dakwatuna.com – Riyadh. Kunjungan Presiden Sudan, Omar Bashir, ke Riyadh, Kamis (21/5/2015) hari ini mengundang banyak pertanyaan. Apa maksud kunjungannya kali ini, kenapa mendadak, dan perntanyaan-pertanyaan lainnya.
Kunjungan kali ini adalah yang kedua dilakukan Bashir dalam dua bulan terakhir. Jumlah ini bisa dikatakan intensif, setelah kedua negara mengalami kebekuan hubungan untuk jangka waktu yang cukup lama.
Seperti disebutkan dalam artikel di situs Kalimaty, hari ini, hubungan Sudan-Saudi mencapai titik paling beku pada tahun 2013, saat pesawat kepresidenan tidak diijinkan terbang di wilayah udara Saudi. Hal itu lantaran Presiden Bashir hendak berkunjung ke Iran.
Hubungan Sudan-Iran sangat tidak menyamankan Saudi. Apalagi setelah muncul indikasi akan tercapainya kerja sama militer antara kedua negara untuk membantu perjuangan Hamas di Gaza. Iran berkeinginan membangun pangkalan militer udara di Sudan.
Sudan beralih ke Saudi, Oktober 2014 yang lalu, saat Bashir menutup kantor pusat kebudayaan Iran yang tersebar di Sudan dengan tuduhan penyebaran agama Syiah. Bashir beralasan, Sudan tidak ingin berubah menjadi Irak dan Suriah berikutnya.
Para pengamat melihat bahwa hubungan Sudan-Saudi kini semakin dalam, terutama di tengah perang yang sedang dilakukan Saudi terhadap Syiah Hutsi di Yaman. Kerja sama kedua negara diperkirakan terkait masalah persenjataan darat, menyusul kemungkinan kuat Saudi memasuki perang darat melawan pemberontak Syiah Hustsi di Yaman. (msa/dakwatuna)
Sumber: Kalimaty
Redaktur: M Sofwan
Beri Nilai: