Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Biar Dia yang Menjamin

Biar Dia yang Menjamin

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Salman Al-Farisi)
Ilustrasi. (Salman Al-Farisi)

dakwatuna.com – Pemuda itu hendak memutuskan untuk memulung. Itu yang ia sampaikan pada teman karibnya suatu ketika. Saat tiba-tiba sekolahnya membuat kebijakan untuk menghentikan bantuan biaya sekolah untuknya.

Si teman yang saat itu tahu betul bagaimana baiknya pemuda ini kemudian mencari cara untuk membantunya. Ia sampaikan kepada orang tuanya perihal akhlak baik dan pemutusan subsidi dari sekolah. Orang tua yang ketika itu masih ragu kemudian berhasil ia yakinkan.

Pemuda itu bernama Tito. Perawakannya tinggi, senyumnya merekah tiap bertemu orang lain. Ia selalu jaga wudhunya. Sopan, mungkin itu bisa merangkum sifat-sifat baiknya. Ia sesosok pemuda yang sejak kecil telah berusaha hidup dengan keringatnya. Ayahnya telah tiada, sedang ibunya merantau ke pulau seberang. Keluhan bukan menjadi pilihannya. Karena ia yakin betul, nikmat Allah kian banyaknya tak terkira.

***

“Kamu enak ya, Nda. Dibawain Ibu bekal dari rumah. Sedangkan aku, harusnya mencari sendiri untuk makan sendiri.” Celetuk Tito suatu pagi pada Dinda, temannya. Dinda yang kala itu sedang mencuil roti bakar untuk dimasukkan ke mulutnya kemudian kaget dan diam sejenak. Hingga akhirnya Dinda memutuskan untuk mengenalkan Tito pada orang tuanya yang kemudian banyak membantu Tito.

Pagi-pagi berikutnya ketika Dinda dibawai bekal dari rumah, Tito pun telah mendapatkan titipan juga. Banyak hal, hingga uang saku bahkan buku-buku. Ayah dan Ibu Dinda bahkan telah menganggapkan bagai anak sendiri. Tito pun sangat hormat kepada mereka. Tak pernah terlewati lebaran tanpa ia datang mengunjungi rumah Dinda untuk bertemu orang tuanya.

***

Pernah juga, semasa SD, ia diasuh oleh seorang guru Taman Pendidikan Alquran. Ia tinggal bersamanya. Pernah juga ia diasuh seorang dokter. Ia jalani segala lika-liku dalam hidupnya. Sebab ia yakin, selalu ada Allah sebagai penolongnya. Sebab ia yakin, selalu ada Allah yang melindunginya.

Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir. Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.” Doa yang selalu menjadi senjatanya.

Maka tak pernah sedikitpun Allah menelantarkannya.

“Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad (1/30), Tirmidzi no. 2344, Ibnu Majah no. 4164, dan Ibnu Hibban no. 402. Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no.310 mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Muqbil Al Wadi’i dalam Shohih Al Musnad no. 994 mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Maka keajaiban itu memancar. Kini ia telah menjadi sesosok lelaki tangguh, lulusan salah satu Perguruan Tinggi ternama di Surabaya. Pernah mendapat pengalaman berharga mengajar di salah satu tempat terpencil di Kalimantan Timur. Dan kini ia telah bekerja sebagai konsultan Mekanikal & Elektrikal (M&E) di Ibukota.

Begitulah, Allah telah menjamin hidupnya.

Begitulah, Allah pasti menjamin kehidupan tiap hamba-Nya.

Selama hamba taat di jalan-Nya.

“Andai kamu tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hatimu akan meleleh karena cinta kepada-Nya.” (Ibn Qayyim)

***

Di kisah yang lain akan kita temui kisah seorang Nabi mulia, Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Mari kita selami ceritanya.

