Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Anak / Membangun Karakter Dasar Anak

Membangun Karakter Dasar Anak

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (fotolia.com)
Ilustrasi. (fotolia.com)

dakwatuna.com – Anak shalih merupakan tabungan bagi setiap orang tua, yang hasilnya akan dapat kita petik di dunia bahkan di akhirat kelak. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shalih” (HR. Muslim no. 1631)

Apabila kita merujuk kepada hadits di atas ada dua hal yang harus kita lakukan agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang shalih, yang pertama adalah kita sebagai orang tua harus memberikan contoh kepada mereka dalam aktivitas sedekah jariyah. Abu Dzar RA berkata, bahwasanya sahabat-sahabat Rasulullah saw. berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah saw., orang-orang kaya telah pergi membawa banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka dapat bersedekah dengan kelebihan hartanya.” Rasulullah saw. bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untukmu sesuatu yang dapat disedekahkan? Yaitu, setiap kali tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan hubungan intim kalian (dengan istri) adalah sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan syahwatnya dan dia mendapatkan pahala?” Rasulullah saw. menjawab, “Bagaimana pendapat kalian jika ia melampiaskan syahwatnya pada yang haram, apakah ia berdosa? Demikian juga jika melampiaskannya pada yang halal, maka ia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

Hadits tersebut menerangkan kepada kita bahwa betapa luasnya pengertian sedekah. Sedekah tidak hanya terbatas kepada mereka-mereka yang memiliki kelebihan harta, akan tetapi sedekah mencakup seluruh aspek kehidupan yang setiap manusia dapat melakukannya. Dzikir, melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar, hubungan suami Istri, menafkahi istri dan anak, dan masih banyak aktivitas lainya yang bernilai sedekah jariah, tentunya sebelum kita beraktivitas sebaiknya diawali dari niat yang baik karena Allah SWT sebagaimana dalam hadits pertama hadits Arbain, Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khaththab radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

Memberikan teladan yang baik dalam aktivitas sedekah jariah akan berdampak baik kepada anak-anak kita, karena anak-anak merupakan pribadi yang unik, mereka belajar dari apa yang mereka lihat, dengar dan apa yang mereka rasakan untuk itu kita sebagai orang tua sudah sewajarnya memberikan contoh teladan yang baik (amalan sedekah jariyah) agar teladan yang kita lakukan menjadi contoh yang kelak akan anak-anak kita tiru. Begitu pula dengan keburukan apabila orang tua memberikan contoh yang buruk, maka keburukan itu yang akan mereka tiru dan dosanya akan terus kita tanggung sampai di akhirat kelak.

Pendidikan yang kedua setelah kita mendidik anak-anak kita dengan menjadi teladan dalam bersedekah jariyah adalah kita harus mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi anak-anak kita. Di zaman yang serba canggih saat ini perhatian kedua orang tua sangat diperlukan dalam pembentukan karakter anak, sangat tidak dibenarkan apabila orang tua hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan ke lembaga sekolah saja, karena dalam pembentukan karakter yang lebih dominan adalah lingkungan dan lingkungan pertama yang mereka kenal adalah lingkungan keluarga. Sehingga kita sebagai orang tua harus mampu merekayasa lingkungan pergaulan anak-anak kita dengan cara memberikan perhatian yang lebih buat mereka. Adanya Televisi di rumah akan dapat berdampak baik atau sebaliknya, tergantung kita sebagai orang tua mampu atau tidak membimbing mereka ketika anak-anak kita melihat tayangan-tayangan di Televisi. Apabila anak-anak kita dibiarkan bebas melihat tayangan-tayangan tanpa bimbingan kita, maka yang akan menjadi guru atau panutan di lingkungan rumah adalah Televisi, contoh yang sederhana adalah model gaya rambut  remaja-remaja saat ini, cara berpakaian, bahkan pacaran yang sebenarnya dalam Islam di larang sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat sekarang. Firman Allah SWT :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32)

“Saya kan pacaran hanya untuk motivasi belajar” itu kata-kata yang sering keluar dari remaja saat ini. Belajar adalah kewajiban karena dengan belajar kita akan mendapat ilmu, akan tetapi motivasi agar semangat belajar ini yang kurang tepat. Apabila dianalogikan seperti teori  matematika yang menyatakan bahwa plus (kebaikan)  dikali minus (kesalahan) hasilnya adalah minus (salah). Ilmu yang baik dan berkah hanya dapat diraih dengan niat dan motivasi karena Allah SWT.

Sudah sering kita mendengar bahkan melihat anak tetangga yang hamil di luar nikah akibat dari pacaran yang awalnya hanya untuk sekedar motivasi belajar. Untuk itu dalam mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi anak-anak harus kita rencanakan dan kita siapkan semenjak anak-anak kita masih kecil. Apa yang harus kita lakukan ketika anak usia balita misalnya adalah contoh teladan yang baik dari orang tuanya, mendampingi mereka dalam aktivitas harian termasuk memilihkan siaran televisi, penggunaan handphone dan lain sebagainya. Berikutnya di usia anak-anak sampai usia remaja kita tetap memberikan contoh teladan yang baik, merencanakan sekolah yang baik, mengajari mereka tanggung jawab, berdiskusi dan belajar menentukan pilihan dan lain sebagainya. Yang paling utama dan inti dalam memberikan pelajaran kepada anak kita adalah ajarkan mereka untuk pertama kali mengenal Tuhannya yaitu Allah SWT, Sebagaimana firman Allah SWT :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ وَهُوَيَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (QS Luqman: 13)

Semoga Allah menjadikan anak-anak kita termasuk anak-anak yang shalih yang akan menyelamatkan kita dari siksa api neraka. Aamiin

Wallahu’alam. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Seorang abi yang telah Allah karuniai dua orang putra yang mendapatkan amanah untuk menjadi seorang pengajar di SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Lembang.

Lihat Juga

ICMI Rusia Gelar Workshop Penulisan Bersama Asma Nadia

Figure
Organization