dakwatuna.com – Aku tidak akan pernah bertanya, kenapa harus aku?
Walau hati ingin dan ingin sekali berteriak, kenapa harus aku?
Jiwa ingin sekali menggugat, kenapa harus aku?
Jauh, bahkan tidak pernah terbayangkan
Duka ini, ternyata tidak akan pernah berakhir
Hingga ruh memisah dari jasad
Duhai ruh….
Bertahanlah,
Bersabarlah,
Kuatkanlah,
Ada raga yang menanti kegagahanmu yang dulu
Agar ia juga bisa berdiri untuk menyembah Tuhannya
Agar ia bisa berlari menuju Tuhannya
Seperti dahulu,
Begitu sempurna dalam penghambaan
Duhai Ruh…
Bukankah dunia hanya sementara?
Lantas, apa yang harus dipertanyakan?
Bukankah engkau sudah melihat para sahabat?
Yang mengikhlaskan seluruh yang dipunya,
Hingga papa, hingga luka, hingga sepi, hingga sakit, hinggga syahid
Tapi, lihatlah…
Mereka tetap istimewa, di mata makhluk juga Tuhannya
Duhai raga, lantas apa yang membuatmu tidak percaya diri?
Selama jiwa berselimutkan iman, engkaulah pemenang
Selama jiwa bersandar pada Ilahi, engkaulah sang jawara
Katakutan itu,
Kekhawatiran itu,
was-was itu,
bukankah hanya ada dalam benakmu saja?
Duhai ruh,
Lukamu, dukamu, sedihmu, letihmu, sakitmu,
Yakinlah, dalam ikhlas ia akan menjadi penggugur dosa-dosamu
Bukankah engkau mujahidah militan itu?
Yang tak kan mundur selangkah pun oleh remeh temeh dunia?
Karena yang kau mau adalah akhirat
Yang akan mempertemukanmu dengan Tuhanmu, Allahu Rabbi….
Redaktur: Pirman
Beri Nilai: