Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Air Bukan Batu

Air Bukan Batu

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Allah…, berilah izin padaku, agar rasa sakit di hatiku adalah rasa sakit “air”, bukan rasa sakit “batu”, sebab : Air, selalu kembali ke hilir, yang mana hilirnya adalah samudra kasih dan sayangMU yang harus kulalui dengan berarung jeram di sungai kesabaran. Bukannya batu, yang tak mampu berpindah dan menetap di hatiku selamanya, berlumut, dan tak membiarkanku hidup dalam ketenangan pemaafan.

Air, yang suci dan mensucikan segala kekhilafan, yang menyejukkan panasnya kemarahan, yang akan menetesi hati yang keras itu agar lebih lembut terhadapku. Bukannya batu, yang kokoh tak terpecahkan, saling menghancurkan dan tak ada harapan apapun di dalamnya, batu yang merusakkan hubungan cinta jadi dendam dan benci semata.

Air, yang mampu melewati tiap-tiap celah batu karang dengan anggun dan elegan, mengikuti arus tapi tetap pada kesetiaan wujudnya, bukanlah batu yang tak mau kalah diterjang air sederas sungai, ia kuat dan tetap pongah, berbangga menjadi pijakan kedengkian hati.

Air, yang mampu merubah bentuknya, ia mampu menguapkan prasangka, menyublimkan emosi jiwa, bahkan mengembunkan kemarahan, bukan seperti batu, ia terus di situ, tanpa ragu, bertumbuk, meninggi dan merubah diri menjadi gunung keangkuhan yang sulit ku daki, sedang mata air “maaf” ada di puncak tertinggi.

Allah, tidaklah Engkau lupa, bahwa aku adalah pendendam terlama dalam sejarah keluarga, maka, tolonglah aku dengan terus “menegur” hatiku, “menyapa” ingatku, dan terus “pantau” perkembangan kesabaranku. Didiklah aku dalam pondok ilmu ikhlas yang tak perlu keras tapi menderas, berilah aku petualangan emosi yang tetap bersantun dan berbudi pekerti agar tak lekas pergi kedamaian ini. Kumohon Rabbi, terimalah penawaranku ini. Aamiin.

Redaktur: Lurita Putri Permatasari

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (4 votes, average: 8.75 out of 5)
Loading...

Tentang

Ibu rumah tangga yang mencoba menata hidup kedua putranya dengan hidup yang bahagia dan menarik untuk di nikmati,, bersyukur karena telah Allah anugerahi suami, teman sepanjang jalan, sekaligus lawan yang menawan Priyanto.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization