Topic
Home / Berita / Orang Israel Bicara Tembok Baja

Orang Israel Bicara Tembok Baja

dakwatuna.com – Telah banyak tinta ditumpahkan untuk membicarakan tentang tembok baja yang dibangun oleh Mesir di perbatasan dengan Jalur Gaza. Banyak ulama dan politisi Mesir menentangnya. Namun penentangan itu segera dijawab oleh para pendukung rezim dan politisinya. Jawaban yang paling menonjol atas penentangan itu adalah dalih “kedaulatan dan keamanan nasional.”
Orang-orangIsrael banyak diuntungkan oleh pembangunan tembok ini dibandingkan pihak manapun, dengan sendirinya banyak yang berbicara tentang hal ini, terlebih mereka banyak menikmati keterbukaan dalam berbicara tentang sekutu dan musuh-musuh mereka sekaligus. Mereka (tepatnya media masa mereka), tidak ragu untuk mengungkapkan masalah apapun, yang tidak sepenuhnya menjelaskan cerita kebebasan ( meskipun ada dalam konteks). Karena sebagiannya dimaksudkan menghina negara-negara dan pihak-pihak yang bekerjasama dengan negara mereka.

Apa yang kita bicarakan hari ini bukan merupakan kompilasi dari apa yang dikatakan oleh orang-orang Israel selama berminggu-minggu mengenai kasus tembok baja tersebut. Namun kesimpulan dari sebuah laporan, tidak lebih. Yang ditulis koresponden surat kabar al Quds al Arabi yang terbit di London yang ditugaskan di dalam wilayah-wilayah pendudukan 48, Zuhair Andrew. Laporan ini diterbitkan pada tanggal 3 Februari ini. Di dalam laporan tersebut para politisi dan wartawan Israel mengungkap cerita tembok baja dalam semua rinciannya. Perincian itu tidak berbeda sama sekali dengan apa yang berulang-ulang kami sebutkan, sebagaimana juga disebutkan oleh banyak pihak selain kami, di antaranya adalah orang-orang Mesir dari berbagai kalangan dan latar belakang ideologi yang berbeda.

Wartawan Israel (Alex Fishman), seorang ahli urusan keamanan dan dekat dengan kalangan pengambil keputusan di Israel. Dia mengungkap awal dimulainya proyek ini ketika mantan Menteri Luar Negeri Israel Tzepi Livni mencapai kesepakatan dengan sejawatnya dari Amerika Condoleezza Rice mengenai pemberian kemudahan patroli angkatan laut Amerika-Eropa-Israel di Laut Tengah dan jalur-jalur perairan yang menuju ke Laut Tengah untuk mencegah penyelundupan senjata ke Jalur Gaza. Demikian juga dicapai kesepakatan untuk mencegah penyelundupan melalui darat. Hal ini mendatangkan protes dari rezim Mesir (karena tidak berkonsultasi dengannya). Namun segera saja rezim Mesir menyampaikan kepada orang-orang Amerika mengenai kesiapannya untuk berpartisipasi dan bekerjasama (Jadi senjata, adalah isu yang paling penting).

Laporan ini juga mengutip koran Israel Yediot Aharonot, yang mengatakan bahwa pembuat keputusan militer dan politik di negara Zionis mendapatkan foto udara dan laporan-laporan tentang kemajuan kerja di tembok (baja). Yang kesemuanya menegaskan keseriusan Mesir dalam “menutup celah-celah penyelundupan senjata”. Koran ini mengutip dari seorang perwira senior Israel yang sangat terkesan dengan usaha Mesir. Dia menambahkan pembicaraan tidak hanya sekadar masalah tembok baja, tetapi suatu sistem rintangan yang saling terintegrasi, berkaitan dan saling terhubung, yang pada gilirannya merupakan kesimpulan dari rencana Amerika yang disiapkan oleh Departemen Pertahanan Amerika. Departeman Pertahanan Amerika kemudian melatih tim-tim Mesir untuk menerapkannya.

Terkait dengan motif Mesir di balik pembangunan tembok baja, laporan ini mengutip kata-kata L’Dore Gold, dalam sebuah wawancara dengan televisi Channel 10 Israel. Gold adalah mantan wakil Israel di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mantan penasihat politik Netanyahu. Dia mengatakan bahwa faktor-faktor internal rezim Mesir yang paling penting dalam mendorong Kairo untuk bekerja sama dengan Washington dan Tel Aviv dalam membangun tembok baja. Dia menyatakan bahwa permasalahan yang paling penting dalam konteks ini tercermin pada “jaminan kepastian transisi kekuasaan dari presiden kepada putranya Gamal Mubarak dengan mulus dan tanpa masalah.”

Namun yang lain, menurut laporan, menyatakan bahwa alasan lain pembangunan tembok baja adalah karena keberadaannya sebagai sarana lain yang digunakan untuk menggulingkan pemerintahan Hamas di Jalur Gaza. Pernyataan ini dikutip laporan tersebut dari Zvi Bar’el, kementator urusan Arab di koran Ha’aretz.

Tinggal lah paradoks yang tersisa dari laporan. Hal ini tercermin dari apa yang dinukil dari dua penulis Israel. Yang pertama adalah Amos Gilboa, yang menulis di harian Maariv, dia mengatakan, “Ketika negara Arab paling besar mencekik orang-orang Palestina dengan cara ini, mengapa ada yang mengharapkan kita untuk memperlakukan mereka dengan lembut. Apakah kita harus menjadi raja-raja lebih dari raja. Orang-orang Arab sedang mencekik orang Arab, mengapa kita tidak belajar dari pelajaran ini?.”

Penulis yang kedua adalah Yisrael Harel, yang menulis di harian Ha’aretz, dia mengatakan, “Sudah jelas bagi siapa saja yang memiliki dua mata di kepalanya bahwa yang memblokade orang-orang Palestina, membuatnya kelaparan dan berupaya membunuh mereka adalah Mesir, dan bukan Israel. Itulah yang harus kita katakan kepada dunia, tanpa malu dan tanpa ragu-ragu. Mengapa kita harus membayar apa yang dilakukan Mubarak?.”

Setelah semua itu, datang orang yang berbicara dengan Anda tentang kedaulatan dan hak-hak nasional, kecuali kalimat yang lebih banyak mengecam orang yang mengatakannya daripada membelanya. Apalagi, semua orang yang berakal pasti akan bertanya mengapa tidak dibangun tembok serupa di perbatasan dengan entitas Zionis?. (Yasser Ya’atera/Harian al Dustur Yordania (asw))

Redaktur: Ulis Tofa, Lc

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (10 votes, average: 9.90 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization