Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ujian Takwa

Ujian Takwa

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (habibiezone.wordpress.com)
Ilustrasi. (habibiezone.wordpress.com)

dakwatuna.com – Hakikat hidup adalah ladang ujian, tempat ditempanya jiwa, bahwa insan mampu berbuat amal yang baik dan menghindari yang buruk dengan bekal takwa dalam dada. Dimensi takwa tak mudah untuk bisa tetap stabil berkobar; karena bujukan, rayuan dan godaan syetan juga tak henti-hentinya merasuk lewat bisikan-bisikan yang melenakan manusia, insan lemah yang masih digerogoti akan nafsu dan cinta dunia.

Siapalah dirimu, pagi mengaku beriman, siang sudah menjadi pendosa lagi. Sore berhati bersih malam sudah dikalahkan dengki. Adakah tanda orang-orang mukmin ada padamu? Seperti yang diungkapkan Buya HAMKA “Mukmin ialah yang gemetar dirinya mendengar nama Allah dan bertambah imannya bila mendengar ayat-ayat Tuhan. Adakah ketika nama Allah dibaca orang, hidup ingatan kita kepada Nya, serta terikat kita dengan perasaan percaya? Adakah ketika ayatNya terbaca masuk dalam jiwa dan meresap kepada budi? Kalau sudah, walau sedikit, tanda sudah ada bayangan iman dalam dada.”

“Jika kita merasa bahwa iman kita belum sempurna tandanya ada harapan dia akan bertambah sempurna, dan kalau kita telah merasa bahwa dia telah sempurna, itulah suatu alamat bahwa mulai saat itu iman kita telah susut dan kurang.”

Sungguh benar kamu bukan siapa-siapa, karena sejatinya pelajaran takwa tak kan pernah usai, walau diri sudah renta dimakan usia. Walau amal beribu bahkan sejuta kali kau ulang. Hati dan jiwa mu tetap butuh istighfar. Seperti paru-paru yang membutuhkan oksigen, seperti jantung yang harus berdetak, seperti jarum jam yang tak berhenti berdetik. Mungkin dengan istighfar terhapuslah kesombongan, runtuhlah keburukan hati, dan leburlah dosa dan nista diri. Agar lebih khusyuk tiap rakaat shalat, lebih tadabbur ejaan ayat, lebih berkah tiap amalan taat.

Pantaslah Salim A fillah, menganjurkan kita untuk bermuhasabah. “Bermuhasabah membuat kita tercengang bahwa amalan kita memang setetes air dibanding lautan. Bermuhasabah membuat kita tersentak bahwa dosa-dosa lebih menggunung dibanding segala capaian. Bermuhasabah membuat kita tertegun bahwa yang kita persiapkan untuk akhirat belum seberapa.”

Maka dari itu cintailah amalan lebih dari fadhilahnya, dan cintailah Dzat yang menganugerahkan lebih dibanding karuniaNya. Hingga kita siap meneladani Rasulullah yang berdiri munajat dalam shalat panjang hingga bengkak-bengkak kakinya, beristighfar tak kurang dari 100 kali sehari dengan linangan air mata . Padahal beliau adalah “Ma’shum” yang tiada berdosa, dan dijamin surga. (dakwatuna.com/hdn)

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Alumni Program Takmili LIPIA Jakarta Tahun 2012, Sarjana Pendidikan Islam Prodi PAI STAI Indonesia Jakarta, tahun 2014.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization