dakwatuna.com – Waktuku sekarang bukan hari, bukan jam, bukan menit
Tapi, waktuku detik
Bukankah waktu itu dirangkai dari jutaan detik?
Bukankah detik itu tak akan berhenti ketika kau bilang STOP!
Ayolah kawan,
Mungkin aku terlalu idealistis memandang dunia ini
Mungkin, aku adalah seorang pemimpi ulung
Tapi, bukankah seperti itu sejatinya kita diciptakan di dunia ini
Untuk menjadi pemimpi dan pemimpin
Memimpin mimpi kita agar jadi nyata
Ayolah kawan,
Mungkin kau akan tertawa mendengar pemikiranku
Mungkin kau akan memandang remeh diriku saat ini
Tapi, kita tak tahu hal apa yang menanti di depan nanti
Bukankah hidup ini penuh dengan rahasia
Penuh dengan teka teki
Mungkin, kau akan mentertawakan aku sekarang
Tapi mungkin juga kau akan terdiam nanti
Tapi percayalah kawan,
Selagi kau punya mimpi
Kau tidak akan kehilangan arah
Karena mimpimulah yang akan menuntunmu dan menjadi cahaya terang dalam perjalananmu
Bukankah setidaknya dari perjalanan mimpimu
Kau menemukan arti hidup
Bukankah setidaknya dari perjalanan mimpimu
Kau menemukan sang pemimpi lain yang memiliki pemikiran hebat sepertimu
Bukankah setidaknya dari perjalanan mimpimu
Kau menemukan hal yang baru di luar sana
Memang, realita dunia ini akan membuat pemimpi takut bermimpi
Tapi, hanya orang kuatlah yang akan meneruskan mimpinya
Karena memang seperti itulah dunia
Kau akan diseleksi, hingga pejuang sejatilah yang menjadi pemenangnya
Lupakah kau akan perjuangan Thomas Edison yang terus berjuang menggapai mimpinya hingga kau bisa mendapatkan penerangan di rumahmu saat ini?
Lupakah kau akan perjuangan Hellen Keller yang selama hidupnya tak bisa melihat dan mendengar tetapi dia bisa menjadi seorang pengacara ternama kelas dunia?
Dan yang terpenting,
Lupakah kau akan perjuangan murrabi agung kita, Nabi muhammad saw, yang terus berjuang mendakwahkan Islam? Yang tidak pernah gentar akan cacian, makian, hinaan, kekerasan yang diterimanya? Beliau tetap teguh mewujudkan mimpinya untuk menjayakan Islam sehingga kita memiliki peradaban yang mulia saat ini
Ya, Semua itu sejatinya karena mimpi
Lalu, masih takutkah kau bermimpi, kawan?
Redaktur: Pirman
Beri Nilai: