Topic
Home / Narasi Islam / Khutbah / Khutbah Idul Adha / Khutbah Idul Adha 1436 H: Tiga Pesan Moral Ibadah Haji Sebagai Spirit Kebangkitan

Khutbah Idul Adha 1436 H: Tiga Pesan Moral Ibadah Haji Sebagai Spirit Kebangkitan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
  1. Harakah Nahdhah (Gerakan Kebangkitan)

Pelaksanaan ibadah haji begitu sarat dengan pergerakan. Dari satu tempat menuju ke tempat yang lain, dari satu rukun ke rukun haji yang lain. Para jamaah haji memasuki miqat masing-masing dibarengi dengan mengenakan pakaian ihram, menuju mekkah untuk melakukan thawaf, di bukit Shafa dan Marwah berlari-lari kecil untuk sa’i. Selanjutnya menuju Arafah untuk wukuf, kemudian mabit di Muzdalifah, dilanjutkan ke mina untuk melontar jumrah dan kembali ke Mekkah untuk melakukan thawaf.

Begitulah gambaran prosesi ibadah haji yang begitu sarat dengan aktivitas yang dinamis sambil memperbanyak dzikir kepada Allah. Salah satu contoh ritual ibadah haji yang sarat makna itu adalah sa’i sebagai napak tilas apa yang pernah dilakukan oleh Hajar dalam kesulitannya menemukan sumber air di antara bukit Shafa dan Marwah. Hajar tidak duduk termangu menunggu keajaiban dari langit. Ia berlari ke sana ke mari dari satu bukit tandus ke bukit tandus lainnya mencari air. Ia tidak duduk termenung dan menangis tanpa daya. Ia gunakan segenap kekuatan kakinya, kehendaknya, dan pikirannya dengan terus mencari, bergerak, dan berjuang tanpa henti. Sehingganya sa’i dapat dismbolisasikan sebagai perjuangan tanpa henti dan tak kenal lelah. Sedangkan thawaf merupakan simbolisasi ke-ilahian yang universal. Jumroh merupakan simbolisasi perlawanan terhadap kebatilan dan Wukuf di Arafah merupakan simbolisasi kearifan manusia.

Seperti halnya dinamika prosesi dalam ibadah haji maka seperti itu pula perjuangan umat Islam untuk mewujudkan khairu umat (umat terbaik). Cita-cita ini menjadi satu rangkaian utuh bersama terwujudnya kebangkitan Islam yang akan meneteskan embun-embun kebaikan dan kasih sayang di setiap jengkal bumi Allah. Islam yang kelak akan menjadi lokomotif bagi peradaban bangsa-bangsa di dunia. Itulah spirit moral yang harus terus tumbuh dan menjadi energi maknawi bagi setiap muslim sejati.

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (Ali Imran: 110)

Langkah terpenting dari sebuah gerak kebangkitan adalah memulai dari diri sendiri, kemudian keluarga dan masyarakat. Kemudian, menyadari persoalan pokok umat saat ini yaitu kejahiliyahan yang melanda umat Islam dan maradhunnafs yakni aspek mentalitas kaum muslimin yang mengalami pelemahan potensi seperti melemahnya keberanian, melemahnya komitmen terhadap Islam, dan melemahnya ketaatan terhadap Allah. Maka sudah sepatutnya setiap kita harus memiliki peran dan bergerak aktif di semua lini kehidupan, baik itu di lini pemerintahan, lembaga legislatif, ormas dan yayasan, maupun lembaga-lembaga pendidikan untuk melakukan perbaikan umat menuju transformasi peradaban yang menjadi cita-cita kita bersama.

Masih banyak anggota keluarga muslim yang buta terhadap ajaran agamanya sendiri, banyak pula kaum muslimin yang terperangkap dalam kubangan gaya hidup hedonis dan sekuler hingga membuat gerak kebangkitan ini terus mengalami pelambatan. Tak ada cara selain terus memacu gerak kebangkitan kita agar terus melaju tanpa henti.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu…” (At-Taubah: 105)

Jama’ah ‘ied rahimakumullaah,

Inilah 3 pesan moral dari prosesi pelaksanaan ibadah haji yang tentunya kita harapkan dapat terpateri secara implementatif dalam kehidupan keluarga dan masyarakat muslim. Agar ketiga pesan moral ini tidak terhenti hanya pada simbolisasi tanpa implementasi hingga menjadikan kita hanya unggul mayoritas tapi tidak berkualitas, maka kesemuanya tentu harus bermuara pada sebuah pengorbanan nyata.

Akankah kita siap mengorbankan keakuan dan sikap ashabiyyah (sentimen kelompok) kita demi terwujudnya ukhuwah islamiyah hingga sampai pada derajat itsar yakni mendahulukan saudara kita di atas segala kepentingan pribadi dan kelompok atau jamaah kita? Akankah juga kita siap mengorbankan syahwat hewaniyah kita demi sebuah ketaatan yang tanpa syarat terhadap segala perintah dan larangan Allah SWT kemudian mempertegas kembali pemahaman dan sikap kita terhadap perkara halal dan haram? Akankah juga kita siap berkorban untuk meninggalkan zona kenyamanan kita selama ini kemudian bergerak menuju pada sebuah sikap kepedulian terhadap urusan agama ini, mengorbankan sebagian waktu kita untuk berfikir dan bekerja demi kembalinya izzatul Islam wal muslimin? Jika kita siap, maka itulah qurban yang juga bernilai tinggi di sisi Allah SWT. Allahu akbar walillaahil hamd!

Semoga Allah tidak hanya memudahkan jalan kita untuk menunaikan syariat haji ke tanah suci Makkah, namun sekaligus menuntun kita dengan taufiq-Nya agar dapat merekonstruksi hikmah qurban dan nilai-nilai ibadah haji dalam kehidupan kita.

Dengan sepenuh hati marilah kita doakan negeri ini beserta pemimpin dan rakyatnya agar senantiasa berada dalam naungan dan bimbingan Allah SWT, amiin yaa robbal ‘aalamiin.

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Guru Madrasah

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization