Topic
Home / Keluarga / Pendidikan Anak / Urgensi Pendidikan Agama, Dalam Membentuk Karakter Sosial Anak

Urgensi Pendidikan Agama, Dalam Membentuk Karakter Sosial Anak

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Heriyanto)
Ilustrasi. (Heriyanto)

dakwatuna.com – Pendidikan yang saat ini meluap di negara kita sudah bukan lagi pendidikan yang hanya untuk dipandang sebelah mata saja, melainkan kita harus berusaha dan bertekad untuk lebih memajukannya. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang hanya menekankan atau menitikberatkan pada kecerdasan intelektual saja akan membuat anak didik jauh dari masyarakatnya. Ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda, tetapi di sisi lain tetap harus diperlakukan secara adil. (Pepi Nuroniah, 2015)

Dalam sistem pendidikan di negara kita, pendidikan agama merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan. Penitik-beratan pendidikan pada kecerdasan intelektual akan membuat ketidakseimbangan dalam menanamkan nilai sosial pada peserta didik. Oleh karena itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Muhammad Siddik “Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.”.

Maka menyeimbangkan potensi anak dalam sisi kecerdasan intelektual dan spiritual akan menjadikan peserta didik memiliki nilai sosial dalam masyarakat. Salah satu caranya adalah internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan. Lanjut M. Siddik “Bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat”.

Menurut Pepi Nuroniah dalam 1000 guru mengatakan, ada beberapa beberapa elemen yang cukup berpengaruh dalam proses pendidikan. Pertema, Keluarga ; apa yang sering dikatakan orang tua akan menjadi sugesti yang akan terus terbawa hingga ia mampu memahami segala hal yang terjadi di sekitarnya, hingga ia mampu mengontrol emosi dan alam bawah sadar yang akan terus mengontrol tindakannya. Sosialisasi yang baik dari keluarga akan memberikan manfaat yang sangat baik.

Kedua, Teman atau Sahabat ; teman yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula pada kepribadian kita, akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan-pendidikan kecil yang akan kita peroleh. Setelah keluarga, kita akan sering bertemu dan bergabung dengan seorang teman, sebagai tempat berinteraksi, dan bertukar pendapat. Sebagai contoh, ketika dalam satu kotak terdapat dua buah kertas, kertas A kita coba untuk sirami sebuah tinta maka kemungkinan besar kertas B juga akan ikut terkena juga, bukan? Nah, seperti itulah 2 buah kertas sama dengan seseorang yang selalu bersama-sama dan ia akan saling mempengaruhi satu sama lain.

Ketiga, Media ; media yang dimaksud di sini adalah media massa. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, segala hal yang sering kita saksikan akan menjadi acuan. Sebab, apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan tanpa sadar akan mempengaruh diri kita. Maka dari itu kita harus cerdas dalam menggunakan media dan memanfaatkannya.

Ilmu itu tidak hanya dari pembelajaran yang dijelaskan oleh seorang guru, baik itu di sekolah, di kampus atau bahkan penjelasan yang terus dijelaskan oleh atasan kepada bawahannya di tempat kerja, melainkan lebih dari itu. Sebab itulah urgensi mendidik anak di era informasi dan teknologi ini tidak cukup hanya memberikan pengetahuan yang bresifat kognitif saja, tapi juga harus berbasis pada tatanan sosial kemasyarakatan, dengan cara menambahkan forsi pendidikan agama di sekolah.

Membekali karakter sosial kemasyarakatan anak dalam agama Islam sendiri telah memiliki dua elemen sebagai pilar dasarnya, antara lain: Pilar pertama yaitu kepedulian, hal ini diterangkan dalam hadist Nabi Saw Tidaklah sempurna iman seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang sedang tetangganya kelaparan. (HR. Ibnu Abi Syaibah, dalam kitab iman, dari sahabat Ibnu Abbas no. 29748)”.

Pilar kedua adalah kejujuran, prihal sikap jujur, Nabi Saw telah menerangkan dalam hadistnya “Hendaklah kamu berpegang kepada kejujuran, karena kejujuran itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan itu akan membawa kepada surga (kebahagiaan), dan hendaklah tetap seseorang itu bersifat jujur dan memilih kejujuran hingga ia tertulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah olehmu dusta, karena dusta itu akan membawa kepada keburukan dan keburukan itu akan membawa ke neraka (kehancuran…”

Aries Musnandar pernah menyinggung pendidikan untuk anak yang hanya memfokuskan pada sisi intelektual. Ia mengatakan “sepatutnya, mendidik dan membentuk karakter anak didik kita jangan disamakan atau diidentikkan dengan kegiatan industri dalam memproses raw material menjadi finished goods, Hal ini mengingat anak sebagai manusia merupakan makhluk unik, penuh misteri dan dinamis (umm,2014)”.

Akhirnya kita semua bersepakat, bahwa landasan membentuk karakter dasar anak dalam pendidikan, tidak cukup hanya dengan mengembangkan kecerdasan Intelectual saja. Tapi harus pula diimbangi dengan kecerdasan spiritual, melalui implementasi pandidikan agama yang sungguh-sungguh oleh semua pihak di lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat.

 

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Relawan Guru (Sekolah Guru Indonesia) Dompet Dhuafa Angkatan VII Penempatan Kab. Kubu Raya Kalimantan Barat.

Lihat Juga

Grand Launching SALAM Teknologi Solusi Aman Covid-19 untuk Masjid

Figure
Organization