Topic
Home / Narasi Islam / Khutbah / Khutbah Idul Adha / Khutbah Idul Adha 1436 H: Tiga Pesan Moral Ibadah Haji Sebagai Spirit Kebangkitan

Khutbah Idul Adha 1436 H: Tiga Pesan Moral Ibadah Haji Sebagai Spirit Kebangkitan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Dalam masalah khilafiyah kita dapat saling menghargai untuk menjadikan perbedaan itu menjadi sebuah rahmat, tetapi dalam perkara prinsip agama seperti masalah aqidah tauhid maka kita harus tegas menolak dan melawan yang telah nyata dalam kesesatan aqidah siapapun pelakunya.

  1. Mujahadah bisy- Syari’ah (Kesungguhan dalam Bersyariat)

Pelaksanaan ibadah haji diawali dengan ihram dan diakhiri dengan melakukan tahallul membawa pesan penting dalam kehidupan kita bahwa seorang muslim harus senantiasa berkomitmen sungguh-sungguh dalam batasan-batasan syar’i khususnya pada perkara al-halal wal haram. Oleh karenanya pengetahuan tentang ilmu syariah menjadi perkara yang wajib dimiliki oleh setiap muslim. Tidak dibenarkan bagi setiap muslim hidup tanpa batas dengan mengabaikan pokok dan prinsip hukum syariah. Sama halnya dengan seorang yang beribadah haji ketika dia sedang ihram, maka tidak dibenarkan untuk melakukan hal-hal yang dilarang, bahkan perkara yang mubah pun menjadi larangan yang tidak boleh dilanggar seperti mengenakan penutup kepala bagi laki-laki dan mengenakan cadar bagi perempuan. Itulah konsekuensi dari pakaian ihram yang dikenakan. Demikian pula seorang muslim harus tunduk dan patuh terhadap setiap perkara yang diharamkan dan hanya beramal dengan apa yang dihalalkan Allah dalam kehidupan ini.

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ

Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram...” (HR. Bukhari – Muslim)

Potret wajah negeri kita menunjukkan bahwa betapa masih sulit bagi umat ini untuk menggalakkan nilai-nilai syar’i dan tegas dalam perkara halal dan haram. Padahal penduduk negeri ini mayoritas sebagai muslim dengan agama yang sempurna. Mudah sekali kita menemukan perilaku-perilaku yang tidak syar’i dalam kehidupan umat Islam bahkan tidak mempedulikan lagi status halal-haramnya. Pergaulan bebas, kumpul kebo’, kos-kosan mesum yang tidak mempedulikan batasan-batasan syar’i berpotensi terjadi pembauran antara laki-laki dan perempuan hingga perzinahan masih mudah ditemukan dimana-mana. Budaya malu sudah mulai luntur. Kejahatan lingkungan marak terjadi di mana-mana hingga menimbulkan dampak alam dan sosial yang kian hari kian parah. Dalam mencari nafkah pun terkadang kita masih sering melihat segelintir orang yang menggunakan cara-cara yang batil seperti mengurangi takaran, penipuan, hingga korupsi. Mereka berprinsip, mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal sehingga perilaku mereka cenderung bertipologi H3 (Halal Haram Hantam). Fenomena ini sudah dikabarkan Rasulullah dalam sabdanya:

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلَالِ أم من الْحَرَام

Akan datang suatu zaman dimana manusia tidak peduli apakah hartanya diperoleh dengan jalan halal atau haram.” (HR Bukhari)

Kesadaran tentang pentingnya kesungguhan dalam bersyariat harus terus kita bangun. Pembinaan umat harus terus digalakkan dalam masalah-masalah fiqih. Kita galakkan revitalisasi gerakan hidup halal untuk masyarakat berkah.

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Guru Madrasah

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization