Topic
Home / Berita / Internasional / Asia / Gaza Berada di Ambang Kehancuran

Gaza Berada di Ambang Kehancuran

sampah menggunung di Gaza akibat tidak ada anggaran pengelolaan. (Aljazeera)

dakwatuna.com – Gaza. Ancaman krisis listrik yang semakin memburuk dan kemerosotan laju ekonomi menyebabkan Gaza dan penduduknya kehilangan hak untuk mengakses pelayanan dasar. Tak ayal, kondisi ini membuat wilayah seluas 365 Km2 itu berada di ambang kehancuran.

Walikota Gaza, Nizar Hijazi pada 11 April lalu telah memperingatkan potensi kehancuran ekonomi. Menurutnya, pemotongan gaji dan pemutusan listrik akan terus terjadi. Selain itu, Gaza juga terancam penangguhan hibah, bantuan luar negeri serta pembiayaan proyek, yang semua itu akan berdampak pada memburuknya pelayanan dasar.

Hijazi menjelaskan, Kota Gaza berada di ambang kehancuran. Gaza juga disebut tidak mampu memberi pelayanan pengumumpulan limbah, pemeliharaan serta pengolahan air limbah.

Dua bulan lalu, kondisi darurat di Gaza juga diumumkan. Hal ini setelah pemerintah kota menyebut adanya pengurangan pelayanan hingga 50%.

Sejauh ini, belum ada badan pemerintah atau internasional yang bergerak menyambut teriakan Gaza. Sementara pelayanan terus ditekan hingga lebih dari separuhnya, sebut Hijazi.

Krisis Sesungguhnya

Abdulrahim Abul Qumbs, Ketua Komite Darurat Gaza menyebut beberapa hal yang mengakibatkan pelayanan di Gaza menurun drastis. Di antaranya, imbuh Abdulrahim, adalah kondisi ekonomi yang memburuk, penangguhan gaji terhadap pegawai di Gaza oleh Otoritas Palestina serta penghentian proyek-proyek yang sejatinya didanai oleh negara-negara donatur.

Kepada Aljazeera.net, Abul Qumbs menyebut dengan kondisi yang ada maka Gaza juga akan menghadapi krisis air, terutama pada musim panas. Kondisi diperparah dengan dihentikannya pelayanan pengolahan limbah di tempat-tempat pembuangan sampah.

Gaza hingga saat ini juga tidak mampu membayar gaji karyawan mereka. Pemerintah juga tidak mampu membeli bahan bakar yang diperlukan untuk menjalankan sumur air dan pabrik pengolahan limbah. Selain itu, listrik juga mengalami pemadaman selama 16 jam setiap harinya.

Masih menurut Abul Qumbs, pelayanan akan terus dikurangi agar periode kerja pemerintah tetap bertahan. Ia juga menyeru negara donatur dan Otoritas Palestina untuk mengulur tangan mereka.

Sementara itu, Pengamat Lingkungan Ahmed Hellas menyebutkan, Gaza di hadapkan pada krisis lingkungan yang nyata apabila kondisi saat ini tidak segera diatas. (whc/dakwatuna)

Redaktur: William

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization