang menjadi laboran di Lab. IPA Terpadu Pondok Pesantren Daar El Qolam 3 sejak Februari 2016. Aktif di bidang Ekstrakurikuler DISCO ( Dza ‘Izza Science Community) sebagai koordinator serta pembimbing eksperiment dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Tergabung juga dalam jajaran redaksi Majalah Dza ‘Izza. Mencintai dunia tulis menulis dan mengarungi dunia fiksi. Pernah terlibat menjadi editor buku “Jika Aku Menjadi” yang di terbitkan oleh Mizan Store pada awal tahun 2015. Salah satu penulis buku inovasi pembelajaran berdasarkan pengalaman di daerah marginal bersama relawan SGI DD angkatan 7 lainnya. Kontributor tulisan pada media online (Dakwatuna.com) sejak 2015.

Lihat Juga

Sabar

Figure
Organization