Topic
Home / Narasi Islam / Politik / Pemimpin Idaman Umat

Pemimpin Idaman Umat

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu benar-benar kepada Allah dan hari kiamat. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S. An-Nisa’ : 59)

Dewasa ini, fenomena dan kondisi kepemimpinan nasional yang sedang terjadi baik di kalangan eksekutif maupun legislatif bahkan yudikatif baik di pusat maupun di daerah-daerah sedang mengalami suatu proses degradasi kualitas hingga dalam menaati konstitusi yang menuju pada titik nadir dan dapat dikatakan sangat lemah hingga tidak amanah.

Korupsi telah membudaya, pelanggaran hukum dan HAM terjadi dimana-mana, masalah dan bahaya disintegrasi menggejala, kebijakan ekonomi tak berpihak pada rakyat, dan beragam problematika lain yang mengemuka. Menjelang tahun ajaran baru 2015/2016 perguruan tinggi yang ada di Surabaya khususnya di Universitas Airlangga akan terjadi suatu perombakan kepemimpinan dari rektor hingga seluruh organisasi mahasiswa yang ada, hingga tak jarang kita temui mahasiswa yang akan maju, siang malam berkonsolidasi dengan yang lain untuk mencari massa sebanyak-banyaknya dan tak jarang juga kita jumpai adanya suatu pencitraan untuk menunjukkan eksistensi mereka.

Sungguh pemimpin yang ideal dan didambakan oleh bangsa ini yaitu pemimpin yang mampu menjiwai pada nilai-nilai kepribadian bangsa kita yang tercermin dalam Pancasila dan semboyan bangsa kita “Bhineka Tunggal Eka” sehingga mereka disini tidak hanya bersifat sebagai Ulil Amri atau Umara tetapi juga bersifat Khadimul Ummah (pelayan umat) dalam segala bidang aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa melihat kaya miskin, pejabat atau rakyat, suku, ras, agama atau hal yang lain karena semua adalah sama dan tetap satu yaitu untuk Indonesia.

Pemimpin Pancasilais adalah seorang pemimpin yang selalu dengan teguh dalam mengamalkan nilai-niali yang terkandung dalam sila-sila Pancasila dengan sempurna sehingga secara otomatis dalam dirinya terdapat 5 gaya kepemimpinan yang dikombinasikan menjadi satu, karena sila-sila ini saling menjiwai antar satu sila dengan sila yang lain.

Dari sila ke-1 mengandung nilai ke-Tuhanan, nilai ini melahirkan gaya kepemimpinan Thesis yaitu kepemimpinan yang religius dan melaksanakan hal-hal yang harus diperbuat yang diperintahkan Tuhannya, dan menjauhkan diri dari setiap larangan Tuhan dan agamanya. Lalu sila ke-2 mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang melahirkan kepemimpinan humanis yaitu kepemimpinan yang berlandaskan perikemanusiaan yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, etika sosial atau beradab dan menjunjung tinggi nilai kebersamaan serta keadilan kepada setiap orang yang dipimpinnya. Selanjutnya dari sial ke-3 mengandung nilai persatuan yang melahirkan gaya kepemimpinan Nasionalis yaitu kepemimpinan yang memiliki rasa kesetiaan yang tinggi kepada bangsa atau tanah kelahirannya. Lalu pada sila ke-4 mengandung nilai kerakyatan yang lahirlkan gaya kepemimpinan Demokratik yaitu semua kebijakannya berlandaskan pada nilai-nilai kebijaksanaan yang diperuntukan dari, oleh dan untuk rakyat serta dari sila ke-5 mengandung nilai-nilai keadilan yang melahirkan kepemimpinan social justice yaitu pemimpin yang pandai dalam membaca situasi, mencari kearifan dan menemukan hal-hal yang tidak pernah dikemukakan oleh orang lain dan benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.

Selain itu seorang pemimpin harus memiliki 4 kriteria seperti yang ada dalam diri Rasulullah Muhammad SAW yang menjadi suri teladan bagi seluruh umat dan merupakan pemimpin terbaik yang pernah ada di muka bumi.

Keempat kriteria tersebut yaitu shidiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas), dan Tabligh (menyampaikan) hingga ia mampu bertanggung jawab atas segala tindakan atau kebijakan yang telah diambilnya (akuntabilitas dan transparansi)

Oleh karena itu tidak mustahil Rasulullah Muhammad SAW berhasil membina bangsa madinah menjadi bangsa percontohan hingga mendapat piagam “Masyarakat Madani” yang digunakan sebagai rujukan untuk memimpin masyarakat yang sangat plural.

Selain itu juga harus mempunyai Kesabaran dan ketabahan seperti yang tercantum dalam QS. As-Sajdah (32): 24 : “Dan kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar atau tabah”. Serta para pemimpin harus mampu membawa apa yang dipimpinnya menjadi lebih baik dan sejahtera seperti yang diungkap dalam Alquran yaitu “Kami telah menjadikan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka. Mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah” (Q.S. Al-‘Anbiya’ : 73).

Sebagai suatu bangsa yang pluralitas, maka seorang pemimpin harus bisa menerapakan dan mengombinasikan nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila dan juga Alquran seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam memimpin masyarakat Madinah yang saat itu juga sangat plural seperti bangsa Indonesia, tetapi dengan kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW mampu mempelopori kebersamaan dan kerukunan antar umat beragama, salah satu caranya Rasulullah memberlakukan hukum rukhshah (kemudahan) seperti yang telah dijelaskan dalam Q.S.Al-Mumtahanah : 8 bahwa: “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik (bekerjasama) dan berlaku adil terhadap orang-orang (umat agama lain) yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. Oleh karena itu seorang pemimpin harus bisa menaungi semua elemen masyarakat tanpa membeda-membedakan satu sama lain dan ia juga paham betul apa yang akan di peroleh ketika ia berlaku dzalim atau tidak amanah serta hanya berorientasi pada kehidupan dunia saja seperti kekayaan, jabatan, dan pencitraan diri dimana semua tindakan atau kebijakannya akan dimintai suatu pertanggungan jawaban baik di dunia maupun diakhirat.

Di samping itu elemen-elemen atau lembaga pemerintah juga harus turut ikut serta dalam memajukan atau mencapai integritas bangsa ini dan saling membantu satu sama lain tanpa memandang ras, agama, suku atau yang lain serta jangan sampai merasa menjadi yang terbaik atau terbenar sehingga Indonesia Emas 2045 tidak hanya menjadi mimpi atau khayalan belaka.

Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
Mahasiswa S1 Biolodi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Kadept. Syiar JIMM FST UNAIR dan Peserta PPSDMS Nurul Fikri angkatan VII Regional 4 Surabaya.

Lihat Juga

Pemimpin adalah Cerminan Rakyat

Figure
Organization