Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sayang, Engkau Tak Duduk Di Sampingku

Sayang, Engkau Tak Duduk Di Sampingku

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang, engkau tak duduk di sampingku, kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
di tanah kering berbatuan

Ilustrasi. (Muhammad Faisal Al-Mandawiy)
Ilustrasi. (Muhammad Faisal Al-Mandawiy)

dakwatuna.com – Maaf tuan, kami tidak lagi sedang bernyayi dan menghibur tuan semua. Cuma lirik syair ini begitu menarik bagi kami untuk tuan dan nyonya inapkan. Lirik ini begitu menyentuh hati kami dan berharap tuan dan nyonya juga merasakan hal yang sama. Kami tidak tau persis apa perasaan Ebiet G Ade ketika menuliskan lirik ini, tapi dengan keterbatasan yang kami miliki, di coba juga untuk memahaminya minimal, lirik ini bisa menggambarkan perasaan hati kami.

Ketika kami mencoba untuk memahaminya, ternyata begitulah rasa perjalanan yang kami jalani dan berharap tuan dan nyonya juga merasakan hal yang sama. Seseorang tak akan merasakan pahit getirnya sebuah perjalanan jika ia tidak ikut dalam perjalanan itu. Dan Begitu juga seseorang tak akan merasakan suka citanya suatu perjalanan jika ia tidak membersamai perjalanan itu. Jadi maaf tuan jika kelak ketika tuan melihat kami merasakan gembira, tuan jangan cemburu dan begitu juga ketika kami mendapat musibah tuan janganlah merasa beriang hati. Tidaklah pantas tuan berlaku seperti itu karena kamipun tak pernah merasa cemburu ketika tuan merasa gembira dan beriang hati ketika tuan mendapat musibah. Apa sebab? Karena kami sadar cara seperti itu bukan ciri khas kami, senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang. Kami akan ikut senang jika tuan mendapat kegembiraan dan ikut bersedih ketika tuan mendapatkan luka.

Tuan pasti tau, membersamai perjuangan itu ibarat kita hidup bersama dengan orang yang kita cintai. Banyak contoh yang bisa kita ambil tuan, seperti tuan bersama istri tuan, tuan bersama orang tua tuan, tuan bersama sahabat tuan atau contoh lain yang bisa tuan cari sendiri. Tapi untuk memudahkan kami menyampaikan maksud kami ke tuan biar contoh sederhana ini saja yang kami ambil yakni “tuan bersama orang tua tuan”. Kita tentu menyadari tuan, hidup bersama orang tua sejak mula dalam kandungan hingga dewasa ini, begitu banyak kasih, sayang dan cinta yang orang tua kita berikan. Dalam membersamai perjalanan itu kita sadar dan melihat bagaimana orang tua kita mengasuh kita. Mereka begitu ikhlas, begitu baik, dan begitu banyak perbuatan baik yang mereka lakukan. Kita juga tau mereka juga manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan yang terkadang sesekali melakukan dosa juga.

Misalnya nanti, suatu saat tuan mendapati orang tua tuan menjadi ketua RT di lingkungan rumah tuan. Orang tua tuan di tuduh oleh seseorang melakukan penggelapan dana kelurahan yang seharusnya diberikan kepada warga di lingkungan wewenang orang tua tuan. Tuan juga tau sepanjang perjalanan hidup tuan, orangtua tuan bukanlah orang yang berlaku seperti itu, kira-kira hal apa yang pertama kali tuan lakukan? Silakan tuan jawab sendiri. Jika ternyata pada kondisi seperti itu ada orang lain bukan anggota keluarga tuan juga ikut menghujat orang tua tuan sebagai perampok, kira-kira apa perasaan yang tuan alami? Silakan juga tuan jawab sendiri. Jika tuan berusaha untuk membela orang tua tuan karena tuan yakin ini belum terbukti, ternyata orang lain malah menganggap tuan sama saja dengan orang tua tuan? Kira-kira apa juga perasaan yang tuan alami? Silakan juga tuan jawab sendiri. Jika nanti terbukti benar orang tua tuan melakukan kesalahan dan tuan dengan idealisme tuan akan berkata “hukum tetap di tegakkan” seperti ketika nabi Muhammad SAW berkata “jikalau Fatimah yang mencuri maka akan ku potong juga tangannya”, maka apakah serta merta tuan akan membenci orang tua tuan dan meninggalkan keluarga tuan tanpa mau melanjutkan kehidupan keluarga yang sudah tuan bangun? Silakan juga tuan jawab sendiri. Atau jika tuan tau ini adalah fitnah yang menimpa keluarga tuan dan tuan mempunyai fakta yang di bantah oleh polisi dan malah banyak orang yang menghujat tuan dan menganggap tuan mengada-ngada, kira-kira apa perasaan tuan? Silakan tuan jawab sendiri. Jika pun nanti karena fitnah yang dilakukan oleh kebencian orang lain dan orang tua tuan terpaksa mendekam di penjara dan akhirnya mencoreng nama baik keluarga tuan, Kira-kira apa perasaan tuan? Silakan tuan jawab sendiri. Jika hanya gara-gara kesalahan kecil anggaplah ini benar walau kondisi sekarang proses pengadilan sedang berjalan ternyata para pe-benci dan penghujat malah menghujat tuan dengan kata-kata keluarga tuan sama saja dengan keluarga penjahat yang lain, kira-kira apa perasaan tuan? Silakan tuan jawab sendiri. Jika, jika dan jika….maaf tuan saya tidak bisa melanjutkan pengandaian ini silakan saja tuan rasakan sendiri dan jawab sendiri.

Begitulah tuan, seperti yang saya ungkapkan di awal, orang yang tidak membersamai suatu perjalanan tidak akan pernah merasakan pahit getirnya perjuangan, suka citanya perjalanan, maka kalaulah begitu yang terjadi tidaklah pantas tuan untuk merasa iri dan cemburu ketika perjalanan itu mendapat kegembiraan dan tidak lebih pantas lagi tuan untuk menghujat ketika perjalanan itu mendapat musibah atau cobaan. Itulah tuan SAYANG ENGKAU TAK DUDUK DI SAMPINGKU…..

Maka terakhir tuan biar saya ulangi saja syairnya Ebit G Ade di atas

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang, engkau tak duduk di sampingku, kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
di tanah kering berbatuan

# salam keadilan untuk para pe-cinta dan pe-benci, pembela dan penghujat.
# terima kasih kepada sang guru sutan paduko basa

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (9 votes, average: 9.44 out of 5)
Loading...
Alumni fisika universitas andalas. saat ini bekerja di bidang metrologi dan aktif dalam berbagai kegiatan kepemudaan

Lihat Juga

Amal Spesial, Manajemen Hati

Figure
Organization