***

Maka Nabi Ibrahim pun membawa Ismail dan Hajar ke tempat yang berjarak sekitar 2000 km dari Palestina yaitu ke lembah Baqqah yang sekarang dikenal dengan Mekkah. 3 hari di sana, Nabi Ibrahim meninggalkan mereka dan berjalan, tiba-tiba istrinya segera menyusulnya dan berkata kepadanya: “Wahai Ibrahim, ke mana engkau pergi? Mengapa engkau meninggalkan kami di lembah ini, padahal di dalamnya tidak terdapat sesuatu pun.” Nabi Ibrahim tidak segera menjawab dan ia tetap berjalan. Istrinya pun kembali mengatakan perkataan yang dikatakan sebelumnya. Namun Nabi Ibrahim tetap diam. Akhirnya, Hajar memahami bahwa Nabi Ibrahim tidak bersikap demikian kecuali mendapat perintah dari Allah SWT. Kemudian Hajar bertanya: “Apakah Allah SWT memerintahkannya yang demikian ini?” Nabi Ibrahim menjawab: “Benar.” Istri yang beriman itu berkata: “Kalau begitu, kita tidak akan disia-siakan.” Nabi Ibrahim menuju ke tempat di suatu gunung lalu beliau mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada Allah SWT: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati.” (QS. Ibrahim: 37)

Maka benar. Allah yang menjamin hamba-Nya.

Setelah bolak-balik Shafa-Marwa tujuh kali, Hajar kembali dalam keadaan letih dan ia duduk di sisi anaknya yang masih menangis. Di tengah-tengah situasi yang sulit ini, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya. Ismail pun memukul-mukulkan kakinya di atas tanah dalam keadaan menangis, lalu memancarlah di bawah kakinya sumur zam zam sehingga kehidupan si anak dan si ibu menjadi terselamatkan. Si ibu mengambil air dengan tangannya dan ia bersyukur kepada Allah SWT. Ia pun meminum air itu berserta anaknya, dan kehidupan tumbuh dan bersemi di kawasan itu. Sungguh benar apa yang dikatakannya bahwa Allah SWT tidak akan membiarkannya selama mereka berada di jalan-Nya.

“Maka keajaiban itu memancar. Zam zam! Bukan. Bukan dari jalan yang dia susuri atau jejak-jejak yang dia torehkan di antara Shafa dan Marwa. Air itu muncul justru dari kaki Ismail yang bayi. Yang menangis. Yang haus. Yang menjejak-jejak. Dan Hajar pun takjub. Begitulah keajaiban datang.” (Salim A. Fillah, dalam buku Dalam Dekapan Ukhuwah)

Maka benar kata Hajar, sebagaimana telah ia yakinkan sang suami, “Jika ini perintah Allah, Dia takkan pernah menyia-nyiakan kami!”

Padahal sebelumnya ia tak pernah tau, ada air di situ. Padahal sebelumnya ia tak pernah tahu harus dengan cara apa ia hidup bersama anaknya. Dan sumur zam zam itu menjadi bukti keajaiban. Sumur itu hidup hingga kini. Menghidupi berjuta-juta makhluk-Nya.

Maka benar, Allah tak kan menelantarkan hamba-Nya.

Allah tak kan menyia-nyiakan hamba-Nya.

***

“Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Fatir [35]: 2)

“… Dia mengetahui apa yang di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (QS. Al-An’am [6]: 59)

***

Biar Allah yang menjamin hidupmu, tugas kita hanya taat.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Lahir di Magetan bulan Februari 1993. Alumni Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang angkatan tahun 2011. Pernah aktif di Unit Aktivitas Kerohanian Islam (UAKI) UB, Forum Kajian Islam Teknologi Pertanian (FORKITA) FTP UB, MYLIFE Kota Malang, dan Komunitas Kebaikan Kecil (KANCIL) Kota Malang. Kini menjadi salah satu staff pengajar di YLP2AIT Al Uswah Center Magetan.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization